Saat ini, tidak heran bila di suatu rumah tangga, mempunyai tiga sampai 5 motor atau tidak jarang dalam satu rumah tangga, mempunyai dua mobil atau lebih. Bila didalami, sebagian besar dari kalangan kelas menengah dan bawah tersebut, dapat memiliki kendaraan tersebut, karena membeli "seken", dan atau membeli kredit. Hal itu mereka lakukan, karena memang mereka membutuhkannya.
Berdasarkan data yang ada, sekitar 70-80 persen pembelian kendaraan roda empat (mobil) dilakukan secara kredit. Begitu juga dengan motor, ini semua karena didorong adanya kemudahan dalam memperoleh kredit bahkan terkadang tidak diwajibkan untuk membayar DP pun bisa.Â
Sering saya berguyon, jangan "menyuruh" anak membeli rokok lewat dealer motor, nanti pulangnya bukan rokok yang dibeli tetapi yang dibeli justru motor (intermeso saja), "saking" mudahnya mendapatkan kredit motor.
Sehingga tidak jarang, kalau kebanyakan kalangan kelas menegah dan bawah ini menunda membayar atau menunggak pajak kendaraannya. Bila ditelusuri terkadang ada yang menunggak 2-5 tahun bahkan ada yang tidak membayar pajak sama sekali, terutama bagi pemilik kendaraan yang tinggal di dusun atau di desa.
Di kalangan kelas menengah terlebih kelas bawah, sepertinya membeli secara kredit sudah menjadi tren. Di kalangan emak-emak membeli prabot dapur pun terkadang secara kredit, apalagi membeli barang kebutuhan sekunder, seperti TV, dan lainnya.
Langkah Bijak!
Di pihak kelas menengah dan bawah harus bijak dalam berbelanja, belanja sesuai dengan kebutuhan, jangan memaksakan diri, jangan tergoda bujuk rayuan iklan, jangan tergoda oleh kehidupan yang serba glamor dan hedonis.
Berbelanja hemat agar cuan/uang yang dimiliki bisa dicukup-cukupkan, dahulukan kebutuhan primer dan atau kebutuhan sandang untuk menjaga kondisi agar tetap fit dan sehat.
Kesampingkan terlebih dahulu membeli dengan dorongan aspek gengsi dan ikut-ikutan "ber-gaya", kesampingkan terlebih dahulu membeli denga cara kredit, mana ada cuan/uang itulah yang kita belanjakan.
Membeli dalam ukuran atau size kecil atau mini harus dibiasakan, karena kita tidak memiliki cuang/uang yang cukup untuk membeli dalam ukuran besar, dan karena kita juga akan memenuhi kebutuhan akan barang lain yang memang harus dibeli.
Membeli dalam kapasitas atau jumlah atau ukuran kecil, memang lebih mahal bila kita membeli dalam kapasitan atau jumlah atau ukuran yang lebih besar. Namun, inilah fakta yang harus kita hadapi!