Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Unsur Penipuan dan atau Kejahatan dalam Lowongan Kerja Bukan Barang Baru!

13 September 2024   10:22 Diperbarui: 13 September 2024   16:56 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lowongan kerja, lapangan kerja.(Shutterstock/Stokkete via Kompas.com)

Berdasarkan pengalaman, ada salah satu pelamar kerja di kota yang terkenal dengan sebutan "sriwijaya" atau "kota dagang" atau "kota pempek", ia melamar salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang pembangunan infrastruktur yang bergengsi. 

Pada suatu saat ia mendapat surat panggilan tes, namun tes itu akan dilakukan di kota pariwisata di negeri ini yang sudah dikenal dunia. 

Dalam surat pemanggilan tes tersebut yang bersangkutan diminta membayar sejumlah uang untuk membeli tiket dan mebayar akomodasi, yang langsung dibayarkan (via transfer) kepada panitia yang identitasnya tertera pada surat pemanggilan tersebut.

Setelah yang bersangkutan mau menuju ATM, yang bersangkutan sadar, dalam hatinya terlintas, masa perusahaan BUMN bonafit harus membayar terlbih dahulu tiket dan akomadasi, kemudian, masa kita mau mengikuti tes, kok, panitia mau mengurus soal tiket dan akomadasi, dan beberapa hal lain terlintas dalam benaknya. Akhirnya, ia membatalkan mentrasnfer uang tersebut.

Tidak berapa lama, ia menghubungi teman yang melamar pada perusahaan yang sama, ternyata begitu juga yang mereka alami, namun pada saat tes akan berlangsung, yang sudah mentransfer tersebut belum juga ada kejelasannya, dihubungi nomor kontak mereka, sudah tidak aktif lagi. Ternyata benar, ada unsur penipuan. Beruntung yang tidak mentransfer uang, bagi yag mentransfer buntung.

Inilah dinamika yang ada, inilah kenyataan yang harus diterima oleh pelamar kerja. Penipuan demi penipuan yang terjadi dan atau kejahatan demi kejahatan yang terjadi. Memang miris, namun apa mau dikata pelamar kerja tidak berdaya!

Mengapa Terjadi?

Secara umum publik sudah mengetahui, jika penipuan dan kejahatan terhadap pelamar kerja memungkinkan terjadi dan yang sehrusnya dapat mensolusi persoalan pengangguran ini tak kunjung memberi solusi, malahan yang ada mereka terkadang mengambil atau mendatangkan tenaga kerja dari "sono". 

Sehingga, calon pemburu cuan melihat peluang besar untuk melakukan tipu-menipu dalam hal lowongan kerja demi memperoleh cuan yang tidak kecil, dan pelamar kerja kebanyakan tidak "selektif" dalam menyikapi fenomena penipuan dan atau kejahatan tersebut.

Sebenarnya, bukan mereka tidak selektif, tetapi karena mereka "saking gamamnya" untuk memperoleh pekerjaan, sehingga mereka berpikir dan bertindak yang biasa-biasa saja, karena mereka beranggapan apa yang terjadi (penipuan dan kejahatan) tersebut sebetulnya tidak mungkin terjadi. Namun, apa mau dikata, ternyata peluang penipuan daa atau kejahatan tersebut justru semakin terbuka.

Apa yang Harus Dilakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun