Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Cuan Mewarnai PPDB?

4 Juli 2024   06:01 Diperbarui: 4 Juli 2024   10:33 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

Oleh Amidi

 

Selama ini belum terdengar dan atau belum terungkap, jika ada oknum orang tua murid ikut campur atau atau berperan dalam menentukan keberhasilan anak-nya masuk sekolah negeri.   


Namun, akhir-akhir ini justru santer berita tentang pelekasanaan  Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)  di "rusak" oleh adanya oknum orang tua dan pihak yang tidak bertanggung jawab  melakukan praktik maladminsitrasi dan memberikan cuan/uang   kepada pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut, agar anak-nya bisa masuk sekolah negeri yang mereka tuju.

 

Fenomena Membisniskan pendidikan.

Jauh sebelumnya, jika ada oknum orang tua murid akan memberikan sesuatu berupa barang atau cuan kepada oknum sang guru begitu tabu, oknum orang tua murid takut jika nanti sang guru "tersinggung", takut justru akan berbalik kepada sang anak.

Bisa saja, anak yang tadinya mungkin berhasil meraih nilai  baik, namun dengan adanya ketersinggungan tersebut, bisa saja oknum sang guru justru merubah-nya dengan nilai yang kurang baik. Dengan kata lain, misalnya nilai anak-anak dalam satu kelas kecil  di "dongkrak" dengan pertimbangan tertentu, namun anak yang oknum orang tuanya memberikan sesuatu tersebut, bisa saja tidak di "dongkrak" atau tidak dinaikkan alias tetap nilai semula.

Sebetulnya, hal demikian tidak boleh dilakukan, namun karena adanya

 unsur emosi atau ketersinggungan tersebut, secara emosi pula oknum sang guru melakukan hal tersebut.  

Jika dicermati, sah-sah saja oknum sang guru melakukan itu, karena mereka ingin menjaga kridibillitas,  harkat dan martabat selaku sang guru dan sekolah. Namun, bagaimana pun berdasarkan etika, hal tersebut tidak boleh dilakukan.

Namun, saat ini, sepertinya pemberian hadiah  justru makin marak. Pendidikan sudah cendrung dibisniskan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun