Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mencermati Reaksi Pelaku Bisnis dan Pasar Pasca Pelaksanaan Pemilu

23 Februari 2024   15:06 Diperbarui: 24 Februari 2024   12:13 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasar modal. (ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A)

oleh Amidi

Pelaku ekonomi atau pelaku bisnis sangat respek sekali dengan kondisi yang ada, baik terhadap kondisi pasar itu sendiri maupun terhadap kondisi ekonomi yang tercipta.

Bila disimak, sehari setelah adanya hasil perhitungan cepat (quick count) dari hasil pemungutan suara pemilu capres dan caleg tersebut dan tidak lama dari itu, alias keesokan harinya pasar cenderung memberikan reaksi positif. Dengan kata lain, pelaku bisnis yang ada di negeri ini memberikan respon positif atas pelaksanaan pemilu beberapa waktu yang lalu.

Mengapa Demikian?

Bila dicermati, mengapa pelaku bisnis cenderung bersikap positif atas selesainya proses pencoblosan dalam pemilu yang tercermin dari reaksi pasar. Indikasi pelaku bisnis atau pasar cenderung bereaksi positif tersebut, salah satunya dapat dilihat dari adanya kenaikan transaksi di pasar saham. 

Seperti disinyalir oleh bareksa.com, 15 Februari 2024, setelah Indonesia melaksanakan pemilu 2024 pada 14 Pebruari 2024, pasar saham dibuka "sumringah". 

Peningkatan harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia hari itu (15/2/2024) didorong aksi beli investor asing. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari itu (15/2/2024) ditutup di level 7.303 atau menembus level psikologis 7.300-an

Kontan.co.id, 15 Februari 2024, menyitir bahwa transaksi bursa naik 50 persen pasca perhitungan cepat. Kapitalisasi pasar IHSG pun naik menjadi Rp. 11.516 triliun, dari hari sebelumnya (14/2/2024) senilai Rp. 11.365 triliun. Tidak hanya itu, kondisi tersebut juga menyebabkan posisi IHSG kini mencatatkan pertumbuhan 0,42 persen sepanjang tahun 2024.

Secara sederhana, kedua media tersebut menggambarkan kepada anak negeri ini bahwa pasca pemilu, terlebih pasca adanya perhitungan cepat, pelaku bisnis atau pasar menyambut baik pelaksanaan pemilu pada tanggal 14/2/2024 tersebut.

Indikasinya bahwa pelaku bisnis atau pasar bereaksi positif. Namun, tidak semua variabel ekonomi bergerak naik, seperti diberitakan CNBC Indonesia, 15 Februari 2024, menYitir bahwa Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai bahwa reaksi pasar keuangan domestik terhadap hasil sementara pemilu beragam. IHSG menguat sementara rupiah masih melemah.

Mengapa reaksi pasar demikian? Naiknya harga saham para pendukung dan naiknya IHSG di pasar di bursa saham tersebut, secara umum karena proses pemilu yang berlangsung, terutama pada hari pencoblosan, berjalan lancar, pemilu aman, kondisi yang tercipta pada saat pemilu memang kondusif.

Kemudian secara khsusus penyebab harga saham atau IHSG tersebut naik, menurut saya bukan karena faktor ekonomi semata, tetapi lebih didorong oleh faktor psikologis para pemain di pasar, mereka mempunyai harapan besar terhadap calon, mereka "berasumsi" bahwa calon yang dinyatakan memperoleh suara terbanyak versi quick count tersebut dapat memberi harapan dan mewujudkan keinginan mereka.

Kemudian melemahnya rupiah tersebut pun sifatya sementara, karena diduga, pelaku bisnis yang berhenti sejenak melakukan transaksi (antar negara), karena mau berkonsentrasi beberapa hari dalam menghadapi pemilu tersebut, sehingga nilai kurs mata uang dolar Amerika Serikat terdorong naik dan rupiah melemah. Namun, untuk beberapa hari atau beberapa pekan ke depan saya yakin rupiah akan menguat kembali.

Memang pelaku pasar telah memberi sinyal bahwa mereka menginginkan calon yang paham ekonomi. Seperti yang disinyalir oleh CNBC Indonesia, 19 Juni 2023, bahwa pihak pelaku bisnis berharap presiden yang terpilih dalam pemilu 2024 ini merupakan orang yang paham ekonomi. 

Lebih lanjut Sofjan Wanandi juga menilai penentuan wakil presiden juga tidak kalah pentingnya harus memahami persoalan ekonomi.

Kondisi Kondusif Menonjol.

Bila disimak, pernyataan di atas, bahwa pelaku bisnis atau pelaku pasar memang menghendaki suatu kondisi kondusif, walaupun ada sinyalemen didorong juga oleh faktor psikologis, kondisi kondusif tersebut kelihatannya lebih menonjol.

Artinya, walaupun siapa saja dari ketiga calon tersbut yang menang/terpilih, dan dari proses pemilihan tersebut, dan tercipta kondisi yang kondusif, tenang dan aman, maka pasar secara umum akan beraksi positif.

Bila kita perhatikan keinginan para pelaku pasar dan atau harapan para pelaku pasar atas calon menang/terpilih tersebut, yakni agar calon memang/terpilih paham ekonomi. 

Sebenarnya, keinginan pelaku bisnis tersebut sudah terdapat pada ketiga calon, masing-masing pasangan calon, boleh dikatakan paham ekonomi dan atau memahami apa maunya pelaku pasar tersebut, karena dari pasangan tersebut memang ada yang berlatar bekang ekonomi (salah satu dari masing-masing calon) dan atau mereka sudah berpengalaman dalam menakhodai pemerintahan yang sudah pernah dilakoni mereka pada masa menjabat.

Antisipasi Kini dan Kedepan.

Dari fenomena di atas, ada yang lebih prioritas untuk diperhatikan yakni kondisi kini ke depan, kondisi masa transisi (menunggu hasil KPU) dan kondisi pasca penetapan calon terpilih atau pelantikan calon terpilih. 

Karena anak negeri ini masih dalam kondisi wait and see atas perhitungan ril dari KPU, sepanjang proses perhitungan tersebut, kita harus menjaga kondisi agar tetap kondusif.

Di kalangan para pelaku pasar, kita harus dapat memastikan aktivitas bisnisnya berjalan dengan baik dan lancar, tanpa gangguan/hambatan yang berarti, dan di kalangan anak negeri ini selaku komponen bangsa harus menahan diri sembari menunggu hasil ril KPU, hindari "berita hoaks dan mis-informasi" yang akan menggangu konsidi yang sudah kondusif.

Tanamkan dalam benak kita semua selaku anak negeri ini, apapun hasil keputusan resmi lembaga penyelenggara pemilu, semua harus menerima dengan lapang dada dan mulai kini dan ke depan, kita ciptakan "kemesraan". Kita "harus pandai membaca dan memahami kondisi dan fakta yang ada atau yang tercipta", agar ke depan kita bisa mengantisipasi apa dan bagaimana sebaiknya bersikap atas kondisi dan fakta yang ada tersebut. Kita abaikan faktor "XWZ" yang membingungkan anak negeri ini. 

Selamat Berujuang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun