Saya tidak begitu yakin dengan pernyataan pihak (organisasi keagamaan) yang menerima Izin Pengelolaan Tambang akan menjamin tidak terjadi kerusakan lingkungan. Betapa tidak? Pengalaman menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan atau arena yang dijadikan objek pertambangan semua akan mengalami gangungan ekosistem. Tanah dikeruk sedalam-dalamnya, lingkungan sekitarnya terjadi erosi dan seterusnya.
Sebagai contoh; salah satu daerah yang ada di salah satu provinsi di negeri ini yang mengusahakan atau memproduksi "batu bara", bila kita lihat lokasi tambang, maka akan terlihat bekas pengerukan tanah yang sangat dalam.Â
Bila kita meilhat ke bawah, mobil yang akan mengakut batu bara tersebut "bak mobil mainan anak-anak", saking kegiatan pengerukan tanah tersebut sudah sangat dalam sekali atau sudah jauh ke dalam tanah. Bila tidak diantisipasi bukan tidak mungkin akan terjadi bencana.
Begitu juga dengan jenis dan atau kegiatan pertambangan lainnya, yang kesemuanya berdampak pada kerusakan lingkingan, bila tidak disikapi dengan bijak. Memang negeri ini akan memperoleh pendapatan dari adanya kegiatan penambangan tersebut, namun perlu adanya kesimbangan.
Apalagi bila kita mengacu pada bagi hasil yang kita terima. Misalnya bagi hasil dibidang pertambangan minyak dan gas bumi (migas) yang konon hanya 30 persen saja kita terima dari hasil produksi yang mereka lakukan. Artinya, disatu sisi, SDA kita terkuras, di sisi lain pendapatan kita boleh dibilang belum maksimal.Â
Untuk itu, tidak ada salahnya, kalau kita "mempertimbangkan kelanjutannya", bagaimana dengan kegiatan penambangan dalam jangka panjang, karena kita juga harus memikirkan anak cucu kita, bukan?Â
Dapatkah Terealisasi?
Bila disimak, program ekonomi hijau yang diusung para calon kepala daerah tersebut, memang sudah selayaknyalah didukung dan diberi apresiasi. Namun, apakah program tersebut akan terealisasi?
Bila kita menyimak dan belajar dari pengalaman, maka sepertinya kita akan meragukan program ekonomi hijau tersebut akan berjalan dengan baik, apalagi bila kita masih tetap terobsesi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi semata, tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi atau tanpa mengantisipasi dampak negatif yang akan timbul.
Sepertinya SDA yang terkandung di dalam bumi ini, pengelolaannya ke depan sepertinya tetap akan kita berlakukan seperti yang lalu-lalu saja, karena melihat kondisi dan prilaku sepertinya "masih seperti dulu" saja.Â
Dalam hal ini, terkadang kita dihalangi oleh suatu alasan karena kita belum memiliki modal besar, belum mampu menjalankan teknologi tinggi, dan sumber daya manusia (SDM) yang kita miliki belum mumpuni untuk mengelola sendiri areal tambang tersebut.