Lebih lanjut Sofjan Wanandi juga menilai penentuan wakil presiden juga tidak kalah pentingnya harus memahami persoalan ekonomi.
Kondisi Kondusif Menonjol.
Bila disimak, pernyataan di atas, bahwa pelaku bisnis atau pelaku pasar memang menghendaki suatu kondisi kondusif, walaupun ada sinyalemen didorong juga oleh faktor psikologis, kondisi kondusif tersebut kelihatannya lebih menonjol.
Artinya, walaupun siapa saja dari ketiga calon tersbut yang menang/terpilih, dan dari proses pemilihan tersebut, dan tercipta kondisi yang kondusif, tenang dan aman, maka pasar secara umum akan beraksi positif.
Bila kita perhatikan keinginan para pelaku pasar dan atau harapan para pelaku pasar atas calon menang/terpilih tersebut, yakni agar calon memang/terpilih paham ekonomi.Â
Sebenarnya, keinginan pelaku bisnis tersebut sudah terdapat pada ketiga calon, masing-masing pasangan calon, boleh dikatakan paham ekonomi dan atau memahami apa maunya pelaku pasar tersebut, karena dari pasangan tersebut memang ada yang berlatar bekang ekonomi (salah satu dari masing-masing calon) dan atau mereka sudah berpengalaman dalam menakhodai pemerintahan yang sudah pernah dilakoni mereka pada masa menjabat.
Antisipasi Kini dan Kedepan.
Dari fenomena di atas, ada yang lebih prioritas untuk diperhatikan yakni kondisi kini ke depan, kondisi masa transisi (menunggu hasil KPU) dan kondisi pasca penetapan calon terpilih atau pelantikan calon terpilih.Â
Karena anak negeri ini masih dalam kondisi wait and see atas perhitungan ril dari KPU, sepanjang proses perhitungan tersebut, kita harus menjaga kondisi agar tetap kondusif.
Di kalangan para pelaku pasar, kita harus dapat memastikan aktivitas bisnisnya berjalan dengan baik dan lancar, tanpa gangguan/hambatan yang berarti, dan di kalangan anak negeri ini selaku komponen bangsa harus menahan diri sembari menunggu hasil ril KPU, hindari "berita hoaks dan mis-informasi" yang akan menggangu konsidi yang sudah kondusif.
Tanamkan dalam benak kita semua selaku anak negeri ini, apapun hasil keputusan resmi lembaga penyelenggara pemilu, semua harus menerima dengan lapang dada dan mulai kini dan ke depan, kita ciptakan "kemesraan". Kita "harus pandai membaca dan memahami kondisi dan fakta yang ada atau yang tercipta", agar ke depan kita bisa mengantisipasi apa dan bagaimana sebaiknya bersikap atas kondisi dan fakta yang ada tersebut. Kita abaikan faktor "XWZ" yang membingungkan anak negeri ini.Â
Selamat Berujuang!