Sang Ibu terlihat semakin emosional sambil terus menangis berharap agar Keysa bisa lolos dalam audisi ini. Karena menurutnya dia telah berjuang sejak Keysa berumur 2,5 tahun. Namun juri tetap pada keputusannya bahwa Keysa tidak lolos dalam audisi ini. Tak disangka sang ibu menangis semakin keras sambil memohon untuk memberi kesempatan Keysa dan berjanji bahwa Keysa akan tampil lebih baik lagi di panggung nanti.
Saya hanya bisa menghela nafas panjang melihat tayangan itu. Sebagai orang tua sebegitu besarnya keinginan sang ibu agar anaknya bisa menang dalam sebuah kompetisi? Tidakkah ini menjadi tindakan yang membuat anak menjadi besar kepala? Anak akan tumbuh menjadi seseorang yang mudah menyerah, tidak bisa melihat dirinya kalah, merasa paling hebat dan sebagainya. Yang dibutuhkan anak-anak jika mengalami kekalahan adalah membesarkan hati mereka. Memotivasi untuk berlatih lebih baik lagi dan terus mencoba. Tak dipungkiri hal seperti di atas banyak terjadi di masyarakat, sepertinya anak menjadi korban "ambisi" orang tua.
Ada satu lagi yang membuat saya tersenyum, dalam acara yang sama yaitu audisi idola cilik. Seorang anak berumur 7 tahun tampil di depan juri tapi bukan menyanyi karena ternyata dia tidak terlalu suka menyanyi. Mama Ira lalu bertanya pada si anak, "Ikut audisi ini, kamu sendiri yang mau nak??" Apa kata si anak "Nggak, dipaksa sama mama..." Sebuah jawaban yang jujur dari seorang anak.
Dari 2 hal di atas banyak pelajaran yang kita petik. Memiliki anak yang membanggakan adalah keinginan semua orang tua tapi jangan sampai anak menjadi korban ambisi kita sebagai orang tua. Sebuah cuplikan puisi dari Kahlil Gibran mungkin menjadi bahan refleksi kita sebagai orang tua.
Anakmu bukanlah anakmu, mereka puta putri kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri.Mereka datang melalui engkau tapi bukan dari engkau..
Dan walaupun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan kepunyaannmu..
Kau dapat memberi mereka cinta kasihmu, tapi tidak pikiranmu sebab mereka memiliki pikiran sendiri.Kau bisa merumahkan tubuhnya tapi tidak jiwanya sebab jiwa mereka bermukim di rumah masa depan. yang tiada dapat kau kunjungi, bahkan dalam impian-impianmu..
Salam hangat....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H