Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Dimensi Ekonomi Kurban dan Mengoptimalkan Pembagian Daging Hewan Kurban

18 Juni 2024   07:07 Diperbarui: 19 Juni 2024   00:17 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Amidi

Perintah sang Khaliq untuk melaksanakan ibadah kurban bagi umat muslim/muslimat, tidak hanya mengandung dimensi nilai ketaqwaan kepadaNya, tetapi juga mengandung dimensi ekonomi bagi umat secara keseluruhan.

Melaksanakan kurban dengan menyembelih hewan kurban juga mengandung makna suatu keyakinan, "seyakin-yakinnya" atau ainul yaqin atas perintah sang khaliq tersebut, sehingga hewan kurban merupakan wujud dari "taqarrub" atau merupakan langkah mendekatkan diri, merupakan ketaqwaan hamba kepada Allah SWT.

Dimensi ekonomi melaksanakan kurban nyata dan dapat dirasakan umat, baik bagi pihak yang melaksanakan kurban maupun yang akan menerima hewan kurban yang sudah disembelih tersebut.

Dimensi Ekonomi Pebisnis

Para pelaku bisnis atau pedagang yang menjual hewan kurban atau hewan yang akan digunakan untuk melaksanakan kurban tersebut, pada hari-hari biasa sepi pembeli, apalagi dengan adanya kontraksi ekonomi beberapa tahun terakhir ini.

Penjual sapi, kerbau, kambing, dan domba pada hari-hari biasa terkadang gigit jari, hari-hari dilalui tanpa pembeli, walaupun ada yang membeli, hanya satu dua orang saja, hanya pedagang yang akan menjual sate, atau anak negeri ini yang mau hajatan serta yang mau beternak sapi, kerbau, kambing atau domba tersebut.

Namun, pada beberapa hari sebelum tibanya hari raya Idul Adha atau hari raya kurban 1445 H, pedagang tersebut mulai kebanjiran pesanan, sehingga keuntungan mereka pun menjadi "gede". Pedagang hewan kurban juga ketiban rezeki nomplok dengan tibanya hari raya Idul Adha tersebut.

Tidak heran, jika panitia kurban atau institusi yang akan melaksanakan ibadah kurban atau yang akan menyembelih hewan kurban tersebut, jauh-jauh hari sudah "menempa" hewan kurban dan ada juga yang membeli hewan kurban ukuran masih kecil untuk dilakukan pemeliharaan dengan sistem bagi hasil kepada pihak yang bersedia memelihara untuk membesarkan hewan kurban tersebut, sehingga pada saat mendekati hari "H" atau hari raya Idul Adha, hewan kurban yang dipelihara tersebut sudah besar dan sudah masuk kriteria hewan untuk digunakan dalam menunaikan ibadah kurban. 

Tinggal kedua belah pihak menghitung berapa harga hewan kurban pada saat itu, tinggal negosiasi antara pihak yang menitip hewan kurban untuk dibesarkan tersebut dengan pihak yang memeliharanya.

Dimensi Ekonomi PelakU Kurban

Orang yang diberi Tuhan Yang Maha Esa rezeki yang dapat digunakan untuk melaksanakan ibadah kurban barang tentu akan membeli hewan kurban. 

Hewan kurban yang akan dibeli pelaku kurban berkisar Rp 3.000.000 sampai Rp3.500.000 untuk satu ekor hewan kurban berupa kambing. Artinya untuk satu orang pelaku kurban, minimal harus menyediakan uang sekitar Rp 3.000.000 sampai Rp3.500.000 baru bisa melaksanakan ibadah kurban. 

Jika dalam satu keluarga ada lima (5) anggota keluarga dan mau melaksanakan ibadah kurban semua, maka keluarga tersebut harus mengeluarkan uang minimal Rp15.000.000 sampai Rp17.500.000.

Dengan demikian, berarti orang yang akan melaksanakan ibadah kurban secara ekonomi harus mampu, harus mempunyai uang cukup. Kecukupan uang tersebut, bisa juga disiasati dengan arisan atau memotong gaji, misalnya memotong gaji lebih kurang Rp250.000 per bulan per pekerja, dalam setahun sudah cukup untuk membeli hewan kurban, dengan demikian ia sudah bisa melakukan perintah melaksanakan ibadah kurban tersebut.

Dengan demikian pula perintah melaksanakan ibadah kurban mendorong seseorang untuk kreatif dan disiplin dalam mengatur uang yang akan diperolehnya dari pendapatan/penghasilannya.

Dimensi Ekonomi Umat

Begitu juga dengan umat atau orang yang akan menerima daging hewan kurban tersebut. Dengan adanya pihak yang diberi rezeki lebih untuk melaksanakan ibadah kurban, maka umat atau pihak yang kurang beruntung.

Atau pihak yang belum dapat membeli daging untuk dimakan sehari-hari, pada saat tibanya hari raya Idul Adha atau hari raya kurban, mereka akan ikut merasakan kebagian rezeki, memperoleh daging hewan kurban atas pembagian daging hewan kurban tersebut.

Jika mereka akan membeli sendiri, maaf, mungkin mereka belum mampu, karena mereka setidaknya harus mengeluarkan uang minimal Rp150.000,- sampai Rp200.000,- untuk satu kilo gram daging sapi..

Bagi mereka yang kurang mampu, maka mereka akan memperoleh daging, dengan kata lain mereka dapat memenuhi kebutuhan akan nutrisi berupa daging hewan kurban yang dibagikan kepada mereka tersebut.

Berdasarkan data pada masjid kami, setiap tahunnya jumlah masyarakat yang akan melaksanakan ibadah kurban terus bertambah, sesuai dengan jumlah hewan kurban yang kami terima selaku panitia.

Namun, apa mau dikata, setelah kupon sudah semua ditukar oleh penerima kupon dan semua daging hewan kurban sudah kami bagikan, ternyata masih juga masyarakat antre tidak mau membubarkan diri, karena mereka mau meminta daging hewan kurban, namun mereka tidak memiliki kupon.

Kami selaku panitia hanya bisa mengimbau, "maaf bapak/ibu/saudara, dagingnya sudah habis, Sekali lagi "maaf" dagingnya sudah habis. 

Indikasi ini, menunjukkan bahwa masih banyak saudara kita yang ingin merasakan/menikmati daging hewan kurban tersebut. Namun, apa daya, daging hewan kurban yang akan dibagikan tersebut terbatas, tergantung dengan pelaku kurban yang akan melaksanakan ibadah kurban pada suatu tempat.

Optimalisasi Daging Hewan Kurban.

Pada umumnya, sebagian besar panitia kurban membagikan secara langusung daging kurban yang diamanahkan oleh pelaku kurban, jarang panitia yang tidak membagikan secara langusng daging hewan kurban atau memprosesnya terlebih dahulu baru akan didistribusikan.

Saya mencontohkan ada pihak yang peduli dan kreatif, mencoba untuk mengoptimalkan pemanfaatan daging hewan kurban dengan jalan memprosesnya menjadi rendang atau menjadi kornet yang sudah dikemas dalam kaleng. 

Salah satu yang saya ketahui adalah rekan-rekan pengurus Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sodaqoh Muhammadiyah yang ada di Pulau Jawa atau Lazismu yang ada di Pulau Jawa yang baru melakukan hal yang demikian.

Daging hewan ada yang sebagian untuk dibagikan secara langusng dan ada sebagian yang diproses menjadi rendang atau kornet dalam kaleng tersebut. Suatu karya yang inovatif, yang perlu diberi apresiasi.

Semoga karya kreatif dan inovatif ini dapat diikuti oleh panitia kurban lain di negeri ini, agar daging hewan kurban dapat dimanfaatkan secara masimal dan atau secara optimal.

Model pembagian daging hewan kurban yang sudah menjadi makanan siap saji ini, selain dapat memudahkan panitia membagikannya, juga dapat membantu pihak yang akan menerima daging hewan yang akan dibagikan tersebut. 

Dengan demikian, kita sudah dapat membantu mereka dari sisi ekonomi yakni mereka yang menerima daging hewan kurban tersebut tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk memasak daging hewan kurban agar bisa dimakan.

Hanya tinggal, pihak yang berkompeten mengkaji hal ini, apakah sudah sesuai dengan syariat dan atau ketentuan yang ada atau ada hal lain yang perlu disempurnakan. Selamat Berjuang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun