Setibanya di rumah, korban langsung istirahat karena mengeluh pusing dan sakit kepala. Sekitar pukul 15.00 WIB, korban dibawa ke Puskesmas Jrengik, Kabupaten Sampang. Karena pihak Puskesmas tidak mampu menangani, korban kemudian dirujuk ke rumah sakit daerah Kabupaten Sampang, tetapi hasilnya tetap nihil. Korban kembali dirujuk ke rumah sakit DR Soetomo, Surabaya.Â
Pihak rumah sakit kemudian menangani korban dan korban dinyatakan mengalami mati batang otak (MBO), yang menyebabkan seluruh organ tubuhnya tidak berfungsi. Dokter memprediksi, korban tidak akan hidup lama. Hingga hal mengenaskan pun terjadi, tepat pada pukul 21.40 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia.Â
Pagi harinya korban langsung dibawa pulang ke rumahnya di Sampang. Korban dikenal sebagai orang yang ramah dan baik terhadap kerabat-kerabatnya, dan ia meninggalkan istrinya yang masih hamil empat bulan. Walaupun pelaku termasuk dalam kategori masih di bawah umur, namun tetap dinyatakan sebagai tersangka dan menjadi tahanan selama 7 tahun atas kasus penganiayaan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.
Keadian diatas memberikan kita pelajaran bahwa bersikap sopan santun terhadap guru itu sangat penting, karena berkahnya ilmu yang didapatkan dari seorang guru itu terletak pada sikap tunduknya kita pada guru, adapun yang menjebabkan terjadinya sikap kurang mengenankan atau tidak sopan yang dilakukan oleh murid terhadap gurunya dikarenakan sikap dan perilaku murid tersebut akibat perubahan yang dipengaruhi oleh faktor sosial eksternal dari teman sepergaulannya, lingkungan hidupnya yang kurang baik atau faktor internal seperti emosi dalam dirinya sendiri yang tidak dapat dikendalikan, terbukti dari kejadian di atas pelaku memang sudah dikenal satu sekolahan sebagai murid yang nakal, ia merupakan anak dari seorang preman pasar.
Kondisi etika berbahasa tidak sopan dapat menghilangkan nilai-nilai moral yang seharusnya dijunjung tinggi oleh masyarakat, namun mereka mengabaikan norma tersebut dan lebih mengedepankan sikap individualisme maupun kemauan diri untuk mendapatkan kepuasan batin dengan melakukan kekerasan baik verbal maupun non verbal terhadap orang lain. Hal tersebut tentunya sangat diprihatinkan karena maraknya terjadi di kalangan remaja Indonesia saat ini, sehingga etika kesopanannya menjadi luntur. Secara nalar memang mereka sadar tindakannya salah dan sebenarnya masih memiliki rasa hati nurani yang tersimpan, namun terkalahkan dengan ego dan sifat dendamnya yang sangat besar hingga mempengaruhi dan terjadi pertentangan antara dendam dan hati nurani mereka, namun kembali lagi pada individunya, jika mampu menurunkan ego dengan kesabaran maka tidak akan ada rasa dendam, iri, hasud, tetapi jika tidak dapat mengendalikan ego nya yang sangat besar itu tentunya perasaan yang mucul hanya ingin memenuhi kepuasan batin yang menimbulkan kekerasan di luar sadar mereka. Hal tersebut juga dipicu oleh sikap bahasa masing-masing yang menimbulkan rasa sakit hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H