Jika pada suatu zona atau kawasan tersebut belum ada sekolah negeri-nya, bagaimana solusi yang harus dilakukan. Apakah ada, pengecualian dengan ketentuan dan peraturan khusus bagi calon anak didik yang mau melanjutkan sekolah ke SD, SMP dan SMA/SMK negeri tersebut.
Untuk mengelimir dan atau menghilangkan adanya oknum yang melakukan pemberian ini dan itu serta tindakan gratifikasi kepada penyelenggara pendidikan atau pihak yang tidak bertanggung jawab, harus ada tindkaan tegas dan pengawasan ketat dari pihak yang berwenang (eksekutif dan legeslatif) atau pihak yang "bertaji".
Pertentangan dalam "bathin" antara mengejar kualitas dengan mengeluarkan cuan atau melakukan tindakan gratifikasi tersebut, harus dikikis. Kualitas pendidikan harus menjadi "panglima" atau harus nomor satu.Â
Biasanya dikalangan orang tua murid berlomba-lomba memburu sekolah negeri (SD,SMP dan SMA/SMK) tersebut, karena mereka berasumsi bahwa sekolah negeri tersebut berkualitas. Â Pernyataan/anggapan tersebut sah-sah saja, karena sekolah negeri dari sisi fasilitas (sarana dan prasarana) tidak ada persoalan, karena dana-nya dari pemerintah.
Â
Disisi lain, ada pula anggapan dikalangan mereka, dengan memberikan cuan atau gratifikasi tersebut, anak mereka bisa masuk sekolah negeri dan dengan masuknya anak mereka ke sekolah negeri, maka akan  mengemat biaya selama menempuh pendidikan tersebut. Jika ber-sekolah di swasta yang "baik" dirasakan mereka mahal.
Namun, kasihan mereka, mana sudah dihadapakan konsisi susah, sudah "makan tabungan", Â mana lagi harus mengeluarkan cuan yang tidak kecil demi memasukkan anaknya sekolah negeri tersebut.
Kemudian langkah terus memperbaiki atau meningkatkan pendapatan sang guru  mutlak harus dilakukan. Saat ini lirik lagu Iwan Fals tentang keadaabn sang guru yang dilukiskan dengan seorang "Oemar Bakri", sudah harus disesuaikan dengan kondisi saat ini. Dahulunya mereka menjalankan tugas dengan bersepeda, kini setidaknya harus sudah menggunakan kendaraan (motor atau mobil).
Bila perlu semua sang guru yang ada di negeri ini semua pada memakai mobil dalam menjalankan tugas mulia nya tersebut. Betapa tidak, jika pendapatan  mereka terus  kita tingkatkan dari tahun ke tahun, mereka  tidak keberatan mencicil pembelian mobil secara keredit.
Penampilan sang guru  ini penting, saya kadang "keki" melihat anak didik dan atau mahasiswa memakai mobil ke sekolah atau ke kampus, sementara sang guru  (guru atau dosen) hanya berjalan kaki atau naik oplet ke sekolah atau ke kampus.