Bila dirunut, uang sebesar itu, jika mereka akan memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, mungkin tidak cukup, maka terpaksa sang ayah memutar otak bagaimana untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dengan pendapatan sebesar itu.
Belum lagi, jika sang anak sudah ada yang sekolah, dan kuliah, maka jelas sang ayah akan kewalahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, sang ayah harus memprioritaskan konsumsi dasarnya terlebih dahulu. Belum lagi bila mereka harus membayar cicilan kendaraan, katakanlah kendaraan roda dua, maka beban mereka menjadi semakin berat.
Contoh lagi ada satu keluarga yang mempunyai tiga anak, dan  anaknya sudah kuliah semua, sementara yang bekerja dalam satu keluarga tersebut hanya sang ayah yang berpengahsilan agak lumayan yakni lebih kurang Rp. 15 juta per bulan yang diperolehnya dari pendapatannya sebagi pekerja pokok, bekerja tambahan sebagai konsultan dan tenaga ahli atau ada yang sebagai pebisnis (pekerjaan sampingan). Setelah dicermati ternyata penghasilan sebesra itu masih juga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Untuk itu, upaya yang mereka harus lakukan adalah dengan mencukup-cukupkannya saja. Skala prioritas harus mereka utamakan, misalnya membayar cicilan kendaraan dan juga cicilan rumah (apabila mereka ada cicilan kendaraan dan rumah), menyisihkan untuk pembiayaan pendidikan anak-nya, dan kebutuhan yang sangat mendasarnya (makan-minum), bila masih ada kelebihan baru mereka dapat memenuhi kebutuhan lainnya.
Suatu gambaran kesulitan masyarakat yang tergolong kelas menegah dan bawah. Suatu fenomena yang menggambarkan hal tersebut kebanyakan melanda anak negeri ini. Suatu dinamika kehidupan anak negeri ini yang mereka harus hadapi.
Dengan demikian, kehidupan anak negeri ini semakin berat, fenomena "makan tabungan" tersebut wajar bahkan lama kelamaan tabungan habis, maka tidak bisa lagi "makan tabungan", yang ada mereka harus menahan konsumsi, melakukan konsumsi untuk kebutuhan yang sangat mendasar saja, dengan mengurangi intensitas dan kapasitas konsumsi dari konsumsi yang biasa  mereka lakukan.
Lakukan TerobosanÂ
Dalam mencari solusi persoalan yang satu ini, pihak yang berwenang dan atau pemerintah (pihak eksekutif dan legeslatif) harus sigap. Sedapat mungkin menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan jalan mendorong variabel ekonomi yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi, seperti invesatsi dan ekspor.
Menggiring investasi yang menciptakan multiplier effect yang besar, bukan investasi yang tidak banyak menyerap tenaga kerja, bukan investasi padat modal, bukan investasi yang diimplementasikan dalam bentuk pembangunan infrastruktur yang memakan dana "gede" dan memberi imbas kecil bagi perekonomian.
Harus ada upaya meringankan beban anak negeri ini, dengan tidak terus menaikkan variabel beban tersebut, seperti akan adanya kenaikan PPN, akan adanya kenaikan BBM, akan adanya tambahan potongan ini dan itu.
Kemudian langkah yang juga tak kalah penting adalah bagaimana menekan ketimpangan yang cendrung  membesar yang maish terjadi dibelantika dunia kerja dan di kalangan masyarakat luas.