Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bila Terjadi Deflasi Jangan Dulu Happy!

6 Juli 2024   06:19 Diperbarui: 8 Juli 2024   02:20 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Deflasi. (Shutterstock/Hadayeva Sviatlana)

Sebenarnya inflasi atau kenaikan harga-harga tersebut cendrung bertahan (rigit). Hal ini dirasakan sendiri oleh masyarakat, terutama masyarakat yang tergolong dalam kelas ekonomi menengah bawah. Sehubungan dengan itu, tidak heran kalau masyarakat kelas ekonomi menengah bawah ini dihadapkan pada suatu kondisi "makan tabungan".

Disatu sisi, mereka akan memenuhi berbagai kebutuhannya atau akan melakukan berbagai konsumsi, sementara harga-harga cendrung naik, pendapatan mereka konstan bahkan cendrung turun, maka wajar kalau mereka dihadapkan pada kondisi "makan tabungan".

Nah, kondisi ini terus berlangsung, sehingga pada suatu saat, mereka tidak bisa bertahan, terutama bagi mereka yang sudah tidak mempunyai tabungan lagi, maka berdampak pada menurunnya daya beli yang sangat tajam, sehingga tak ayal lagi akan menyebabkan harga-harga dengan sendirinya mengalami penurunan (deflasi).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa deflasi itu pada dasarnya tidak menunjukkan perekonomian baik-baik saja, justru harus diwaspadai agar perekonomian tidak stagnan atau terjadinya kontraksi.

Makna Deflasi Saat Ini.

Kemudian yang perlu dicermati adalah deflasi yang dimaksud adalah harga-harga barang/jasa turun dari harga-harga barang/jasa yang sudah me ningkat dengan tajam sebelumnya, sehingga turunnya harga-harga tersebut, boleh dibilang masih tergolong tinggi. Inilah makna deflasi yang terjadi saat ini.

Misalnya harga telur ayam kampung di Palembang. Sebelumnya harga telur ayam kampung di pasar tradisonal beberapa bulan lalu bertengger pada angka sekitar Rp. 30.000,- per kg, saat ini harga telur ayam di pasar tradisonal turun berkisar pada angka sekitar Rp. 26.000,- . Namun, bila mengacu pada harga telur ayam yang dijual di warung-warung, terkadang masih bertengger pada angka berkisar Rp. 30.000,- juga.

Fakta ini, mnunjukkan bahwa deflasi yang terjadi pada dasarnya tidak banyak mendorong masyarakat, terutama masyarakat kelas ekonomi menengah bawah, akan meningkatkan konsumsinya. Mereka tetap bertahan pada konsumsi semula bahkan ada kecendrungan menurun.

Dengan demikian, deflasi yang dimaksud secara sederhana dapat disimpulkan terjadinya penurunan harga-harga pada level atau tingkat yang tidak terlalu signifikan, dengan kata lain belum mendekati harga normal sebelumnya, dan masih tetap akan menyulitkan masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan atau berbagai konsumsinya.

Selanjutnya, dengan mencermati kondisi deflasi yang terjadi saat ini, maka deflasi yang membuat kita happy tersebut, sebenarnya justru bagi masyarakat belum merasakan happy alias masih tetap prihatin menghadapi kondisi ekonomi yang ada.

Apa yang Harus Dilakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun