Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tidak Hanya Air Galon, Diduga Masih Ada Penyebab Lain Kelas Menengah Turun Kelas?

2 September 2024   20:15 Diperbarui: 3 September 2024   06:51 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila di tilik dari pengeluaran kebutuhan pokok yang lain, maka diduga bukan hanya pengeluaran untuk kebutuhan air kemasan (air galon) saja yang mendorong kelas menengah turun kelas atau  jatuh miskin, tetapi masih ada pengeluaran lain yang ikut mendorong kelas menengah turun kelas atau  jatuh miskin tersebut.

Adanya dorongan untuk mengkonsumsi makanan di luar (makan di luar rumah) yang nota bene saat ini cafe, kuliner, menjamur dan "merangsang" konsumen termasuk konsumen kelas menengah pun akan ikut-ikutan makan di luar tersebut. Ini akan  mendorong kelas menengah turun kelas atau  jatuh miskin. Mereka terkadang "memaksakan diri" untuk makan-minum di luar, berkali-kali.

Mereka terkadang tergoda dengan konsumen kelas atas yang bergaya hedonis dan glamor tersebut. Pada tanggal muda atau  pada saat baru menerima gaji/honor, mulai mereka menuruti hawa nafsu-nya mau membli ini dan itu, mau makan dan minum di luar rumah. Tidak lama kemudian, mereka mulai merasakan cuan/uangnya sudah tidak mencukupi lagi untuk memenuhi kebutuhan pokok yang lain.

Belum lagi adanya kenaikan harga-harga barang atau jasa yang tidak bisa dibendung. Walaupun terjadi deflasi, kenaikan harga (inflasi) pun tetap masih terjadi untuk beberapa bahan pangan atau untuk barang kebutuhan pokok tersebut. Kenaikan harga ini akan menyebabkan pendapatan ril mereka turun, yang pada akhirnya mendorong mereka turun kelas dan atau masuk ke dalam kelas bawah bahkan jatuh miskin.

Tidak hanya itu, masih ada lagi gaya dan dorongan konsumsi yang sering dilakukan kelas menengah ini, yang akan mendorong mereka turun kelas atau jatuh miskin. Ini semua, bisa kita saksikan sendiri di lingkungan kita tinggal atau di  masing-masing tempat kita bemukim, apalagi di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan lainnya.

Mengapa Demikian?

Bila disimak, mengapa konsumen yang tergolong ke dalam kelas menengah tersebut harus mengkonsumsi air kemasan atau air galon. Jawabnya bisa beragam, yang jelas mereka menginginkan makanan-minuman yang mereka konsumsi adalah makanan-minuman yang sehat.

Sampai saat ini masih diyakini bahwa air kemasan atau air galon masih dapat menjamin kesehatan konsumen yang mengkonsumsinya, walaupun sedikit ade riak-riak kecil atas dimunculkan atau munculnya keraguan atas beberapa air dalam kemasan tersebut.

Sebenarnya, bisa saja konsumen mengkonsumsi air sumur atau air sungai, namun saat ini sumber air minum berupa air sumur atau air sungai tersebut, saat ini tidak sedikit yang sudah tercemar limbah industri termasuk limbah rumah tangga. Sehingga, untuk mengkonsumsi sumber air minum dari jenis ini sudah meragukan.

Dengan demikian, walaupun ada unsur keterpaksaan, konsumen tetap saja akan mengkonsumsi air kemasan atau air galon tersebut. Kemudian bila disimak secara mendalam, ada benarnya apa yang dikatakan pak Bambang tersebut bahwa kelas menengah cendrung mengkonsumsi air kemasan atau air galon tidak sedikit yang turun kelas atau jatuh miskin.

Berdarkan informasi yang berkembang, ada suatu  negara maju yang menyediakan air minum berkualiats dan sehat "gratis" untuk masyarakatnya, ini sangat membantu untuk menekan pengeluaran masyarakat atau warga-nya dan dapat mempertahankan kelasnya. Bagi kelas menengah bisa bertahan dengan pendapatan yang diperolehnya bahkan mungkin justru bisa menambah tabungannya, bukan sebaliknya "makan tabungan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun