Mohon tunggu...
Dzul Fahmi
Dzul Fahmi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Al-Ahgaff, Tarim, Hadramaut, Yaman

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Inilah Tarim; Ibu Kota Kebudayaan Islam 2010

25 Februari 2014   09:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahmad Abdullah bin Syihab dalam bukunya Tarim baina al-Madhi wal Hadhir menyebutkan, aktivitas keilmuan di Tarim di awal perkembangannya berporos pada zawiyah – zawiyah yang diasuh Ulama-Habaib. Di tempat tersebut, para masyayikh membacakan kitab keislaman kepada masyarakat. Diantara sekian banyak zawiyah yang masih eksis dan konsisten hingga kini, adalah zawiyah Masjid Syekh Ali bin Abi Bakr as-Sakron.

Menara ilmu semakin bersinar dengan munculnya sejumlah ribath (pesantren) serta madrasah. Salah satunya adalah Ribath Tarim yang resmi berdiri tahun 1304 H. Hingga kini, Ribath Tarim masih mempertahankan sistem klasikal berupa halaqah-halaqah. Ribath Tarim – yang saat ini diasuh oleh al’Allamah Habib Salim as-Syathiri - adalah salah satu basis kajian Madzhab Syafii di Yaman.  Pengajian kitab-kitab Syafiiyah mulai dari dasar sepertiSafinatun Najah, Yaqut an-Nafis, tingkat menengah seperti Fathul Muin, Minhaj Thalibin, hingga tingkat senior seperti Tuhfatul Muhtaj karya Ibnu Hajar diselenggarakan secara gradual dan sistematis.

Halaqah-halaqah ilmu yang membahas berbagai cabang ilmu ; fikih, nahwu, hadis, tafsir, dll itu tak hanya diikuti santri yang mukim di Ribath. Namun juga disemarakkan oleh warga Tarim. Kawan-kawan mahasiswa Indonesia Al-Ahgaff sendiri, banyak yang terdaftar sebagai peserta halaqah tetap. Mereka itu tentu saja para mahasiswa yang punya semangat ekstra. Ada pula pengajian umum yang digelar mingguan,yang di kenal dengan istilah Rauhah(setiap Jumat malam sabtu), dan Madras (setiap Sabtu dan Rabu pagi). Baik Rauhahmaupun Madras, sama-sama diasuh oleh Habib Salim as-Syathiri.

Sebagai pusat penggemblengan para dai, ada ma’had Darul Musthafa yang saat ini diasuh Habib Umar bin Hafidz. Habib Umar adalah dai Internasional yang dikenal terus berusaha membina ukhuwah umat. Beliau adalah tokoh Islam yang sejak lama memproklamirkan wajah Islam yang moderat, toleran, dan tawassuth. Darul Mushtafa sendiri, sebagaimana di beritakan New York Times (2009), adalah lembaga pendidikan multikultural. Banyak pelajar yang berasal dari Asia hingga Eropa. Bersama Darul Mushtafa, ada Daruz Zahra untuk pelajar putri.

Dinamika kajian keislaman di Tarim semakin komplit dengan berdirinya Fakultas Syariah wal Qanun Universitas Al-Ahgaff tahun 1995. Universitas yang berpusat di kota Mukalla ini, sengaja meletakkan fakultas syariahnya di Tarim. Ahgaff merupakan representasi dari corak lembaga pendidikan yang ingin melahirkan insan akademis, namun tak terlepas dari tradisi ‘kitab kuning’. Di awal berdirinya, Ahgaff memulai jam pertama perkuliahan selepas shalat shubuh (05.30). Diktat muqorror yang dijadikan mata kuliah adalah gabungan kitab-kitab salaf dengan buku kontemporer. Saat ini, ada sekitar 500 pelajar Indonesia yang studi di sini.

Selain bertaburnya lembaga-lembaga pendidikan dan tahfidz Al-Qur’an yang telah berlangsung berabad-abad, juga ada perpustakaan manuskrip yang menyimpan karya otentik salafuna shalih. Diantanya adalah Ahgaff Library for Manuscrip yang terletak di jantung kota Tarim, di lantai atas Masjid Jami’ Tarim.

Jika anda ke Tarim, anda akan merasakan nuansa yang tak jauh berbeda dengan tanah air. Pakaian keseharian warga Tarim adalah sarung, kopyah, dan baju takwa. Sopan santun ‘khas santri’ masyarakatnya akan selalu mengingatkan saya pada Pulau Jawa, tempat saya belajar. Oh iya, ada sedikit perbedaan ; warga Tarim hidungnya mancung ke depan, kalau warga Indonesia mancungnya ke belakang, he he he. Mungkin ini dulu, yang bisa saya ceritakan tentang Tarim. Sampai jumpa lagi di Serambi Tarim berikutnya.

Welcome Trans TV

Di tengah – tengah menulis Serambi Tarim ini, ada pesan masuk via WhatsApp. Saya lihat, rupanya dari Abdul Muhith, koordinator departemen informasi dan komunikasi PPI Hadramaut. Ada apa sih, ganggu orang nulis aja ? gumamku dalam hati. Kebetulan, saya anggota departemen Infokom PPI.

“Mas Tomy Ristanto, reporter acara Musafir Trans TV akan meliput ke sini dalam waktu dekat,” ujarnya melalui pesan.

“Meliput terkait apa ?,” balasku singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun