Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Demi Kepentingan Bisnis, Bintang Iklan Anak-anak Makin Marak, Image Negatif Tak Terhindarkan

20 Oktober 2023   05:31 Diperbarui: 20 Oktober 2023   06:25 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengeksploitasi daya rengek (pester power) anak, dengan maksud memaksa orang tua untuk mengabulkan permintaan anak mereka akan produk terkait.

Antara Etika dan Market Leader.

Bila diperhatikan secara seksama, dan dengan mencermati pernyataan KPI di atas, maka anak-anak yang menjadi bintang iklan tersebut, cendrung melanggar etika bisnis, etika periklanan, dan atau etika pariwara Indonesia.

Anak-anak di usia dini dan atau usia dibawah 12 tahun, ada kecendrungan belum memahami secara utuh produk yang diiklankannya tersebut, ia masih menjadi "nak turut", mengukuti orang tuanya saja, tanpa mau tahu apa dan bagaimana produk yang diiklankannya tersebut.

Kemudian yang menjadi persoalan lain lagi dan berakibat fatal yakni bila anak tersebut tidak menggunakan/memakai/memakan produk yang diiklankannya tersebut. Jika ini yang terjadi, maka disini ada unsur "pembohongan" kepada konsumen yang menjadi sasaran iklan tersebut, dan sekaligus akan menimbulkan image negatif terhadap produk yang diiklankan.

 Anak-anak pun dijadikan bintang iklan, jelas pelaku iklan ingin memburu konsumen sebanyak-banyaknya bahkan ada keinginan untuk mendorong produk yang dijualnya dapat menguasai pasar atau dapat memimpin pasar (market leader). Memang tidak ada salahnya,jika kita berlomba-lomba untuk menjadi market leader, namun jangan sampai melanggar etika yang sudah ditentukan.

Kejujuran harus dikedepankan.

Untuk itu, dalam mengiklankan suatu produk, baik konten iklan maupun bintang iklan harus dibentengi dengan etika bisnis,etika periklanan, etika pariwara, agar konsumen tidak dirugikan dan reputasi pelaku bisnis tetap terjaga.

Faktor kejujuran dalam iklan, harus dijadikan panglima dalam memburu konsumen yang sebanyak-banyak tersebut, sajikan iklan sesuai dengan keberadaan produk yang kita iklankan, dengan kata lain konten iklan harus sesuai dengan apa adanya, tidakmengandung unsur kebohongan dan usahakan bintang iklan memahami apa yang diiklankannya dan bintang iklan pun memang menggunakan/memakai/memakan produk yang diiklankannya tersebut, dengan demikian bisnis kita akan senantiasa  berkembang dan memperoleh keberkahan.Semoga!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun