Suami sering merasa istrinya terlalu sensitif, manja, dan banyak menuntut. Sedangkan di sisi lain, si istri merasa suaminya itu adalah pria yang tidak peka, tidak pengertian, dan tidak perhatian.
Saat istrinya serius bertanya apakah ia terlihat cantik, dengan enteng suami menjawab "cantik", sambil melihat sekilas kepada istrinya.
Si istri yang merasa suaminya tidak serius atau jujur menjawab pertanyaannya itu menjadi marah atau cemberut kesal sambil menggerutu,"bilang aja kalau aku ngga cantik!"
Karuan si suami jadi heran dan bingung. Memang apa pentingnya pertanyaan itu? Cantik atau tidak kan tetap jadi istriku! Mungkin begitu pikiran si suami. Dijawab cantik marah, nanti kalau dijawab jelek, malah lebih marah! Serba salah, kan?!
Laki-laki sering menganggap perempuan sebagai "Makhluk Ribet Sedunia" dan sulit untuk dipahami. Mulai dari berdandan, berbelanja, pergi makan, pergi liburan, semuanya ribet!Â
Alis asli dicukur lalu dilukis pakai pensil alis, bulu mata pakai bulu mata palsu, lipstik harus gonta ganti, belum make up yang lainnya bila akan keluar rumah, belum baju yang akan dipakai, belum tas, sepatu, dsb.
Bikin pusing melihatnya juga! (meski tidak bisa "dipukul rata" kepada semua perempuan).
Sedangkan lelaki hanya cukup mandi bersih, rambut rapi, baju rapi, sepatu bersih, parfum, dan tas yang sesuai. Sudah. Sesimple itu. Meski ada juga laki-laki yang tak kalah "heboh"nya dengan perempuan dalam hal penampilan.
Bila berbelanja, perempuan senang sekali muter-muter toko yang berbeda hanya untuk membandingkan harga. Jujur, saya termasuk tipe perempuan seperti itu, yang menurut saya tipe "Ekonomis", namun menurut suami saya sangat tidak praktis dan efisien, ribet, sekaligus bikin pusing.
Saya gemar keluar masuk toko hanya untuk melihat dan membandingkan harga di toko mana yang lebih murah. Sedangkan suami saya justru ingin cepat dan tidak sabar dalam hal berbelanja. Dia sering menggerutu sebal,"Cuma beda seribu, ribet amat!"begitu katanya. Karena itu saya lebih senang belanja sendirian daripada ditemani suami.Â
Begitupun dalam hal makan di luar. Saat perjalanan pulang, saya selalu "mengoceh" tak henti-henti bila harga makanan yang dipesan dan sudah dimakan terlalu mahal.