Mohon tunggu...
amie retna wulan dewi
amie retna wulan dewi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Saya seorang wiraswasta yang semula menjadi karyawan swasta. Hobi saya menulis, membaca, dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Anggap Sepele Geng Anak Perempuan di Sekolah!

23 Agustus 2018   05:36 Diperbarui: 26 Agustus 2018   19:05 2070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompas.com/thinkstocksphoto

Saya tidak mengada-ada mengenai "teori" ini, karena saya mengalami sendiri tentang hal itu sehingga saya bisa mempunyai pendapat dan menarik kesimpulan tersebut.

dok.pribadi
dok.pribadi
Dulu, ketika saya masih sekolah SMP, di sekolah saya ada sekumpulan anak perempuan yang membentuk geng dan menjadi geng perempuan paling populer sekaligus berpengaruh di sekolah. 

Mereka semua adalah anak orang kaya yang pekerjaan orangtuanya cukup bonafide. Salah satu dari mereka adalah anak seorang guru yang aktif mengajar di sekolah sekaligus guru BP. 

Awalnya mereka bersama sekelas di kelas 1 (bila sekarang disebut kelas 7). Lalu mereka bersama lagi di kelas 2. Dan uniknya, semua anak yang sekelas dengan mereka seolah anak yang "disaring" dan "dipilih" oleh mereka sendiri.

Kemudian kebanyakan anak laki-laki yang sekelas adalah anak gaul, atau cukup keren (menurut ukuran ABG saat itu). Sedangkan anak perempuan kebanyakan yang dipilih justru yang pendiam, culun atau tak banyak tingkah, selain tentunya ada juga beberapa orang anak perempuan lain yang cerdas atau gaul yang dipilih, yang biasanya mereka rekrut ke dalam geng mereka, meski tidak ada pemberitahuan secara "tertulis". Namun hal tersebut seperti sudah menjadi "rahasia umum" yang diketahui anak-anak lain, termasuk saya.

Mereka tampak sangat " berkuasa" di sekolah, mulai dari sikap, gaya bicara, tingkah laku, dsb. Semuanya seolah sama persis, dengan satu orang pemimpinnya yang tampak seperti "Ratu Lebah".

Apalagi si Pemimpin tersebut adalah Langganan Juara Kelas di kelasnya dan lalu terpilih sebagai " Ketua OSIS". Benar-benar tampak "sempurna". Para guru pun seolah takjub kepada mereka, terutama kepada Si Pemimpin, yang membuat geng tersebut seolah "tak tersentuh". Mereka pun terlihat sangat akrab dengan banyak guru.

Begitupun ketika kelas 3. Geng tersebut terus satu kelas, dan anak-anak yang sekelas dengan mereka masih satu "type" dengan sebelumnya. Bahkan anak perempuan yang cerdas mereka "buang" hingga tidak sekelas lagi. Sedangkan anak perempuan yang jago nyanyi mereka rekrut, karena mungkin untuk kepentingan lomba "karaoke" saat Pekan Olahraga dan Kesenian.

Tampaknya bagi mereka, anak perempuan lain tidak boleh menjadi "saingan" mereka, apalagi melebihi "level" mereka, kecuali untuk kepentingan tertentu, seperti perlombaan sekolah misalnya. Begitupun dengan anak laki-laki, tidak boleh ada yang lebih cerdas dari "pemimpinnya", sehingga ia bisa terus menjadi Juara Kelas.

Begitulah cerita saya tentang geng anak perempuan ketika saya SMP. Meski mereka tidak pernah mengganggu apalagi mem-bully anak perempuan lain secara fisik.

Namun keberadaan geng tersebut secara mental mempengaruhi anak lain, sehingga secara sadar maupun tidak, diakui atau tidak, anak-anak perempuan lain menjadi tidak nyaman, atau sekadar berada di dekat mereka. Apalagi sampai berurusan atau membuat masalah dengan mereka. Terlebih, di belakang mereka adalah seorang guru di sekolah yang juga merangkap guru BP. Tentu hal tersebut membuat keberadaan mereka benar-benar seperti "Penguasa Sekolah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun