Namun, promosi cakada seperti dahulu, ada pertunjukan yang disertai/dilengkapi dengan musik dan penyanyi hot dan top sudah jarang. Masa (jangka waktu) promosi atau kampanye yang disediakan KPU terkadang sudah tida mereka manfaatkan/gunakan  secara maksimal.Â
Mereka melakukan promosi ala kadarnya saja, mereka hanya mempromosikan diri dengan memainkan atau "bermesraan" dengan media sosial saja, terlepas untuk menghemat biaya promosi.
Dengan kata lain, masa kampanye atau jadwal kampanye atau masa menjual produk atau program cakada yang disediakan oleh KPU, terkadang mereka acuhkan, tidak dimanfaatkan mereka secara maksimal, yang ada "adem" saja, sambil menunggu masa kampanye berlalu.
Promosi gencar ke sana ke mari sudah mulai berkurang bahkan nyaris sudah tidak dilakukan lagi oleh cakada dan tim sukses-nya. Mereka lebih banyak memainkan dan atau mengandalkan suara perolehan partai pada pemilu sebelumnya. Mereka lebih mengandalkan suara sah perolehan Pasangan Calon (paslon) Presiden dan Wakil Presiden serta calon legeslatif yang diusung partai pada pemilu sebelumnya. Jumlah suara tersebut yang menjadi acuan mereka dalam mengestimasi perolehan suara yang akan mereka dapatkan.
Kemudian mereka lebih pada memperbanyak dukungan, lebih pada memperbanyak tim sukses dan lebih pada memperbanyak tim ini dan tim itu sebagai dukungan kepada cakada tersebut.
Sepertinya transaksional yang merka lakukan lebih menonjol. Pada pemilu sebelumnya, tidak heran, kalau calon yang hanya membagi-bagikan barang berupa sembako, perlengkapan  ibadah, membantu membangunkan ini dan itu tidak cukup, suara yang mereka peroleh tidak signifikan. Untuk mendongkrak suara harus ada sesuatu  yang "instan" harus diberikan, yang biasanya sesuatu itu diamsukkan ke dalam amplop.Â
Promosi Melekat Pada Diri Cakada.
Bila disimak dari kesuksesan yang  diraih saudara Alfiansyah Komeng yang populer dengan panggilan Komeng, maka jelas bahwa komeng memang tidak melakukan promosi yang gencar, namun komeng sudah ada unsur promosi dalam dirinya, yakni dirinya sudah terkenal dan sudah banyak yang simpati dengan ciri khas "uhuy" nya.
Sehingga dengan serta merta, komeng memperoleh  suara terbanyak, suatu kenyataan yang mengejutkan banyak pihak, terutama bagi calon yang melakukan promosi secara gencar dan juga melakukan tindakan "transaksional" dalam mendulang suara pada pemilu legeslatif pada pemilu sebelumnya.
Fenomena Komeng, suatu fenomena yang menarik untuk dicermati. Artinya promosi bisa saja tidak membuahkan hasil yang diharapkan dan juga tindakan transaksional pun bisa saja tidak berpengaruh terhadap suara yang akan diperoleh. Mengapa? Karena konsumen/pemilih sudah semakin banyak yang memposisikan diri sebagai pemilih rasional ketimbang pemilih yang tidak rsional atau pemilih yang emosional.
Hindari Transaksional!