Mohon tunggu...
amie retna wulan dewi
amie retna wulan dewi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Saya seorang wiraswasta yang semula menjadi karyawan swasta. Hobi saya menulis, membaca, dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita tentang Si "Mars" dan Si "Venus"

3 September 2018   11:33 Diperbarui: 3 September 2018   12:03 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laki-laki dan Perempuan sering diibaratkan sebagai "Planet" yang berbeda, dimana Laki-laki diibaratkan sebagai Planet "Mars", sedangkan perempuan sebagai Planet "Venus".

Laki-laki dan Perempuan sering sulit memahami pemikiran, sikap, dan kegemaran masing-masing, yang terkadang bisa menjadi pemicu permasalahan diantara keduanya. 

Laki-laki sering tak habis pikir kenapa perempuan bisa tahan berjam-jam di mall hanya untuk melihat barang-barang yang diincarnya, apakah baju, tas,  sepatu, dsb.

Atau menghabiskan waktu yang lama untuk berdandan hanya untuk menghadiri acara pernikahan teman.

Sama herannya perempuan dengan lelaki yang bisa tahan berjam-jam untuk memancing, bermain kartu, dan bermain lain kesukaannya.

Atau menghabiskan waktu yang lama untuk "merawat" dan "mendandani" barang kesayangannya, seperti motor, mobil, dsb.

Laki-laki sering pusing dengan kegemaran perempuan bermain media sosial dan menonton acara gosip, sama seperti perempuan yang puyeng melihat laki-laki senang bermain game atau aplikasi lain di smartphonenya, dan menonton acara sepakbola atau olahraga lain kesukaannya (kecuali bila keduanya menyukai olahraga tsb).

Laki-laki bosan melihat perempuan yang gemar bergosip atau curhat selama berjam-jam, apakah lewat telepon atau mengobrol langsung.

Sama bosannya perempuan melihat laki-laki yang senang berkumpul dengan teman-temannya selama berjam-jam, padahal tidak ada topik penting yang dibicarakan.

Laki-laki dan perempuan seolah saling "menebak" dan bertanya-tanya satu sama lain. Bahkan meskipun telah menikah selama bertahun-tahun, tetap saja hal tsb menjadi masalah "klasik" antara laki-laki dan perempuan, bukan hanya soal suami dan istri.

Hal sepele namun terus terjadi berkali-kali dalam jangka waktu lama, tak jarang malah membuat masalah menjadi rumit.

Suami sering merasa istrinya terlalu sensitif, manja, dan banyak menuntut. Sedangkan di sisi lain, si istri merasa suaminya itu adalah pria yang tidak peka, tidak pengertian, dan tidak perhatian.

Saat istrinya serius bertanya apakah ia terlihat cantik, dengan enteng suami menjawab "cantik", sambil melihat sekilas kepada istrinya.

Si istri yang merasa suaminya tidak serius atau jujur menjawab pertanyaannya itu menjadi marah atau cemberut kesal sambil menggerutu,"bilang aja kalau aku ngga cantik!"

Karuan si suami jadi heran dan bingung. Memang apa pentingnya pertanyaan itu? Cantik atau tidak kan tetap jadi istriku! Mungkin begitu pikiran si suami. Dijawab cantik marah, nanti kalau dijawab jelek, malah lebih marah! Serba salah, kan?!

Laki-laki sering menganggap perempuan sebagai "Makhluk Ribet Sedunia" dan sulit untuk dipahami. Mulai dari berdandan, berbelanja, pergi makan, pergi liburan, semuanya ribet! 

Alis asli dicukur lalu dilukis pakai pensil alis, bulu mata pakai bulu mata palsu, lipstik harus gonta ganti, belum make up yang lainnya bila akan keluar rumah, belum baju yang akan dipakai, belum tas, sepatu, dsb.

Bikin pusing melihatnya juga! (meski tidak bisa "dipukul rata" kepada semua perempuan).

Sedangkan lelaki hanya cukup mandi bersih, rambut rapi, baju rapi, sepatu bersih, parfum, dan tas yang sesuai. Sudah. Sesimple itu. Meski ada juga laki-laki yang tak kalah "heboh"nya dengan perempuan dalam hal penampilan.

Bila berbelanja, perempuan senang sekali muter-muter toko yang berbeda hanya untuk membandingkan harga. Jujur, saya termasuk tipe perempuan seperti itu, yang menurut saya tipe "Ekonomis", namun menurut suami saya sangat tidak praktis dan efisien, ribet, sekaligus bikin pusing.

Saya gemar keluar masuk toko hanya untuk melihat dan membandingkan harga di toko mana yang lebih murah. Sedangkan suami saya justru ingin cepat dan tidak sabar dalam hal berbelanja. Dia sering menggerutu sebal,"Cuma beda seribu, ribet amat!"begitu katanya. Karena itu saya lebih senang belanja sendirian daripada ditemani suami. 

Begitupun dalam hal makan di luar. Saat perjalanan pulang, saya selalu "mengoceh" tak henti-henti bila harga makanan yang dipesan dan sudah dimakan terlalu mahal.

Suami saya yang puyeng dengan ocehan saya balas ngomel,"Makanan udah dimakan jangan diributin! Yang bayarnya juga saya, kenapa jadi ribut!"

Karena itu bila suami saya kebetulan membeli makanan dari luar atau barang-barang tertentu, dia selalu membuang struknya.

Kalau saya tanya berapa harga makanan atau barang yang dia beli, dia jawab dengan harga yang menurut saya murah. Kalau saya tanya dimana struknya, dia jawab, ngga tahu lupa!

Hal Itu terjadi karena saya pasti selalu "ngoceh" bila harganya kemahalan. Jadi daripada ribet, ya sudah, buang saja struknya, dan "ngarang" harga yang kira-kira murah menurut saya! Kalau ketahuan bohong, maka dia akan berkata,"Jujur salah, bohong juga salah!" 

Laki-laki pun cenderung lebih simple dalam hal berkomunikasi. Bila perempuan senang sekali menulis kalimat yang panjang lebar dan berkali-kali dalam pesan "WhatsApp" atau pesan lainnya yang sejenis, Laki-laki justru senang menulis kalimat yang singkat-singkat saja, atau malah hanya dengan satu dua kata saja. Dan hal itulah yang saya dan suami saya alami.

Bila saya menulis pesan WA yang panjang lebar dan berkali-kali kepada suami saya, dia hanya menjawabnya dengan satu kata:"Ya". Entah dibaca keseluruhan atau tidak pesan saya tsb! 

Dalam soal mengingat tanggal pernikahan dan tanggal lahir istri, ada tipe laki-laki yang "kewalahan" untuk mengingatnya, salah satunya adalah suami saya.

Padahal dia termasuk pria yang cerdas, namun mengapa begitu sulit mengingatnya. Bahkan ketika saya menuliskan tanggal pernikahan sebagai PIN ATM yang digunakan bersama, dia tetap saja sering salah, hingga pernah kartu ATMnya sampai diblokir dan harus saya urus ke bank untuk diganti.

Karena itu saya selalu cerewet mengingatkannya tentang dua momen "bersejarah" tsb jauh-jauh hari. Dan ia pun menuliskannya di handphone supaya tidak lupa pas hari H.

Karena kalau sampai dia lupa, maka dijamin saya akan cemberut selama berhari-hari! Suatu hal yang mungkin terkesan "berlebihan" bagi pemikiran laki-laki, namun tidak bagi perempuan.

Dan masih banyak lagi hal-hal "unik" yang terjadi karena berbedanya sudut pandang, pemikiran, pemahaman, dan cara bersikap saya dan suami saya, yang mungkin dialami juga oleh pasangan suami istri lainnya.

Bila lelaki memandang perempuan sebagai makhluk ribet dan sulit untuk dipahami, maka sebaliknya, perempuan pun menganggap laki-laki sebagai Makhluk misterius dan sulit untuk ditebak. 

Saat perempuan membutuhkan perhatian dan cinta yang "nyata" dari laki-laki, si pihak laki-laki malah terlihat acuh tak acuh dan sibuk dengan "dunia"nya sendiri, hingga perempuan mencapnya "egois"dan tidak peka. Begitupun dengan laki-laki.

Ia menganggap perempuan tidak pengertian, manja, terlalu banyak menuntut, bawel, dsb, padahal menurutnya ia sudah berbuat cukup banyak kepada si perempuan. Selalu seperti itu.

Pada intinya laki-laki dan perempuan memang makhluk yang berbeda. Jadi tidak mungkin menyamakan "persepsi" laki-laki dengan perempuan.

Namun hal itulah yang membuat kehidupan menjadi berwarna, tidak membosankan, dan lebih bermakna.

Yang penting bagaimana membangun dan menciptakan "komunikasi" yang sehat dan dua arah, agar tercipta hubungan yang harmonis antara keduanya. Selain itu tentunya diperlukan juga sikap saling menghormati, saling menghargai, dan saling memahami satu sama lain.

Laki-laki bila tidak ada perempuan pasti akan merasa kesepian, hampa, dan tidak bergairah. Begitupun perempuan, bila tidak ada laki-laki juga merasakan hal yang sama. Karena pada dasarnya, laki-laki dan perempuan saling membutuhkan, saling mengisi, dan saling melengkapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun