Sampai saat ini, daya beli masih tertekan. Saat ini masyarakat/konsumen dihadapkan pada kondisi makan tabungan, pendapatan mereka turun bahkan saat ini tidak sedikit kelas menengah turun kelas menjadi miskin, karena pengeluaran yang terus membengkak, sementara pendapatan cendrung turun.
Pertumbuhan ekonomi yang tidak bisa di  "genjot" lebih dari 5 persen. Kondisi ekonomi yang dirasakan sulit, yang diindikasikan pertumbuhan ekonomi bertengger pada angka 5 persen-an  per tahun juga membuat unit bisnis "ketar-ketir".  Pertumbuhahn ekonomi yang disumbang/didominasi oleh pengeluaran masyarakat alias konsumsi tersebut, sepertinya sulit untuk di "push" karena daya beli masyarakat saat ini sedang menurun.
Â
Langkah Antsipasi.
Untuk menggairahkan pasar, untuk membantu kelas  menegah dan bawah yang sedang kesulitan keuangan tersebut, perlu diberikan incentif oleh pemerintah. Berbagai jenis bantuan sosial masih perlu ditersukan (asal jangan dipolitisasi), berbagai kegiatan filantropi bagi pihak yang kelebihan dana perlu digencarkan.
Mempermudah perizinan bagi pelaku bisnis di negeri ini sangat diperlukan sekali, agar mereka tidak menanggung beban yang terlalu besar. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang merupakan layanan perizinan dan non perizinan yang didirikan beberapa tahun yang lalu, harus benar-benar dapat memberi kemudahan dalam perizinan tersebut.
Perlu langkah menekan angka pengangguran dengan mendorong invesatsi padat karya, dan atau penciptaan lowongan kerja baru serta menggalakkan berdirinya "hilirisasi" atau industri-industri yang akan banyak menyerap tenaga kerja.
Regulasi yang mengatur unit bisnis agar berjalan lancar, sehat dan kuat, sangat diperlukan. Jika regulasi yang ada belum menyentuh pada substansi yang diharapkan, perlu diperbaharui. Selektifitas terhadap perusahaan asing yang akan masuk juga menjadi penting untuk dilakukan.
Terakhir perlu mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan adanya upaya mengembalikan masa kejayaan perekonomian  Indonesia, mutlak harus dilakukan. Untuk mewujudkan itu semua, ditunut komitmen dan kemauan keras semua pihak serta harus "mengedepankan" kepentingan ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H