Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramai-Ramai Menjual "Produk Rohani" Demi Mengharapkan "Cuan" yang Gede

2 Maret 2024   13:45 Diperbarui: 3 Maret 2024   06:03 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anehnya lagi,  ada indikasi bahwa konsumen yang  seharusnya menjunjung tinggi keadilan, menjunjung tinggi kebenaran,   menjunjung tinggi  kejujuran, bahkan mayoritas konsumen yang seharusnya dalam membeli produk tersebut senantiasa mempertimbangkan unsur  "kebaikan dan  keburukan/kemunkaran"  yang sudah menjadi slogan-nya, justru ikut-ikutan membeli produk yang demikian.

Produk rohani yang kita korbankan untuk membeli produk  tersebut, secara sederhana dapat diartikan   suatu produk yang diproses melalui unsur kejiwaan dengan membuahkan suatu keyakinan tertentu,  merupakan produk tidak nyata (intangible product) yang melekat pada pemilik jiwa.  Kalau boleh saya terjemahan secara bebas,  produk rohani merupakan harga diri, integritas, nilai kemanusiaan dan termasuklah aqidah.

Produk rohani ini bagaikan  jasa yang ditawarkan pelaku bisnis pada umumnya, ia ada,  tetapi tidak bisa dilihat, tidak bisa diraba/dipegang dan atau tidak berwujud seperti barang pada umumnya.

Bagaimana Sebaiknya?

Bila anak negeri ini mau konsisten, dan tidak akan berpolemik, sebenarnya, sederhana saja, biarkan saja lembaga publik atau pelaku/komponan  "pasar lima tahunan" tersebut menawarkan produk tersebut, lakukan saja permintaan atau beli  saja produk yang ditawarkan dalam "pasar lima tahunan" tersebut yang sesuai dengan 'hati nurani" atau sesuai dengan apa yang dibutuhkan, jangan terpengaruh dengan unsur "keinginan" konsumen yang lain atau invisible hand yang akan menggoda dan "mendekte".

Sebenarnya, bila produk (produk/pilihan lain yang tersedia) yang benar-benar dibutuhkan tersebut dibeli konsumen, pada saatnya konsumen juga akan memperoleh cuan yang  halal/bersih, yang nilainya  lebih besar lagi dari cuan yang diperoleh dengan membeli produk tersebut.

Mengapa demikian?, karena dengan membeli produk (produk/pilihan/pasangan  yang lain yang tersedia) yang benar-benar dibutuhkan tersebut, akan berdampak pada pengoptimalan potensi yang dimiliki negeri ini, yang pada akhirnya potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk-produk yang akan menciptakan nilai tambah (value added) yang sangat besar, yang pada akhirnya akan mewujudkan "kesejahteraan" yang didambakan anak negeri ini.

Bila produk tersebut  sudah terlanjur dibeli, dan produk tersebut pada saatnya dinyatakan sah oleh komponen   "pasar" yang ditunjuk sebagai penyelenggara "pasar lima tahunan", maka masih ada kesempatan untuk mewujudkan "kesejahteraan" tersebut, dengan jalan mendorong "produk tersebut" atau produk yang dinyatakan sah oleh lembaga penyelenggara "pasar lima tahunan" tersebut untuk  bertanggung jawab atas  produk/ program yang ditawarkannya dalam aktivtas promosi-nya mulai dari awal sampai akhir masa promosi/kampanye. Layanan purna jual mutlak harus ditagih, dan produk/program-nya  harus dikawal.

Selamat berjuang, semoga negeri ini ke depan senantiasa menyajikan produk yang terbaik untuk di jual pada "pasar lima tahunan" tersebut, sehingga membuat konsumen "bingung"  untuk menentukan keputusan membeli-nya, karena  beberapa produk yang ditawarkan tersebut berkualitas, jujur dan cerdas semua. Semoga!!!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun