Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menghadapi Kondisi Ekonomi Saat Ini, Kita Harus Berhemat!

13 Oktober 2024   11:03 Diperbarui: 14 Oktober 2024   22:20 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya, masih banyak lagi cara mensiasati atau srategi yang bisa kita lakukan dalam memburu barang-barang dan jasa dengan lebih rendah dari harga normal.

Bertolak Belakang (Trade off).

Namun, bila kita cermari, di kalangan kelas menengah dan bawah ini terkadang dalam berhemat, justru mereka dihadapkan pada kondisi yang bertolak belakang (trade-off). Disatu sisi, kita akan berhemat, disisi lain dengan berhemat tersebut justru kita akan membeli dengan harga lebih mahal. Maju kena mundur kena. Sudah jatuh tertinpa tangga!

Sebagaimana hukum alam, orang yang kurang beruntung, kelas menengah dan bawah, terkadang harus membeli dengan harga lebih mahal. Biasanya kita dalam berhemat, dalam berbelanja, untuk mengatur pengeluaran atau menakar uang yang kita miliki, biasanya kita membeli dengan jumlah sedikit atau dalam ukuran (size) kecil.

Nah, biasanya jika kita membeli dalam jumlah atau ukuran kecil, harga barang yang kita beli tersebut akan lebih mahal, bila dibandingkan kita membeli dalam jumlah banyak atau dalam jumlah besar.

Sayang, yang bisa membeli dalam jumlah besar tersebut adalah kelas atas alias orang kaya. Meminjam lirik lagu Roma Irama, "yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin". Mereka membeli dalam jumlah besar atau dalam jumlah banyak, karena mereka memiliki uang yang cukup. Membeli dalam jumlah besar atau banyak, harga akan lebih rendah dari pada membeli dalam jumlah sedikit atau kecil bahkan kita akan dihormati oleh pedagang.

Contoh; bila kita membeli per kg seharga telur Rp25.000, bila membeli seperempat kg, terkadang harganya Rp7.000,-. Dengan demikian, berarti harga satu kg untuk mereka sebesar Rp28.000,-. (lebih mahal Rp3.000,-), seharusnya harga telur seperempat kg idealnya Rp6.250,- . Namun, tidak demikian, yang ada harganya lebih mahal, pedagang memperhitungkan susut dan memperhitungan aspek tehnis lainnya. Inilah dinamika yang ada, inilah fakta yang ada.

Bagaimana Sebaiknya?

Untuk menghadapi kondisi tersebut, pandai-pandailah kita menyiasatinya, agar kita tidak membeli dengan harga lebih mahal selalu. Mungkin perlu dikalkulasikan, uang secukupnya untuk membali 1 kg untuk kebutuhan beberapa hari atau beberapa minggu.

Dipihak pelaku bisnis, menghadapi nasabah atau konsumen yang mengalami hambatan dalam membayar cicilan tersebut, sebaiknya harus ada "dispensasi", "dimaklumi", jangan bertindak "sarkasme". Yakinlah selama ini Anda juga sudah diberi kemudahan dan rezeki oleh Tuhan Yang maha Esa. Saat ini, tidak ada salahnya kalau kita agak longgar sedikit.

Kemudian, sedapat mungkin mengkalkulasikan pengeluaran dari pendapatan atau penghasilan yang kita peroleh bulanan tersebut. Agar semua kebutuhan pokok dapat terpenuhi dengan pendapatan atau penghasilan yang kita peroleh tersebut. Ahli keuangan, mengajarkan kalkulasi pengeluaran dengan persentase tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun