Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Di Masa Sulit Ini Konsumen Harus Cerdas Mengelola Cuan!

6 Agustus 2024   06:10 Diperbarui: 6 Agustus 2024   15:17 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Amidi

Tidak sedikit pekerja kena PHK, tidak sedikit pelaku bisnis yang "mengeluh" karena pasar cenderung "sepi", dan tidak sedikit pengangguran terbuka "berkais" mencari pekerjaan.

Dari 214 juta penduduk usia kerja pada bulan Februari 2024, sebanyak 149,38 juta orang di antaranya merupakan angkatan kerja (Kadin.id). Belum lagi pekerja yang kena PHK dan mau bekerja kembali, pada bulan Januari-Mei 2024 bila diakumulasikan sudah ada 27,22 ribu korban PHK di negeri ini. (databoks.katadata.co.id)

Belum lagi bila ditilik dari tidak sedikitnya pelaku bisnis yang "hidup segan mati tak mau" alias stagnan bahkan kolaps. Kesemua itu akan menyebabkan pendapatan mereka turun, wajar jika terjadi penurunan permintaan atau daya beli (purchasing power). Kondisi ini menggambarkan masa sulit yang dihadapi anak negeri ini selaku konsumen.

Bertahan di Tengah Sulit.

Kondisi "makan tabungan" dan kondisi mempertahankan hidup bagi kalangan kelas (ekonomi) menengah dan bawah sudah bukan merupakan "barang baru" lagi. Beberapa tahun terakhir ini, terlebih dalam beberepa bulan ini kondisi sulit ini menghantui kalangan kelas menengah dan bawah.

Turunnya daya beli, menyebabkan terjadinya deflasi, itu wajar-wajar saja. Betapa tidak, di tengah harga-harga sudah mulai mengalami penurunan, walau belum kembali normal. Kenaikan harga cendrung bertahan (rigit), diikuti oleh daya beli yang cendrung turun, maka jelas akan mendorong deflasi. BPS melaporkan, negeri ini mengalami deflasi 0,18 persen pada Juli 2024 (rrio.co.id).

Masyarakat selaku konsumen harus bisa bertahan dimasa sulit ini. Untuk bisa bertahan, masyarakat selaku konsumen, setidaknya bisa mengatur pengeluaran dalam rangka memenuhi ragam kebutuhannya.

Konsumen Harus Cerdas

Dalam memenuhi kebutuhan atau berbelanja, konsumen harus cerdas, konsumen harus dapat mengatur pengeluarannya, mana yang menjadi prioritas dan mana yang bisa ditunda dan konsumen harus menakar anggaran berbelanjanya.

Konsumen yang cerdas adalah konsumen yang kritis, berani memperjuangkan haknya apabila barang dan/atau jasa yang dibelinya tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan/dijanjikan serta mengerti hak dan kewajibannya. (disdagkopukm.limapuluhkotakab.go.id).

Ada beberapa langkah harus dilakukan konsumen yang cerdas, yakni;

- Teliti sebelum membeli

- Perhatikan label, petunjuk dan masa kadaluarsa

- Perhatikan produk sudah sesuai dengan SNI atau tidak

- Membeli produk sesuai kebutuhan

- Mengedepankan hak dan kewajiban (rri.co.id)

Selain itu konsumen yang cerdas, harus piawai menggunakan/mengeluarkan cuan/uang dalam berbelanja. Langkah memburu harga produk (barang dan jasa) yang lebih murah dengan kualitas yang baik harus dikedepankan dan langkah memburu diskon yang tepat dan sesuai dengan kegunaan produk (barang dan jasa) yang akan dibeli juga penting.

Memburu Harga yang Terjangkau

Dalam menyiasati anggaran yang terbatas atau uang yang dimiliki terbatas/sedikit, konsumen harus dapat mencari alternatif harga, jika mau membeli suatu produk (barang atau jasa) perhatikan harga yang sesuai dengah anggaran yang di miliki.

Kita tahu suatu produk yang akan kita beli tersebut, biasanya tersedia beragam bentuk/ukuran/tipe, tersedia di berbagai tempat, dan bisa juga tergantung waktu produk tersebut akan kita beli. Dengan kata lain, produk yang akan kita beli tersebut, bisa kita siasasti dari berbagai dimensi pasar yakni; dimensi tempat, dimensi waktu, dan dimensi bentuk/ukuran/tipe/zise.

Dimensi tempat, produk tersebut bisa kita beli di berbagai pasar tardiosional, di berbagai pasar modern, dan atau di pelataran kaki lima. Dimensi waktu, produk tersebut bisa di beli di pagi hari, di siang hari, di sore hari, di malam hari. 

Dimensi bentuk/ukuran/tipe/zise, produk bisa kita beli dengan ukuran sedang atau kecil atau sesuai dengan anggaran yang kita miliki. Kesemua itu harus kita perhatikan, dalam rangka mensiasati anggaran yang terbatas yang kita miliki.

Sebagai contoh dimensi bentuk/ukuran/tipe/zise, kita mau membeli tisu, dengan isi 100 lembar, tentu ada banyak macam dan merek tisu yang isinya 100 lembar tersebut. 

Jika ada ritel modern dengan merek ritel itu sendiri menyediakan tisu isi 100 lembar dengan harga Rp15.000,-, sementara merek lain harganya di atas Rp30.000,-, mengapa tidak kita membeli tisu merek ritel modern itu sendiri dengan harga lebih murah.

Sebagai contoh dimensi tempat, kita ingin membeli minyak goreng ukuran 1 kg di suatu tokok/tenant/gerai, setelah kita lihat harga minyak goreng 1 kg yang ada disuatu toko/tenant/gerai harga minyak goreng 1 kg tersebut paling murah Rp15.000 ke atas, sementara ada minyak goreng 1 kg merek lokal yang dikeluarkan pemerintah dengan harga di bawah Rp15.000 per kg, maka yang akan kita beli adalah minyak goreng 1 kg di suatu tokok/tenant/gerai dengan harga di bawah Rp15.000,- per kg tersebut.

Sebagai contoh dimensi ukuran bentuk/ukuran/tipe/size/kapasitas, bila kita ingin membeli/menggunakan jasa, seperti jasa transportasi. Kita bisa memilih jasa transportasi yang terjangkau dan nyaman. 

Misalnya dalam membeli jasa/menggunakan jasa transportasi, kita bisa menggunakan jasa transportasi online dengan merek/brand operator atau penyedia tertentu (kini sudah banyak), dengan harga terjangkau dan sekaligus dapat merasakan kenyamanan. 

Atau dengan kapasitas mobil tertentu yang memuat dua penumpang, karena kita hanya sendirian atau berdua, maka kita pilih menggunakan transportasi online mobil dengan kapasitas penumpang dua orang yang tarifnya lebih murah dibandingkan dengan kapasitas penumpang 4 orang atau lebih.

Contoh dimensi waktu, bisa saja kita membeli produk diwaktu yang berbeda atau diwaktu keramaian pasar sudah meredah. Misalnya, kita akan membeli daging ayam potong, agar memperoleh harga yang lebih murah, kita membelinya sekitar jam 9-10 WIB, karena pasar tersebut buka dari jam 4 pajar sampai dengan 10 pagi. Dengan membeli sekitar jam 9-10 WIB tersebut, biasanya pedagang akan pulang atau pasar akan tutup, maka ia menjual dengan harga yang murah dari harga waktu normal.

Masih banyak contoh lainnya dalam menyiasati anggaran yang terbatas tersebut (maaf bukan menggurui). Bisa dari sisi harga produk itu sendiri, atau bisa juga dari sisi merek produk atau dari aspek lain. Intinya kita harus membeli sesuai anggaran. Syukur-syukur kalau kita bisa membeli suatu produk harganya lebih murah dengan kualitas baik.

Memburu Diskon

Selain itu, kita juga bisa juga membeli suatu produk yang sudah dilakukan pemotongan harga atau diskon. Tentukan dulu barang yg akan dibeli, jangan begitu ada diskon produk tersebut langsung kita buru, tetapi mencari produk yang kita buru yang ada diskonnya. Dengan kata lain, jangan hanya semata-mata memburu diskon, mengabaikan kegunaan barang, akhirnya barang yang dibeli kurang bermanfaat.

Misalnya, kita ingin membeli perlengkapan mandi, setelah kita memperoleh infromasi ada suatu toko kosmetik atau toko yang menjual peralatan mandi tersebut sedang memberikan diskon, maka toko tersebut yang kita buru untuk mendapatkan perlengkapan mandi dengan harga lebih murah dibandingkan toko atau tempat lain yang tidak memberi diskon.

Kemudian, ada yang perlu diperhatikan dalam hal diskon yakni kita harus berhati-hati dengan diskon, bisa saja barang sudah lama atau kedaluwarsa atau barang cepat rusak didiskon, sehingga setelah kita membeli dan menggunakan barang tersebut, tidak lama kemudian sudah rusak.

Jadilah konsumen yang cerdas, terlebih di tengah kondisi sulit saat ini, agar anggaran yang kita miliki dapat memenuhi ragam kebutuhan, agar tabungan kita tidak segera amblas dan atau agar uang yang kita miliki bisa kita cukup-cukupkan. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun