Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bukan Hanya Sritex yang Bangkrut, Fenomena Ini Perlu Ditangani dengan Serius!

31 Oktober 2024   06:20 Diperbarui: 31 Oktober 2024   06:25 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dengan demikian, bukan tidak mungkin mereka ini akan menjadi pesaing dan akan menggeser unit bisnis sejenis yang sudah ada. Dilapangan, bisa kita saksikan, betapa "gebyar"-nya mereka,  jika sesama unit bisnis tidak mampu mengimbangi mereka, maka bukan tidak mungkin akan mendorong mereka (pelaku bisnis yang sudah ada dan sudah eksis selama ini)  juga akan bangkrut.

Untuk itu perlu ada pengaturan. Apakah tidak sebaiknya, begitu ada unit bisnis dan atau pelaku bisnis baru yang akan masuk, dicermati terlebih dahulu. Apakah pelaku bisnis yang akan masuk tersebut akan membahayakan bagi pelaku bisnis yang sudah ada?

Apakah pelaku  bisnis yang akan masuk tersebut, akan mengambil/memburu konsumen pelaku bisnis yang sudah ada, sehingga konsumen pelaku bisnis yang sudaha ada tersebut bergeser/pindah ke pelaku bisnis baru tersebut ?. Masih banyak, pertanyaan yang harus dilontarkan sebelum menerima pelaku bisnsi baru yang akan masuk tersebut.

Pemberian izin dan non izin kepada pelaku bisnis yang baru yang akan masuk tersebut harus selektif mungkin. Jangan sampai pemberian izin dipermudah, tanpa mempertimbangkan ekses yang akan timbul. 

Memang negeri ini masih membutuhkan hadirnya pelaku bisnis-pelaku bisnis baru, karena rasio pelaku bisnis dengan jumlah penduduk masih relatif kecil. Memang negeri ini membutuhkan hadirnya pelaku investasi baru-pelaku invesatsi baru, karena memang negeri ini membutuhkan banyak pelaku bisnis dalam rangka meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja (pengangguran).

Produk luar yang masuk atau produk impor yang "meraja lela" masuk ke negeri ini perlu diwanti-wanti.  Memang, negeri ini sudah mengikrarkan diri ikut arus globalisasi, menirima perdagangan bebas, namun tidak ada salahnya, jika  ada semacam pembatasan atau kontrol yang ketat atas produk luar yang masuk ke negeri ini tersebut.

Memang sepertinya negeri ini dihadapkan pada "buah simalakama". Di satu sisi, jika disimak, masuknya produk luar tersebut dan atau maraknya impor tersebut, karena memang produk dari luar tersebut harganya lebih rendah dari harga produk yang ada di negeri ini (karena mereka efisien). 

Seperti beras saja, di Thailand dan Vietnam  data bulan Mei 2024, harga beras di Thailand  hanya Rp. 9.417,- per kg,  harga beras di Vietnam Rp. 9.091,- per kg, sementara pada bulan yang sama harga beras di negeir ini mencapai Rp. 14.103,-  per kg.

Ini jelas, akan mendorong pelaku bisnis dan atau pemerintah "tergelitik/tergoda" untuk melakukan impor  beras dari Thailand atau vietnam  tersebut. Jika, tidak mempertimbangkan kesatbilan harga dalam negeri da atau nasib petani, memang kegiatan impor beras tersebut sangat menggoda sekali.

Kemudian, tidak ada salahnya jika dilakukan  pengawasam yang ketat, atas pelaku bisnis yang ada di lapangan/di pasar. Jangan sampai terjadi praktik monopoli, jangan sampai terjadi persaingan tidak sehat,  jangan sampai terjadi kegiatan saling memburu konsumen dengan cara mengandalkan kekuatan modal yang mereka miliki, jangan sampai pelaku bisnis selaku pendatang baru "membunuh" pelaku bisnis yang sudah ada dan sudah eksis selama ini.

 

Stop Bangkrut, Tangani Serius !


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun