[caption id="" align="aligncenter" width="488" caption="www.thegrio.com"][/caption]
Orang tua mana sih yang tidak ingin memiliki anak yang membanggakan? Ya, semua orang tua di dunia memiliki harapan yang nyaris sama yaitu memiliki anak yang bisa dibanggakan. Karena pada dasarnya anak adalah harapan orang tua yang akan membawa nama baik, bahkan menjadi penerus cita-cita orang tua.
Setiap orang tua memiliki pandangan yang berbeda dalam menilai anak. Ada orang tua yang bangga jika anaknya jadi artis atau model, ada orang tua yang bangga anaknya jika punya prestasi di sekolah, ada pula orang tua yang cukup bangga dengan keberadaan anak apa adanya dengan kata lain semua hal positif yang dilakukan anak sudah merupakan kebanggaan. Berbagai usaha juga dilakukan orang tua untuk memiliki anak yang bisa dibanggakan. Namanya saja orang tua, tentu ingin melakukan segalanya demi anak.
Ada sebuah tayangan yang membuat saya tergelitik, sebuah audisi penyanyi anak-anak yang diselenggarakan oleh sebuah stasiun televisi nasional. Acara yang memiliki slogan "Idola Semua Idola" ini bertujuan menjaring penyanyi anak-anak dan tahun ini telah memasuki musim ke 4 dengan juri tetapnya Ira Maya Sopha (penyanyi cilik tahun 70-an). Â Audisinya diadakan dibeberapa kota besar di Indonesia dengan ribuan peserta.
Seorang anak perempuan bernama Keysa (9 th), sedang mengikuti audisi Idola Cilik di kota Jogjakarta. Ternyata ini kali ke dua dia mengikuti audisi, audisi pertama di kota lain dia dinyatakan tidak lolos. Kali ini mungkin dia berharap bisa lolos audisi. Tampillah dia dihadapan Mama Ira (sebutan untuk Ira Maya Sopha), Kak Winda dan Amel Carla. Menyanyikan lagu "Balonku" dengan improvisasi yang menurut saya berlebihan dan bukan gaya anak-anak. Lalu mama Ira menyatakan bahwa Keysa belum bisa lolos dalam audisi ini. Suaranya lumayan bagus sebenarnya, tapi karena gayanya menirukan penyanyi dewasa sehingga menurut mama Ira menjadi tidak natural.
Lalu dengan mimik wajah memelas, Keysa berkata pada mama Ira, "Mama, beri Keysa kesempatan ya..."
Lalu mama Ira bertanya," Untuk apa?"
Keysa menjawab "Untuk membanggakan orang tua.."
Mama Ira dengan sikap keibuannya mengatakan pada Keysa, "Kalau mama Ira jadi mama kandungnya Keysa, mama akan bangga sama Keysa karena Keysa sudah mau mencoba dan mau tampil di depan banyak orang seperti ini. Mama akan kasih dua jempol untuk Keysa.
"Jangan pernah mengatakan saya akan membanggakan orang tua karena keberadaan anak buat orang tua sudah merupakan kebanggaan" kata Mama Ira.
Beberapa saat setelah Keysa keluar dari ruangan audisi itu, seorang wanita yang ternyata adalah ibunya Keysa masuk ke ruangan audisi bersama Keysa dan disambut ramah oleh mama Ira. Lalu Ibunya Keysa berkata, "Mama Ira, tolong beri anak saya kesempatan, karena dia sudah lama ingin jadi idola cilik.."
Mama Ira terlihat berusaha menjelaskan pada sang Ibu untuk membesarkan hatinya, bahwa pada dasarnya suara Keysa sudah bagus, tapi harus banyak berlatih dan dipoles sedikit.
Namun apa kata si Ibu dengan nada setengah memaksa dan berurai air mata, "Saya maunya Keysa dipoles di Idola Cilik.., kata juri-juri di sini (Keysa sering mengikuti lomba di kota asalnya), kalau hanya di sini Keysa susah berkembang makanya harus ke Jakarta biar bisa maju."
Sekali lagi mama Ira menjelaskan, " saya selalu menekankan pada peserta idola cilik, bahwa keberadaannya sampai di sini sudah merupakan prestasi yang luar biasa. Dan yang paling penting ibu tidak perlu terlalu bersedih hati. Umur Keysa masih 9 tahun, dan masih banyak waktu untuk membuat dia lebih baik lagi."
Sang Ibu terlihat semakin emosional sambil terus menangis berharap agar Keysa bisa lolos dalam audisi ini. Karena menurutnya dia telah berjuang sejak Keysa berumur 2,5 tahun. Namun juri tetap pada keputusannya bahwa Keysa tidak lolos dalam audisi ini. Tak disangka sang ibu menangis semakin keras sambil memohon untuk memberi kesempatan Keysa dan berjanji bahwa Keysa akan tampil lebih baik lagi di panggung nanti.
Saya hanya bisa menghela nafas panjang melihat tayangan itu. Sebagai orang tua sebegitu besarnya keinginan sang ibu agar anaknya bisa menang dalam sebuah kompetisi? Tidakkah ini menjadi tindakan yang membuat anak menjadi besar kepala? Anak akan tumbuh menjadi seseorang yang mudah menyerah, tidak bisa melihat dirinya kalah, merasa paling hebat dan sebagainya. Yang dibutuhkan anak-anak jika mengalami kekalahan adalah membesarkan hati mereka. Memotivasi untuk berlatih lebih baik lagi dan terus mencoba. Tak dipungkiri hal seperti di atas banyak terjadi di masyarakat, sepertinya anak menjadi korban "ambisi" orang tua.
Ada satu lagi yang membuat saya tersenyum, dalam acara yang sama yaitu audisi idola cilik. Seorang anak berumur 7 tahun tampil di depan juri tapi bukan menyanyi karena ternyata dia tidak terlalu suka menyanyi. Mama Ira lalu bertanya pada si anak, "Ikut audisi ini, kamu sendiri yang mau nak??" Apa kata si anak "Nggak, dipaksa sama mama..." Sebuah jawaban yang jujur dari seorang anak.
Dari 2 hal di atas banyak pelajaran yang kita petik. Memiliki anak yang membanggakan adalah keinginan semua orang tua tapi jangan sampai anak menjadi korban ambisi kita sebagai orang tua. Sebuah cuplikan puisi dari Kahlil Gibran mungkin menjadi bahan refleksi kita sebagai orang tua.
Anakmu bukanlah anakmu, mereka puta putri kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri.Mereka datang melalui engkau tapi bukan dari engkau..
Dan walaupun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan kepunyaannmu..
Kau dapat memberi mereka cinta kasihmu, tapi tidak pikiranmu sebab mereka memiliki pikiran sendiri.Kau bisa merumahkan tubuhnya tapi tidak jiwanya sebab jiwa mereka bermukim di rumah masa depan. yang tiada dapat kau kunjungi, bahkan dalam impian-impianmu..
Salam hangat....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI