Oleh Amidi
Â
Pasca pandemi, pelaku bisnis mulai bergairah lagi melakoni unit bisnis-nya, indikasi ini terlihat oleh adanya unit-unit bisnis yang mulai bangkit dan adanya pertambahan unit bisnis baru, terutama unit bisnis ritel modern.
Saat ini, setiap sudut kota bahkan setiap daerah bahkan  di pelosok-pelosok sudah hadir gerai ritel modern  tersebut. Apalagi, bila ditilik dari program mereka yang  mengusung program 1.000 gerai. Di Palembang sendiri gerai ritel modern yang sudah tak asing lagi tersebut, yang sepertinya selalu berdampingan tersebut sudah ada 100 gerai lebih.
Program 1.000 gerai ini ternyata menarik, karena dilapangan, tidak sedikit unit bisnis lain yang mengikuti program ini. Â Ada program 1.000 klinik, ada program 1.000 toko, dan lainnya.
Â
Tutup Mendadak.
Â
Beberapa hari ini anak negeri ini dikejutkan dengan adanya berita bahwa salah satu gerai ritel modern, saya harus menyebutkan namanya, supaya jelas, yakni Alfamart telah menutup ratusan gerai-nya.Dalam kompas.com, Â 17 Desember 2024, diberitakan bahwa sedikitnya ada 400 gerai atau toko Alfamart di negeri ini yang ditutup.
Sebelumnya, belum ada sinyal, kalau Alfamart akan tutup, lain hal dengan unit bisnsi lain, yang jauh-jauh hari sudah memberitahukan atau memberitakan bahwa mereka akan tutup bahkan ada suatu ritel alat rumah tanggal satu tahun  sebelum mereka tutup sudah diumumkan atau diberitahukan ke publik.
Alfamart beberapa hari ini diberitakan menutup 400 gerai, yang mana sebelumnya belum ada sinyal bahwa gerai ritel modern ini akan tutup. Tutupnya Alfamart dalam jumlah yang tidak sedikit tersebut, tidak berlebihan kalau dikatakan "mengejutkan", karena tutup-nya tergolong mendadak.
Faktor Penyebab.
Bila disimak, mengapa ritel modern dan atau termasuk unit bisnis perbelanjaan lain  terus bergurusan, banyak faktor yang menyebabkannnya. Tutup-nya Alfamart sebenarnya biasa saja, bila ditilik dari tutupnya gerai ritel modern lainnya, namun tutupnya Alfamart sepertinya merupakan suatu fenomena baru dibelantika gerai rotel modern yang satu ini, yang sedang gencar-gencarnya melakukan penambahan gerai atau toko mereka.
Sebagai pelaku bisnis yang sudah mapan dan berpengalaman, sebenarnya mereka sudah bisa mengetahui dan memprediksi kondisi ekonomi kini dan ke depan. Mereka setidaknya sudah memahami kondisi ekonomi negeri ini saat ini yang mengalami degradasi, ekonomi sedang sulit, daya beli berangsur turun, karena konsumen kelas menengah berada pada kondisi "makan tabungan".
Namun, ditengah bayang-bayang kondisi ekonomi demikian, sepertinya pemilik tetap saja menambah gerai atau toko-nya, bahkan mereka tetap melakuan pengembangan ritel modern mereka.
Tidak heran, jika di sudut-sudut kota, dan di desa-desa bahkan di plosok-plosok terdapat gerai mereka. Ada idiom, dikalangan anak muda, "jangan ada tanah kosong, nanti akan tumbuh gerai/toko ritel modern atau gerai/toko kuliner atau gerai/toko es cream", atau gerai/toko makanan ringan, maaf sepertinya kalangan anak mudah itu  hanya mau mengindikasikan  bahwa betapa peluang bisnis yang akan mereka rebut tersebut  tidak boleh dilewatkan.
Toh, tiba-tiba ada berita suatu gerai ritel modern yang sedang gencar menambah gerai atau tokoknya justru menutup gerai atau toko yang sudah banyak berdiri tersebut. Mengapa?
Memang, Â jika kita mau menarik alasan dari sisi pendekatan kondisi ekonomi bahwa saat ini dikalangan kelas menengah dan bawah sedang dihadapkan pada kondisi ekonomi sulit. Permintaan masyarakat terus turun yang menyebabkan daya beli turun, berdampak pada turunnya omzet mereka dan pada akhirnya akan mempengaruhi penghasilan alias keuntungan yang mereka peroleh.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan  Indonesia (Hippindo), Alphonzus Widjaja  mengakui bahwa  gerai ritel modern di Indonesia tidak mendapatkan keuntungan yang optimal. (Kompas.com, 17 Desember 2024)
Sebenarnya, bila mereka hanya mempedomi adanya penurunan daya beli tersebut, mereka tidak perlu terus memperbanyak gerai atau toko atau dengan kata lain, setelah hampir semua sudut kota sudah ada gerai ritel modern mereka, mungkin "sudah harus stop" menambah gerai,  tapi toh, gerai  tersebut terus berdiri dan  bertambah bahkan berdiri berdampingan dengan gerai ritel modern yang sejenis.
Tutupnya Alfamart sebanyak 400 gerai atau toko tersebut suatu angka yang tidak sedikit, dampaknya pun demikian. Akan ada pengangguran yang tidak sedikit, akan ada kerugian pemilik tempat/toko yang mereka sewa, akan ada unit bisnis yang mengikuti disamping atau disekitar gerai atau toko mereka yang juga akan kena imbasnya, aka ada faktor lain-nya yang akan menyebabkan kerugian lainnya.
Memang dari sisi pelaku bisnis yang melakoni bisnis skala kecil, sperti warung rakyat diuntungkan dengan tutupnya Alfamart tersebut, setidaknya pangsa pasar Alfamart yang tutup tersebut "terpaksa" akan beralih menjadi pangsa pasar warung rakyatl yang ada di sudut-sudut kota.
Namun, dalam hal ini, sebanrnya kita tidak ingin suatu unit bisnis yang tutup akan menguntungkan atau merugikan  unit bisnis yang lain. Namun, kita menginginkan suatu unit bisnis yang ada di negeri ini baik skala besar maupun skala kecil harus hidup berdampingan dan saling bermesraan.
Â
Apa yang harus Dilakukan?
Saya yakin, kita sepakat, kalau suatu unit bisnis yang sudah berdiri tersebut harus kita pertahankan. Namun, apa daya, kalau "nasi sudah menajdi bubur", Alfamart sudah diberitakan menutup 400 gerai. Gerai ritel  modern sudah terlanjur  tumbuh subur, setiap ada ruang atau lokasi yang kosong akan tumbuh gerai ritel modern. Kita sudah terlanjur memberi izin dan mempermudah izin berdirinya suatu unit bisnis ritel modern tersebut.
Ruang-ruang public sudah dipenuhi unit bisnis ini dan itu, tinggal ke depan, apakah tidak sebaiknya harus ada seleksi, harus ada langkah antisipasi dampak buruk atau dampak negatif, harus ada keseimbangan pasar, harus mengakomodasi semua kepentingan, harus ada langkah-langkah mencegah hal yang tidak kita inginkan i atau setidaknya bisa diantisipasi jauh-jauh hari dan seterusnya!.
Menurutt saya, Alfamart yang sudah menutup 400 gerai tersebut, usahakan jangan bertambah lagi dan jangan diikuti oleh unit bisnis yang serupa atau unit bisnis lainnya.
Untuk itu, pemerintah dan pihak yang berwenang harus terus melakukan pengawasan pasar yang ketat, harus melakukan pembinaan yang rutin, harus malakukan tindakan yang  mengakomasi kepentingan ekonomi, harus bertindak secara proporsional dan berkeadilan.
Bila kita tilik  dari latar belakang pemilik Alfamrt sendiri, beliau adalah pelaku bisnis skala kecil yang sukses, artinya, mereka memahami betul seluk beluk dan dinamika di pasar.
Pemilik Alfamart Djoko Susanto yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia  versi majalah Forbes tersebut  merupakan pelaku bisnis kelontongan yang sukses membuka 560 gerai yang tersebar di berbagai pasar tradisonal. Dari sanalah cikal bakal bisnisnya mulai tumbuh. Namun, karena ada musibah kebakaran pasar tempat usahanya yang membuat ia terpuruk, namun ia  berhasil bangkit dan mengembangkan unit  bisnis lamanya tersebut.  Singkat cerita, ia terus bangkit dan akhirnya berdiri Alfa  Toko Gudang Rabat yang menajdi cikal bakal  Alfamart (Infobanknews.com, 16 Desember 2024)
Artinya mereka bisa memahani kondisi yang ada, artinya mereka bisa memaklumi kondisi negeri ini, apalagi mereka sudah lama bermukim di negeri ini dan mereka sudah cukup  nasionalis.
Memang kita perlu berterima kasih kepada mereka yang sudah ikut membesarkan dan mengembangkan perekonomian negeri ini. Namun, kita meminta juga kepada mereka agar mereka juga membantu dan menjaga kondisi kondusif dan memahani kondisi ekonomi negeri ini yang sedang suklit ini.
Untuk itu, mari kita sikapi dengam bijak adanya fenomena Alfamart tutup tersebut, dan atau akan adanya gerai ritel modern lain, dan atau akan adanya unit bisnis yang lain yang akan tutup. Langkah antisipasi harus kita kedepankan!
Bagaimana dengan pekerja yang akan terkena imbas adanya penutupan 400 gerai  Alfamart tersebut, kalau bisa pastikan mereka tetap bisa memperoleh penghasilan, antisipasi dampak melemahnya aktivitas ekonomi di sekitar lokasi tutupnya gerai Alfamart tersebut.
Singkat kata, usahakan jangan sampai banyak pihak yang dirugikan. Saya yakin, dengan pemilik yang  berlatar belakang  merisntis usaha  dari bawah, maka mereka paham betul dengan kesulitan rekan bisnisnya yang masih terseok-seok, setidaknya aka ada rasa empati terhadap pelaku bisnis lain. Semoga!!!!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H