Belum lagi adanya dorongan  masyarakat yang sering "pamer" kekayaan atau harta yang dimilikinya di ruang publik. Tidak jarang, jika antar anak sekolah saling menonjolkan merek dan tipe HP yang dimilikinya, tidak jarang kalangan emak-emak berlomba-lomba pamer dengan menjinjing tas ber-merek di tangan, dan lainnya.
Kesemua itu, akan mempengaruhi gaya hidup yang lain yang melinat/menyaksikan fenomena tersebut, Â dan memperngaruhi gaya hidup anak negeri ini, terlebih yang tidak mempunyai pendirian.
Belum lagi, jika mereka menyaksikan pelaku bisnis, yang menggoda dengan konten promosi yang "aduhai". Anda cukup mengeluarkan cuan  uang Rp. 50 ribu sehari Anda sudah bisa membeli HP mewah ini, dan seterusnya.
Â
Kembalikan Fungsi Sekolah Sebenarnya.
Sekolah yang bertujuan  untuk mencerdaskan anak bangsa, harus benar-benar dapat diwujudkan. Proses pendidikan yang sudah baik selama ini, harus dikembalikan, dipertahankan  dan di junjung tinggi.
Peserta didik dan  sang guru yang mempunyai kedudukan terhormat dan dihormati, ditiru serta digugu, harus dikembalikan lagi, dan harus benar-benar dijunjung tinggi.
Solusi.
Untuk itu, harus ada solusi yang dapat menggiring kita keluar dari persoalan yang satu ini.
Sistem zonasi untuk pemerataan yang sudah kita berlakukan beberapa tahun ini, perlu dicermati lagi, perlu dievaluasi dan perlu dikaji lagi. Di lapangan ternyata banyak persoalan yang masih mengganjal. Misalnya, di suatu zona atau suatu kawasan belum ada sekolah negeri-nya, belum ada SD, SMP dan SMA/SMK negeri-nya.