Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tidak Hanya Air Galon, Diduga Masih Ada Penyebab Lain Kelas Menengah Turun Kelas?

2 September 2024   20:15 Diperbarui: 3 September 2024   06:51 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana Sebaiknya?

Pihak yang berwenang dapat menyediakan air minum yang sehat untuk mayarakat atau warganya yang tidak perlu dibayar alias "gratis". Air minum yang sehat tersebut harus bisa diakses atau dibawa atau digunakan atau diminum langsung di tempat oleh masyarakat atau warga.

Jika belum dapat, apakah tidak sebaiknya ada semacam pengaturan atau regulasi terhadap perusahaan air kemasan atau air galon, agar tidak menetapkan harga terlalu tinggi. 

Seperti pada saat baru-baru munculnya air kemasan atau air galon, air galon dengan kualitas yang diyakini baik pun harganya per galon-nya hanya berkisar Rp 10.000,- saja, namun saat ini harga tersebut sudah menjadi Rp. 25.000,- per galon bahkan lebih. Atau air galon dengan kualitas yang diyakini juga tergolong baik, harganya dahulu hanya Rp 5.000,- per galon, kini sudah mencapai Rp, 15.000,- per galon bahkan lebih.

Mungkin harga air galon tersebut perlu ditinjau ulang, perlu duduk bersama, dengan tetap memperhatikan unsur cost dan profit yang diinginkan pelaku bisnis bidang air kemasan atau air galon tersebut. Dengan kata lain, tidak merugikan pelaku bisnis dan tidak memberatkan konsumen.

Kemudian, apa salahnya jika pemerintah memerikan incentif kepada kelas menengah dan bawah ini, untuk beberapa tahun ke depan sambil menunggu datang hilangnya kesulitan yang dihadapi kelas menengah dan bawah tersebut.

Bagi kelas menengah dan bawah sendiri harus hemat agar pengeluaran sesuai pendapatan, dalam artian harus jeli dan pandai dalam melakukan konsumsi. Misalnya bila  kita mau tidak mau tetap akan membeli air kemasan, beli lah air kemasan yang kualitas dan kesehatannya terjamin namun harga-nya masih terjangkau. Kalau pun mau makan di luar, bisa dilakukan satu kali se minggu atau satu kali sebulan saja. Jika mau membeli bahan kebutuhan pokok carilah tempat/pasar yang harganya miring, misalnya berbelanja di pasar tradisional atau pasar induk. Hindari meniru gaya hidup glamor dan hedonis, agar terhindar dari jebakan kemiskinan. Semoga!!!

Oleh Amidi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun