Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kegairahan Pemilih Dilatari Kondisi Ekonomi Sedang Sulit Kah?

29 November 2024   06:01 Diperbarui: 29 November 2024   06:20 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan demikian,  jika tidak ada salah satu pihak yang tidak menghendaki, maka tidak akan terjadi. Jika tidak ada pihak yang akan memberikan "siraman", maka tidak akan ada pihak  yang akan menerima atau mengharapkan "siraman" tersebut. Sebaliknya, jika tidak ada yang meminta atau mengharapkan "siraman", maka tidak akan  ada yang  memberikan "siraman".

Singkatnya kegiatan "siram-menyiram" tersebut tidak akan terjadi, yang ada pilkada bebas, rahasia, jujur, dan damai serta demokrasi dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

Ekonomi Sulit Ikut Mendorong?

Bila disimak, kondisi  ekonomi yang sedang dihadapi sebagian besar kelas  menengah bawah saat ini,  maka tidak sedikit  kelas  menengah bawah yang sudah makan tabungan bahkan menunda konsumsi bahkan menahan konsumsi, karena kesulitan ekonomi. Faktor ini juga merupakan pertimbangan oknum pemilih senang dan memang mengaharapkan betul "siraman" yang akan diberikan oleh calon dan tim calon pada saat menjelang hari H pilkada tersebut.

Dengan mereka  dihadapkan kondisi kesulitan ekonomi tersebut, maka, wajar, kalau mereka berharap betul dengan "siraman" yang akan diberikan oleh calon atau tim calon, walaupun angkanya tidak seberapa, walaupun hanya uang recehan, walaupun harus menggadaikan harga diri sekalipun.

Namun, walaupun demikian, kita pun dihadapkan pada fenomena penurunan partisipasi pemilih. Dengan menyaksikan kondisi yang ada dan pemilih mempertimbangkan harapannya sering pupus atas apa yang diinginkannya kepada calon terpilih sebelumnya, sehingga tidak heran tidak sedikit pemilih yang tidak memilih, sehingga angka partisipasi pemilih atau minat pemilih untuk memilih turun drastis.

Lembaga  survei Charta Politika mencatat penurunan partisipasi pemilih di berbagai daerah pada Pilkada  2024, mereka mencatat pemilih   di Jakarta turun drasits,  pada Pilkada 2024 ini  pemilih jakarta hanya 58 persen, sementara  pada Pilkada DKI pada tahun 2017  lalu berada di atas angka 70 persen (detiknews.com, 27 Nobember 2024)

Bagaimaan Sebaiknya?

Bila dicermati, beberapa tahun terakhir ini, sepertinya setiap ada pemilihan umum, apakah pemilihan ditingkat petinggi negeri ini, maupun pemilihan diitngkat petinggi daerah ini,  tidak jarang menyisahkan masalah atau menimbulkan masalah. Ada sidang sengketa pemiluh-lah, ada pemilihan ulang-lah, ada kasus ini dan kasus itu-lah dan seterusnya.

Kedepan, perlu ditinjau ulang, bagaimana pelaksanaan pemilu sebaikya? Apakah tidak sebaiknya sistem dan atau pelaksaan pemilu dikembalikan dengan sistem pemilihan yang diwakilkan oleh anggota legeslatif saja, seperti yang sudah berlangsung terdahulu.

Jika sistem ini, setelah dipertimbangkan dampak negatifnya lebih kecil dibandingkan dengan sistem yang berlangsaung saat ini, mengapa tidak sistemnya dirubah seperti yang lalu saja.

Kemudian para rekan kita yang terhormat yang akan  menggodok dan atau merevisi undang-undang pemilu mulai-lah menimbang-nimbang undang-undang pemilu yang lebih cocok dengan kondisi yang ada, sehingga senantiasa akan  mendatangkan  kebaikan bagi negeri ini dan anak negeri ini. Selamat berjuang!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun