Mohon tunggu...
Amila K.
Amila K. Mohon Tunggu... Freelancer - Cappucino latte

Pelajar| Universitas Islam Negeri Malang | Jangan biarkan hal kamu suka menguap di udara, take action| Lahir di kota Bersinar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Resensi] Novel "Pergi" Tere Liye

31 Agustus 2018   20:53 Diperbarui: 4 September 2018   08:28 29062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"  Pergi, Hakikat Kembali Menemukan Jati Diri "

Data Buku

Judul Buku  : Pergi

Penulis    : Tere Liye

Co-author  : Sarippudin

Penerbit  : Republika Penerbit

Cetakan    : I, April 2018  

Tebal    : iv+ 455 halaman

Genre    : Action, Romance

Ukuran    : 13,5 x 20,5 cm

Berat    : 600 gram

Cover    : Softcover

Color    : Black-White

ISBN    : 978-602-5734-05-2

Harga    : Rp. 79.000,- ( harga normal )

(www.bukurepublika.id)
(www.bukurepublika.id)
Sinopsis

Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, ke mana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan ke mana langkah kaki akan dibawa. Pergi.

***

Tulisan ini untuk pertama kalinya akan saya buat untuk meresensi buku berjudul "Pergi" yang merupakan sekuel buku sebelumnya yaitu "Pulang". Tere Liye setelah lama tidak muncul di layar kepenulisan kembali mengepakkan  sayapnya, mengajak bernostalgia, membawakan cerita baru yang dikemas dengan begitu mewah, membuat pembaca betah berlama-lama membacanya hingga tuntas.

Sebenarnya saya baru membaca novel "Pergi" ini tanpa membaca saudara sulungnya  "Pulang" terlebih dahulu. Bukan tanpa alasan. Saya merasa kurang tertarik awalnya. Jadi, saya biarkan berlama-lama di galeri saya tanpa tersentuh, sampai akhirnya sekuel nya lahir.

Dan apa yang saya rasakan ketika membaca novel "Pergi" ini, membuat saya menyesal tidak tau akar ceritanya. Disini diceritakan bahwa Bujang sang tokoh utama telah menjadi Tauke Besar. Banyak sekali cerita masa kecilnya sampai beranjak remaja hingga menjadi  tukang pukul nomer wahid keluarga Tong yang saya lewatkan.

Berdasarkan ulasan pembaca yang artikelnya telah saya baca, mereka berkomentar bahwa novel "Pergi" ini menyuguhkan alur cerita yang lebih luas di bandingkan novel "Pulang". Yang sebelumnya didominasi alur action disini genre-genre lain ikut berkolaborasi, memberikan dukungan lebih terhadap emosi yang akan didapatkan pembaca nantinya.

Novel Tere Liye sekali lagi dilibatkan dengan penerbit terkenal Republika. Desain covernya yang cantik nan elegan memberikan makna tersirat bagi siapapun yang melihatnya. Begitu serasi dengan judul yang diusung. Tere Liye tidak menyelesaikannya sendirian, ada seorang partner yang sangat berjasa yaitu Co-author (nama tertera di data buku).

Baiklah, itu perkenalan sekilas bagi yang belum tau dan bagi yang sudah tau terimakasih sudah menyempatkan waktunya membaca tulisan saya. Poin selanjutnya saya akan mencoba meresensi novel "pergi". Simak terus ya.

Isi Cerita

Malam itu Bujang bersama empat rekan misi nya berada di gudang kontainer. Mereka berhasil melumpuhkan tukang pukul El Pacho sindikat penyeludup narkoba terbesar di Amerika Selatan yang berniat mencuri benda berharga milik keluarga Tong. Selangkah keberhasilan didepan mata sosok misterius bertopeng yang membawa gitar kecil mirip ukulele bersamaan munculnya nyanyian berbahasa Meksiko. Entah darimana datangnya dia mengetahui nama asli Bujang. Agam. Si Babi Hutan. Yang sebenarnya hanya segelintir orang di masa lalu yang mengetahui nama tersebut. Sosok itu mendekat dan menawarkan duel satu lawan satu. Barangsiapa yang menang dia akan pergi membawa prototype itu, siapa yang kalah dia juga tetap akan pergi. Akhirnya terlibatlah mereka berjual beli bagu hantam. Untuk pertama kalinya Bujang merasa bahwa pertahanannya tidak berguna. Layang serang yang diberikan bukan lagi serangan biasa. Sudah ratusan tukang pukul tingkat atas yang takhluk dengan jurusnya. Namun lawan satu ini ternyata tidak bisa dianggap enteng, ia memiliki jurus yang tidak Bujang duga sebelumnya. Akhirnya ada yang mengalahkan jurus guru Bushi andalannya. Ada keanehan sesaat sebelum sosok bertopeng itu pergi merayakan kekalahan Bujang. Pria itu berbisik dengan menyebut kata "hermanito" yang jika diterjemahkan berarti " adik laki-laki ".

Siapapun, dia bukan orang biasa. Bayangan sosok misterius itu kembali menghantui isi kepala Bujang. Mungkin ada teka-teki yang harus diselesaikan. Dia harus menemukan jawabannya. Mencari kepingan-kepingan masa lalu untuk disatukan kembali, dihubungakan, dicari kebenarannya. Mungkin saja sosok itu ada kaitannya dengannya atau dengan orang-orang terdekatnya. Misi pencarian inilah yang akan membawa Bujang kembali bertemu dan mengenang orang-orang di masa lalu yang akan membantu menemukan sebuah jawaban, berkaitan dengan sosok yang ia benci, Samad-bapak Bujang, juga sosok yang hadir diantara mereka sebelum Samad bersama Midah-Mamak Bujang. Perlahan pintu masa lalu mengizinkan Bujang untuk masuk, mengintip cerita yang tidak pernah dia tau dari siapapun.

Menjadi seorang Tauke Besar adalah masa depan yang tidak pernah diimpikannya. Menjadi satu dari delapan penguasa penting yang menduduki posisi sebagai penguasa Shadow Economy. Salah seorang guru mengaji Bujang melontarkan pertanyaan yang menohok hatinya. Tuanku Imam.

"...Sejatinya kemana kita akan pergi setelah tahu definisi pulang tersebut? Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana? Bersama siapa? Apa 'kendaraannya'? dan kemana Tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Itulah persimpangan hidupmu sekarang, Bujang. Menemukan jawaban tersebut. ' Kamu akan pergi kemana', nak?" (hal.86)

Perjalanan inilah yang akan mengantarkan Bujang mengenal siapa dirinya di masa lalu. Orang-orang yang pernah terlibat tanpa ia tau siapa, dan kenangan yang ia lewatkan sebelum menjadi bagian dari keluarga Tong. Dalam data buku di atas, telah saya tulis bahwa novel ini mengandung genre action. Lembar demi lembarnya akan ada adegan yang membuat bulu kuduk kita berdiri karena adegan yang tertulis sangat mudah dipahami. Dengan  sekali baca,  pemeragaan kata akan masuk dengan cepat ke dalam imajinasi pembaca. Seolah berada di dalam gedung bioskop menyaksikan film action. Sangat menarik. Namun, dalam beberapa part tertentu terdapat kisah percintaan tentang Samad, bapak Bujang. Jangan takut bosan. Jika kalian pernah membaca novel "Hujan", pasti akan tau bagaimana romantis dan berbedanya pembawaan Tere Liye terhadap cerita tentang suatu hubungan asmara. Tere Liye sangat menekankan makna dibandingkan dengan gaya bahasa yang mendayu-dayu. Justru hal tersebut akan membuat cerita bertambah romantic dengan sendirinya.

Tokoh cerita yang muncul nantinya tidak berbeda dengan tokoh dalam novel "Pulang", tetap Bujang sebagai tokoh utama, seperti: Salonga-guru menembak Bujang, White, dan si kembar: Yuki dan Kiko dengan sifat centil dan menggemaskan, Togar, dll. Juga, ada nama-nama baru nantinya yang akan ikut mewarnai jalannya cerita, seperti: Lubai, Otets, Rambang, Maria, Hiro, Kaeda, Yuri, Diego, Catrina dan tokoh-tokoh lainnya. Mereka akan ikut serta mensukseskan cerita sampai akhir.

Novel ini juga membahas tentang misi keluarga Tong untuk menjalin aliansi bersama keluarga sekutu seperti keluarga Yamaguchi, dan Bratva untuk menjatuhkan si licik Master Dragon, kepala penguasa Shadow Economy yang berpusat di Hongkong. 

Dibekali dengan kecerdasan dan sikap pertimbangan yang sangat matang Bujang selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan sekecil apapun. Sampai akhirnya ia memiliki jawaban akan dibawa kemana keluarga Tong pergi.

Kelebihan

Bukan Tere Liye namanya jika tidak membawakan alur yang membuat jantung berdebar-debar. Setiap partnya selalu mengundang penasaran pembaca. Bahasa yang digunakan pun sangat ringan dan mudah dipahami. Banyak kalimat-kalimat nasehat terlebih ketika Bujang terlibat percakapan dengan Tuanku Imam. Penggalan ini yang paling saya suka.


“Dalam perkara shalat ini, terlepas dari apakah seseorang itu pendusta, pembunuh, penjahat, dia tetap harus shalat, kewajiban itu tidak luntur. Maka semoga entah di shalat yang ke-berapa, dia akhirnya benar-benar berubah. Shalat itu berhasil mengubahnya.” (halaman 86). 

Dan juga yang tidak kalah menariknya ketika Salonga bercerita perihal dua petani yang juga sarat akan makna yang luar biasa. Adegan yang diusung tidak membosankan. Kekonyolan Yuki dan Kiko, si menyebalkan tua bangka Salonga, dan masih banyak lagi adegan yang bakalan mengocok perut kalian dan mata kalian berasa di oles bawang merah. Novel ini terdapat anjuran bagi pembaca usia diatas 15 tahun. Karena didalamnya terdapat adegan kekerasan dan pengenalan benda-benda tajam yang kurang cocok untuk anak-anak. Mungkin bagi saya itu poin plus nya. Untuk usia dibawah 15 tahun pola pikir anak masih rawan jika disuguhkan bacaan yang tidak sesuai dengan cerita yang sesuai dengan usianya. Dan terakhir, bagi penikmat novel yang menyukai genre action yang berbau romance, tidak mencolok sangat direkomendasikan.

Kekurangan

Tidak ada manusia yang sempurna. Pun tidak ada karya yang lahir tanpa salah setitikpun. Dari awal part saya sudah dijumpai berbagai bahasa asing yang tidak pernah saya tahu sebelumnya. Mungkin karena belum pernah belajar bahasa itu. Meskipun ada beberapa kalimat penerjemah setelahnya, semakin ke belakang tidak ada panduan. Bagi saya pribadi mungkin itu bisa dimaklumi, karena saya lebih cenderung fokus ke alur dari pada bahasa. Mungkin menurut sebagian orang ada yang merasa terganggu dengan kehadirannya. Disisi lain tidak ada panduan cara membacanya, jadi terkesan rentetan kalimat itu menjadi tidak ada manfaatnya ketika orang lain tidak bisa membaca. Selanjutnya, terkait ending cerita. Mungkin, penulis bermaksud memberika ruang bagi pembaca untuk melanjutkan sendiri bagian ceritanya, leluasa berimajinasi atas apa yang akan dilakukan Bujang selanjutnya. Namun, terkadang orang lain juga berpikir bahwa ending cerita ini kurang tuntas dan terkesan menggantung. Meskipun begitu secara keseluruhan cerita yang disajikan tersusun rapi dan apik.

Semoga resensi singkat ini bisa memberikan sedikit gambaran buat kalian yang ingin menikmati petualangan Bujang dalam menemukan makna pergi.

Salam hangat ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun