Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menjaring SDM Berkualitas di Tengah Hiruk Pikuknya Uang Kuliah Tunggal Mahal

29 Mei 2024   15:01 Diperbarui: 29 Mei 2024   19:13 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Amidi

Negeri ini masih terus membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. Kualitas SDM, salah satunya ditentukan oleh tingkat dan kualitas pendidikan. Namun kini ada kendala, Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ditetapkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terus mengalami peningkatan alias dirasakan mahal.

Apa yang harus dilakukan dalam mendorong SDM berkualitas ditengah hiruk pikuknya UKT mahal tersebut?

Kondisi Saat Ini.

Sebetulnya selama ini kita telah peduli dengan persoalan yang satu ini, kita berjuang untuk terus membangun SDM dan kini terlihat sungguh nyata keberhasilan atas pembangunan SDM tersebut, karena setiap tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) negeri ini terus mengalami peningkatan.  

Seperti yang dirilis BPS bahwa IPM negeri ini pada tahun 20023-2024 mencapai angka 0,713 atau naik 0.008 poin dari IPM negeri ini di tahun sebelumnya (liputan6.com). 

Kemudian dirilis Uniterd Nation Development Programe (UNDP) bahwa IPM negeri ini  tahun 2020 lalu saja menduduki peringkat ke 107 dari 189 negara (negeri ini berada ditingkat tengah) dibandingkan dengan negara Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat ke 5 dari Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia dan Thailand (CNBC 16 Desember 2020).

Kini ada kendala yang akan mengahdang langkah kita dalam mendorong SDM berkualitas tersebut yakni mahalnya UKT dan atau terus meningkatnya harga pendidikan di negeri ini.

Kita lupa bahwa kebanyakan anak negeri ini yang memburu PTN tersebut, tidak hanya mengejar kualitas pendidikannya, tetapi lebih tertuju pada pertimbangan biaya pendidikan itu sendiri. 

Mereka, terutama orang tua yang kurang mampu, berharap agar anak nya bisa masuk PTN tersebut, dengan harapan dapat membiayai anaknya sampai dengan tamat. Namun, apa daya, kini UKT sepertinya akan menjadi penghalang mereka untuk mewujudkan cita-cita.

Memang miris, jika anak negeri ini terpaksa mengudnurkan diri dari PTN yang berhasil mereka "gondol" karena prestasinya. Seperti viral di media sosial, ada seorang calon mahasiswa bernama Siti Aisyah, mahasiswa salah satu PTN di negeri ini jalur prestasi, memilih mundur lantaran tidak sanggup membayar UKT.

Bila didalami, mungkin saja Siti Aisyah tidak sendirian mengalami nasib seperti ini, mungkin masih ada calon mahasiswa yang mengalami nasib yang sama seperti Siti Aisyah tersebut.

Di tengah negara terus memperbesar anggaran pendidikan, dtengah terus gencarnya calon pimpinan bangsa dan atau calon kepala daerah yang yang akan berlaga di ajang PILKADA dengan berlomba-lomba menjual produk atau program "pendidian gratis", eh justru tidak sedikit anak negeri ini yang mengeluhkan mahalnya UKT dan atau mahalnya biaya pendidikan. Ditambah lagi pimpinan bangsa terpilih pun mempunyai program dan konsen dengan pendidikan gratis tersebut. Suatu kondisi yang bertolak belakang (trade-off).

SDM Cerdas Integritas Bangsa Meningkat.

Jika kita tilik dari angka dan peringkat IPM yang kita capai di atas, berarti pembangunan SDM kita dapat dikatakan masih harus diperjuangkan sekuat tenaga dengan segala daya dan upaya yang ada. 

Pembangunan SDM yang akan mendorong SDM berkualitas, dan cerdas tersebut mencerminkan kecerdasan suatu bangsa sekaligus mencerminkan integritas suatu bangsa. Untuk itu pembangunan SDM tidak bisa ditawar -- tawar. Bukankah SDM yang tidak berkualitas tidak hanya menjadi beban pembangunan negeri ini tetapi SDM yang tidak berkualitas justru akan mengerogoti hasil -- hasil pembangunan yang telah dicapai oleh negeri ini?

Jika kita membiarkan SDM kita terus tertinggal dan kita biarkan mereka masih berjung sendiri untuk membangun kualitas diri mereka sendiri, maka selamanya kita akan tertinggal dengan negara -- negara yang telah melakukan pembangunan terhadap SDM mereka.

SDM yang handal, dan cerdas yang dimiliki suatu negara/bangsa akan mendorong negara/bangsa tersebut maju dan berkembang, seperti tidak perlu jauh -- jauh kalau kita mau mengambil conoth, misalnya Malaysia saja. 

Jauh sebelumnya SDM Malaysia itu belajar menimba ilmu di Indonesia, namun kini SDM Malaysia sudah bisa mengalahkan SDM negeri ini dan SDM daerah ini. Kini kita justru berbondong-bondong menuntut ilmu di negeri JIRAN tersebut, termasuk berbondong -- bonding berobat ke negeri tetangga yang satu ini.

Tidak heran, kalau SDM di negeri ini yang berkualitas dan cerdas ada yang lari dan bekerja di luar negeri  sebagai tenaga ahli, sebagai tenaga professional dan sebaginya. 

Selain memang mereka dengan kemauan sendiri untuk "hijrah" bekerja ke sana, memang ada dorong imbal jasa yang besar kepada SDM negeri ini yang berkualitas dan cerdas untuk ikut mengambangkan dan memajukan negeri mereka. Kalau sudah begini, maka yang akan rugi kita sendiri.

Beberapa Langkah.

Untuk itu, setidaknya ada beberapa langkah yang harus kita lakukan untuk meneruskan pembangunan SDM. Kemudian agar anak negeri ini dan atau SDM negeri ini yang berkualitas dan cerdas tersebut tidak putus asa, tidak apatis, dan dapat dimanfaatkan dalam mengisi dan mewarnai pembangunan negeri ini.

Jangan hentikan untuk mengalokasikan pos anggaran yang akan menopang kualitas SDM tersebut atau dengan kata lain jangan hentikan mengalokasikan pos anggaran untuk mendongkrak angka IPM negeri ini, seperti angaran pendidikan, dan angaran kesehatan. Alokasikan pos anggaran ini dengan angka yang terus meningkat.

Dengan demikian, UKT mahal tersebut, jelas-jelas bertentangan dengan langkah kita untuk terus memperbesar anggaran pendidikan tersebut. 

UKT mahal akan mengerem semangat anak negeri ini yang kurang mampu untuk memperoleh pendidikan yang baik, pendidikan negeri (PTN) yang selama ini diketahui biaya pendidikannya terjangkau oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah.

Sementara, saat ini anak negeri ini dihadapkan dengan hiruk pikuknya UKT mahal, kenaikan UKT yang tidak tanggung-tanggung, adanya keinginan merubah status PTN menjadi PT mandiri dalam pembiayaan.

Langkah melakukan koordinasi antar pihak yang terkait, dalam hal ini menteri pendidikan, menteri keuangan, pimpinan PTN dan pihak yang terkait lainnya, untuk duduk bersama membicarakan bagaimana sebaiknya besaran UKT yang ideal, bagaimana besaran UKT yang tidak membebani masyarakat yang kurang mampu.

Memang bila dihubungkan antara biaya pendidikan dengan kualitas pendidikan, akan berpengaruh secara signifikan, namun masih ada jalan lain untuk menutupi biaya pendidikan anak negeri ini pada PTN tersebut.

Negeri ini masih memiliki sumber pembiayaan untuk pendidikan dari sumber lain, tinggal komitmen dan konsistensi kita semua dalam mencetak SDM berkualitas dan cerdas tersebut.

Kita berharap agar hirup pikuk UKT mahal atau kenaikan UKT tersebut segera akan berakhir, anak negeri ini yang lolos jalur prestasi tetap dapat melanjutkan pendidikannya pada PTN yang mereka tuju tersebut. Semoga!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun