Saya tidak mengada-ada mengenai "teori" ini, karena saya mengalami sendiri tentang hal itu sehingga saya bisa mempunyai pendapat dan menarik kesimpulan tersebut.
Mereka semua adalah anak orang kaya yang pekerjaan orangtuanya cukup bonafide. Salah satu dari mereka adalah anak seorang guru yang aktif mengajar di sekolah sekaligus guru BP.Â
Awalnya mereka bersama sekelas di kelas 1 (bila sekarang disebut kelas 7). Lalu mereka bersama lagi di kelas 2. Dan uniknya, semua anak yang sekelas dengan mereka seolah anak yang "disaring" dan "dipilih" oleh mereka sendiri.
Kemudian kebanyakan anak laki-laki yang sekelas adalah anak gaul, atau cukup keren (menurut ukuran ABG saat itu). Sedangkan anak perempuan kebanyakan yang dipilih justru yang pendiam, culun atau tak banyak tingkah, selain tentunya ada juga beberapa orang anak perempuan lain yang cerdas atau gaul yang dipilih, yang biasanya mereka rekrut ke dalam geng mereka, meski tidak ada pemberitahuan secara "tertulis". Namun hal tersebut seperti sudah menjadi "rahasia umum" yang diketahui anak-anak lain, termasuk saya.
Mereka tampak sangat " berkuasa" di sekolah, mulai dari sikap, gaya bicara, tingkah laku, dsb. Semuanya seolah sama persis, dengan satu orang pemimpinnya yang tampak seperti "Ratu Lebah".
Apalagi si Pemimpin tersebut adalah Langganan Juara Kelas di kelasnya dan lalu terpilih sebagai " Ketua OSIS". Benar-benar tampak "sempurna". Para guru pun seolah takjub kepada mereka, terutama kepada Si Pemimpin, yang membuat geng tersebut seolah "tak tersentuh". Mereka pun terlihat sangat akrab dengan banyak guru.
Begitupun ketika kelas 3. Geng tersebut terus satu kelas, dan anak-anak yang sekelas dengan mereka masih satu "type" dengan sebelumnya. Bahkan anak perempuan yang cerdas mereka "buang" hingga tidak sekelas lagi. Sedangkan anak perempuan yang jago nyanyi mereka rekrut, karena mungkin untuk kepentingan lomba "karaoke" saat Pekan Olahraga dan Kesenian.
Tampaknya bagi mereka, anak perempuan lain tidak boleh menjadi "saingan" mereka, apalagi melebihi "level" mereka, kecuali untuk kepentingan tertentu, seperti perlombaan sekolah misalnya. Begitupun dengan anak laki-laki, tidak boleh ada yang lebih cerdas dari "pemimpinnya", sehingga ia bisa terus menjadi Juara Kelas.
Begitulah cerita saya tentang geng anak perempuan ketika saya SMP. Meski mereka tidak pernah mengganggu apalagi mem-bully anak perempuan lain secara fisik.
Namun keberadaan geng tersebut secara mental mempengaruhi anak lain, sehingga secara sadar maupun tidak, diakui atau tidak, anak-anak perempuan lain menjadi tidak nyaman, atau sekadar berada di dekat mereka. Apalagi sampai berurusan atau membuat masalah dengan mereka. Terlebih, di belakang mereka adalah seorang guru di sekolah yang juga merangkap guru BP. Tentu hal tersebut membuat keberadaan mereka benar-benar seperti "Penguasa Sekolah".