oleh Amidi
Dalam rangka mengimplementasikan kepedulian kepada sesama insan dimuka bumi ini, anak negeri ini telah "berbagi" atau bersedekah  atas rezeki yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada kita. Kegiatan "berbagi" yang kita lakukan tersebut  berupa harta atau  non harta,  berupa barang atau  uang dan dalam bentuk lainnya.
Bila dicermati kegiatan "berbagi" yang kita lakukan tersebut, pada hari-hari biasa, intensitasnya datar saja, bahkan boleh dibilang jarang dilakukan. Namun, pada momentum Ramadhon ini,  intensitas "berbagi" yang kita lakukan  cendrung meningkat. Â
       Berbagi - Sedekah.
Aktivitas "berbagi" yang kita lakukan tersebut, intensitasnya terus meningkat seiring dengan datangnya bulan Ramadhon, baru beberapa hari anak negeri ini menjalankan ibadah puasa, peningktan intensitas berbgai tersebut mulai terlihat.
Bila disimak, kegiatan "berbagi" yang kita lakukan tersebut, meliputi beberapa kegiatan yang sebagaimana lazimnya kita lakukan pada saat datangnya  bulan Ramadhon. Adapun kegiatan "berbagi" tersebut adalah;
Memberikan makanan dan minuman saat menjelang berbuka. Makanan/minuman tersebut biasanya kita berikan kepada tetangga dekat dan juga kepada saudara kita yang lain melalui "berbagi" yang kita lakukan dijalan atau ditempat-tempat tertentu, biasanya dilakukan bagi yang mempunyai rezeki yang berlebihan atau  oleh lembaga  zakat, infaq dan sodaqoh.
Mengisi celengan  setiap malam pada saat sholat tarawih. Kebiasaan anak negeri ini, pada saat melaksanakan sholat tarawih berlomba-lomba mengisi celengan yang diedarkan petugas masjid/musholah. Besarnya pun terkadang berbeda dengan hari-hari biasa (pada waktu sholat jum'at), biasanya besaran "berbagi" atau uang yang kita masukkan tersebut cendrung lebih besar pada bulan Ramadhon ini.
Memberikan uang "recehan" kepada pengemis dijalan, di trafic light, Â atau di pasar. Pada hari-hari biasa, sepertinya dikalangan kita ada keengganan untuk memberikan uang "recehan" kepada pengemis dijalan atau di pasar. Namun, pada momentum Ramadhon ini, sepertinya intensitas kita memberikan uang "recehan" tersebut lebih meningkat.
Melebihkan pembayaran ongkos pada saat mau membayar ongkos naik oplet atau becak. Pada hari-hari biasa, mungkin kita bertanya terlebih dahulu, berapa ongkos naik becak ke suatu tempat bahkan mungkin kita meminta  potongan (mau nya  lebih murah lagi), namun, pada momentum Ramadhon ini, tidak heran kalau kita langusng naik saja tanpa menanyakan berapa ongkos-nya, bahkan ada kecendrungan kita membayar lebih dari tarif normal.
Membagikan bingkisan barang makanan/minuman atau sembako. Kegiatan "berbgai" seperti ini, biasanya dilakukan individu yang berlebihan rezeki dan atau lembaga/institusi baik itu lembaga zakat, infaq dan sodaqoh maupun lembaga lainnya. Terkadang terlihat antrian panjang saudara kita yang akan mengambil sembako yang akan kita bagikan tersebut.
Mengeluarkan uang untuk memberi orang yang kurang beruntung yang datang ke rumah-rumah. Pada momentum Ramadhon ini, biasanya saudara kita yang kurang beruntung tersebut, melakukan "hunting" ke rumah-rumah untuk meminta sebagian rezeki yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa kepada kita, dan biasanya pada momentum Ramadhon ini, kita tidak segan-segan memberikan sejumlah uang kepada mereka.
Kemudian biasanya mereka datang berkelompok atau group, tinggal bagaimana kita mensiasatinya agar mereka tidak datang beruang kali dan tidak memobilasi rekan-rekannya yang lain, sehingga kalau itu terjadi, maka akan tidak henti-hentinya mereka datang kerumah kita.
Membayar lebih jasa tukang sampah yang membuangkan sampah rumah tangga kita. Begitu juga dengan tukang sampah atau petugas mengambil sampah ke rumah-rumah kita. Pada hari biasanya, kita hanya membayar  jasa-nya sebulan sekali. Namun, pada momentum Ramadhon ini, biasanya kita memberikan/membayar lebih. Atau bisa jadi tukang sampah itu sendiri yang menyediakan amplop untuk di isi uang yang mereka istilahkan THR.
Kemudian berbagai bentuk  filantropi lain yang kita keluarkan untuk "berbagi" kepada saudara kita yang kurang beruntung tersebut.
Perhatikan Model Sedekah.
Kegiatan "berbagi" yang kita lakukan tersebut, harus disikapi dengan bijak, jangan kebaikan (pahala) yang kita harapkan justru berbuah kejelekan (dosa), karena model "berbagi" Â kita yang salah atau keliru. "Berbagi" harus dilakukan dengan ikhlas dan membuat penerima senang, dan atau bergembira. Untuk itu setidaknya, ada beberapa faktor di bawah ini yang harus diperhatikan;
Jangan riya/pamer.
Jika "berbagi" yang kita lakukan tersebut ada unsur pamer (riyak), atau lebih banyak unsur "show" nya, maka kegiatan "berbagi" tersebut akan mendatangkan mudhorat. Â Bila kita perhatikan dilapangan, tidak sedikit di kalangan kita yang "berbagi" memberikan secara langsung kepada yang akan menerima-nya, sehingga terjadi antrian panjang, karena berdesak-desakan, sehingga tidak heran kalau ada yang pingsan, bahkan ada yang meninggal.
Jika ini yang terjadi, Â maka kegiatan "berbagi" yang kita lakukan tersebut, jangankan membuahkan kebaikan (pahala) tetapi justru menciptakan keburukan (dosa) dan lebih jauh lagi berarti kita telah mengangkangi harkat dan martabat mereka.
Jangan mengeksploitasi.
Kebiasaan dikalangan kita, pada saat kita melakukan kegiatan "berbagi" tersebut, orang yang menerima barang atau uang yang kita berikan tersebut, kita photo, dan biasanya kita akan ekploitasi, kita pajang, kita ekspos.
Jika ini yang kita lakukan, maka kita juga berarti telah menganggkangi harkat dan bartabat mereka. Untuk itu harus berhati-hati, usahakan jangan sampai mengeksploitasi. Kalau pun photo tersebut akan kita jadikan bukti untuk diberikan kepada saudara kita yang telah "berbagi" melalaui lembaga zakat, infaq  dan sodaqoh kita, harus bijak jangan sampai kelihatan wajah atau dengan cara lain.
Jangan terpaksa dan jangan menghardik.
Dalam melakukan kegiatan "berbagi" tersebut,  usahakan jangan terpaksa. Bila ada unsur keterpaksaan, biasanya akan timbul tindakan menghardik. Terkadang kita tidak sadar kita berkata kasar, "Anda ini mengganggu,  lihat dulu saya sedang apa", kemungkinan kalau emak-emak sedang berbelanja di pasar, sementara peminta-peminta tersebut menyodorkan tangan untuk meminta uang kepada emak-emak tersebut. Sehararus-nya, kita ingatkan dia dengan perkataan, sabar dik, sabar pak, sabara buk, saya  lagi berbelanja, tunggu, setelah itu baru kita berikan, saya yakin, mereka memaklumi-nya
Berbagilah  Untuk Dilupakan.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya, dalam melakukan aktivitas "berbagi" tersebut, harus dilakukan dengan ikhlas dengan tanpa pamrih, berikan saja barang atau uang yang akan kita berikan tersebut, tanpa sedikit pun terbersit di benak kita untuk mengharapkan nilai kebaikan (pahala) dari "berbagi" yang kita lakukan tersebut.
Biarkan mengalir saja apa yang sudah kita lakukan tersebut, biarkan ada yang berhak menilai dan memberikan imbalan berupa nilai kebaikan (pahala) tersebut.
Jangan menghitung hitung dan jangan mengingat-ingat apa yang sudah kita keluarkan dalam bentuk "berbagi" tersebut. Lupakanlah kegiatan berbagi yang pernah kita lakukan tersebut, biarkan kegiatan berbagi tersebut berlalu begitu saja, mudah-mudahan kegiatan berbagi tersebut dapat menjadi investasi akhirat bagi yang telah melakukakannya. Teruslah berbagi, agar harta benda yang kita miliki akan menjadi berkah  dan dapat memberi kemaslahatan baik didunia maupun diakhrat nanti. Semoga!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H