Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Strategi Iklan Tidak Boleh Meremehkan atau Menjatuhkan Pesaing!

1 Oktober 2024   10:10 Diperbarui: 1 Oktober 2024   10:59 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp


Oleh Amidi


           

"Tiada hari tanpa iklan", suatu slogan yang tidak asing lagi. Betapa tidak, karena para pelaku  bisnis, baik skala kecil maupun skala besar,  semua melakukan-nya.


Tidak heran, jika di sudut-sudut kota dipenuhi dengan baliho,  spanduk, banner yang menyajikan berbagai iklan suatu produk atau suatu jasa yang diproduksi atau dijual oleh pelaku bisnis.  Kemudian melalui media-media sosial bebagai iklan suatu produk atau suatu jasa ikut meramaikan /menghiasi media sosial tersebut. Sehingga setiap kita akan membuka konten yang terdapat pada media sosial melalui handphone (HP) dapat dipasitkan kita akan disuguhkan atau diganggun iklan terlebih dahulu, baru tidak lama kemudian konten yang kita buka tersebut baru "terbuka".


Mencermati fenomena ini,  sehingga timbul slogan "tiada hari tanpa iklan" tersebut, dimana saja, kapan saja ada iklan. Begitu kita akan keluar rumah kita sudah disuguhi iklan, begitu kita keluar rumah mulai berjalan atau mengendarai kendaraan,  baru sampai pada perempatan jalan kita sudah disuguhi  iklan.

Tidak Boleh Menjatuhkan Lawan !

Sebenarnya, tiada larangan pelaku bisnis meng-iklan-kan suatu produk atau suatu jasa yang akan ditawarkannya kepada calon konsumen dan atau konsumen, dan melakukan berbagai startegi iklan yang akan dipublisnya, asal memenuhi syarat dan tidak melanggar etika bisnis dan ketentuan lainnya.

Namun, bila iklan tersebut melanggar etika bisnis dan melanggar ketentuan lain yang berlaku, maka iklan tersebut patut ditinjau ulang atau dilarang untuk dipublis. Apalagi iklan yang kita sajikan tersebut akan menjatuhkan produk atau jasa orang lain, maka iklan yang demikian, sebaiknya dilarang atau di stop saja.

Sekali lagi, iklan yang kita sajikan tidak boleh menjelekkan produk orang lain (lawan/pesaing), iklan yang kita sajikan tidak boleh menjatuhkan produk irang lain, iklan yang kita sajikan tidak boleh "menghina"  produk orang lain.

Startegi iklan yang kita jalankan, harus mengacu pada iklan persaingan yang sehat, startegi iklan yang kita jalankan  harus memberi kesejukan kepada pelaku bisnis yang sejenis, strategi iklan yang kita jalankan  harus dapat memberi keyakinan kepada calon  konsumen tanpa membingungkan calon konsumen.

Kemudian yang lebih penting lagi adalah strategi iklan yang kita jalankan tersebut setidaknya harus "rasional" dimata calon konsumen dan tidak "membodohi" calon konsumen kita. Apalagi, saat ini, calon konsumen dan atau konsumen kita semakin cerdas dan semakin rasional, maka jika ada startegi iklan yang tidak rasional, tidak etis, maka calon konsumen dan atau konsumen langsung akan menepis dan bukan tidak mungkin justru calon konsumen dan atau konsumen  meragukan produk kita yang sebelumnya sudah mereka yakini dan sudah mereka "gandrungi" berbalik menjadi "meninggalkan" produk kita.

Ini penting, untuk diperhatikan, karena beberapa bulan terakhir ini ada suatu konten iklan yang meng-iklan-kan produk  "air kemasan" yang di-iklan-kan dengan startegi iklan yang berlebihan dan disinyalir cendrung meremehkan produk yang sejenis.

 

Pertahankan Saja Yang Ada.

Bila di cermati, pelaku bisnis bidang air kemasan yang melakukan strategi iklan yang terindikasi  meremehkan produk yang sejenis tersebut, sebenarnya dikalangan  konsumen yang ada di negeri ini, mereka itu sudah "eksis", dan "sukses luar biasa", padahal mereka terbilang merupakan pendatang baru dibelantika produk air kemasan.

Sekali lagi, konsumen  yang ada di negeri ini, tidak sedikit yang sudah jauh cinta bahkan sudah beralih ke produk (air kemasan) tersebut. Suatu kesuksesan yang "luar biasa" yang dicapai oleh pelaku bisnis yang melakoni air kemasan tersebut.

Dengan demikian, tetaplah bertahan dengan startegi iklan yang sebelumnya yang sudah mereka lakukan. Itu pun sudah cukup!. Mengapa kita harus "gebyar" dengan maksud membordir varian produk kita agar lebih "sisukai" calon konsumen dan atau konsumen. Sekali lagi, sudah cukup dengan kesuksesan yang telah di raih tersebut, tinggal kita harus menjaga kesuksesn tersebut dan mempertahankannya.

 Boleh saja kita meng-iklan-kan varian produk yang sudah membawa "kesuksesan" tersebut, namun jangan sampai melakukan startegi iklan yang mengindikasikan meremehkan   produk yang sejenis.

 

 

 

 Acuh Etika Iklan!

Pelaku bisnis jenis dan apa saja, boleh saja melakukan berbagai startegi iklan, asal strategi iklan yang dijalankan tersebut tidak terindikasi menjatuhkan dan atau meremehkan produk lawan atau pesaing. Dengan kata lain iklan harus mengacu pada etika iklan yang baik.

Untuk mengacu pada etika iklan yang baik, maka iklan dan pelaku iklan harus; 1) jujur, benar dan bertanggung jawab, 2) bersaing secara sehat,  3) melindunngi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara dan golongan serta tidak bertentangan dengan hukum  yang berlaku (etheses.uin-malang.ac.id)

Dengan kata lain, pelaku bisnis dalam meng-iklan-kan suatu produk-nya, mereka harus mengedepankan etika iklan dan sedapat mungkin tidak menjatuhkan dan atau meremehkan produk lawan atau pesaing. Kemudian, iklan pun harus rasional dan tidak membohongi konsumen. Jangan sampai ada perdebatan diantara calon konsumen dan atau konsumen tentang produk yang kita iklan-kan.

Misalnya, ada konsumen yang biasa mengkonsumsi suatu produk, bahkan konsumen tersebut sudah "fanatik" dengan produk tersebut, eh tiba-tiba dengan adanya iklan yang kita sajikan, mereka tergoda hanya karena iklan kita terkesan meremehkan dan atau menjatuhkan produk yang sudah lama dikonsumen konsumen tersebut.

Sebaliknya, iklan yang kita sajikan tersebut, akan mempengaruhi dan mendorong konsumen beralih kepada produk kita, karena memang produk kita ada suatu kelebihan bahkan "memang terjamin dari sisi kesehatan". Jika iklan yang kita jalankan demikian, maka iklan tersebut sah-sah saja bahkan memang dikehendaki konsumen.

Pelaku Bisnis-Konsumen Tidak Boleh Dirugikan!

Dalam menyikapi fenomena iklan dan startegi iklan akhir-kahir ini, maka sebaiknya pihak yang berwenang, seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) harus cermat dan jeli melakukan tugasnya, dan pihak yang berwenang lainnya harus sigap mengantisipasi tindakan pelaku bisnis yang meng-iklan-kan produk-nya yang terindikasi menjatuhkan produk lawan atau pesaing.

Pelaku bisnis sendiri, harus menyadari dan memahami bahwa konsumen adalah orang atau pihak yang kita butuhkan, konsumen adalah bagian integral kemajuan dan perkembangan bisnis kita.

Bila konsumen mulai beransur-ansur  meninggalkan produk kita, maka lama kelamaan produk kita akan "tergerus" oleh produk lain dan pada akhirnya produk kita sama sekali ditinggalkan konsumen yang pada akirnya menyebabkan kita colaps.

Pelaku bisnis tidak boleh merugikan konsumen, pelaku bisnis tidak boleh meremehkan dan atau menjatuhkan lawan atau pesaing demi merebut pangsa pasar, pelaku bisnis tidak boleh melakukan startegi iklan yang "sengaja" untuk menjatuhkan lawan atau pesaing.

Usahakan sesama pelaku bisnis selalu "bermesraan",  satu sama lain saling membutuhkan dan saling melengkapi. Yakinlah, masing-masing produk dengan segala ragam atau varian-nya yang ditawarkan pelaku bisnis akan ada konsumen-nya.


Kita tahu, bahwa konsumen terdiri dari berbagai golongan, ada konsumen kelas menengah, ada konsumen kelas bawah dan lainnya, maka mereka akan membeli produk sesuai dengan  kelas-nya masing-masing. Yakinlah, produk kita tetap akan dibeli, tetap ada pembeli-nya, sehingga kita tidak perlu "membordir" produk orang lain. Selamat Berjuang!!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun