Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Melakoni Unit Usaha Tidak Boleh Emosi

7 Juli 2023   11:43 Diperbarui: 8 Juli 2023   15:04 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbisnis(FREEPIK/TIRACHARDZ)

Dengan demikian, jelas dari sisi harga ritel yang satu ini tidak bisa bersaing dengan ritel modern yang sudah besar/mapan/eksis tersebut, karena harga produk (untuk dijual kembali) yang dibeli oleh ritel yang satu ini ke grosir (group ritel yang sudah besar/mapan/eksis) tersebut akan lebih tinggi dari pada harga beli produk (untuk dijual kembali) oleh ritel modern yang membeli produk pada group mereka sendiri tersebut.

Belum lagi, adanya informasi bahwa masalah komitmen rekan-rekan yang menanam saham pada ritel yang satu itu, berdasarkan informasi di lapangan, terkadang mereka saja tidak membeli produk pada ritel yang satu ini, justru membeli pada unit ritel modern yang sudah tergolong besar/mapan/eksis tersebut, wajar kalau mereka (pesainga tersebut) justru semakin besar saja.

Saya melihat rasa emosi juga terpatri juga pada pelaku usaha yang sudah besar/mepan/eksis tersebut. Mereka ternyata terus membuka cabang unit usahanya alias memperbanyak gerai atau tokonya, tidak heran setiap sudut Kota di negeri ini pun terdapat gerai atau toko mereka. Sampai-sampai ada "idiom", jangan biarkan ruko atau gerai Anda terbengkalai, nanti akan disewa "unit usaha tertentu" tersebut, atau begitu ada ruko atau gerai kosong, maka akan serta merta di sewa "unit usaha tertentu" tersebut.

Tidak sedikit unit usaha yang sudah besar/mapan/eksis, baik dibidang kuliner maupun bidang ritel, terus berlomba-lomba memperbanyak gerai atau tokonya, ada yang menggaungkan konsep 100 gerai, ada yang akan merencanakan menambah 100 gerai dan seterusnya.

Bagaimana sebaiknya?

Melakoni unit usaha memang harus "telaten", "sabar" dan "optimis", kesampingkan "rasa emosi" apalagi "rasa pesimis". Jika kita ingin agar unit usaha kita tetap eksis, setidaknya kita harus pandai-pandai membaca situasi dan konsidi yang ada serta harus terus mempelajari apa "mau-nya" konsumen. Bukankah konsumen adalaah raja, konsumen/raja tersebut orang yang harus dilayani dan harus diikuti apa yang mereka butuhkan/inginkan.

Jika kita ingin gerai ritel kita tetap bertahan berdampingan dengan ritel besar yang sudah besar/mapan/eksis dan atau sudah lebih dahulu maju dan berkembang, usahakan kita dapat menyediakan ragam produk yang dibutuhkan konsumen, harga bersaing, service memuaskan, dan sedapat mungkin menciptakan "keunikan" tersendiri.

Kemudian gerai ritel yang harus kita sajikan pada saat ini, ternyata tidak hanya berupa gerai ritel saja, tetapi ia pun ternyata harus dilengkapi dengan produk pelengkap, seperti pojok makanan dan minuman yang bisa langsung disantap di tempat atau pojok-pojok yang bisa dimanfaatkan konsumen untuk bersantai sejenak selepas berlelanja atau sekedar mampir sejenak.

Kemudian, jika kita ada keinginan memperbanyak gerai atau toko, harus dipertimbangkan terlebih dahulu, karena bisa saja justru akan memperbesar biaya operasional yang tercipta. Jika memang memungkinkan memperbanyak gerai atau toko dengan tujuan mendekatkan jarak dengan konsumen dan konsumen di sana memang ternyata memungkinkan, maka langkah ini sah-sah saja. Jika sebaliknya, maka perlu dipertimbangkan kembali.

Sebaliknya, pelaku usaha juga tidak boleh terjebak dengan kondisi saat ini yang terlihat menguntungkan tersebut, karena konsumen terus ramai berdatangan, antri panjang untuk mendapatkan/membeli produk kita, namun dalam waktu tertentu kita harus antisipasi. 

Dalam jangka panjang, akan ada kejenuhan terhadap produk yang kita jual atau mungkin kejenuhan atas konsep usaha yang kita buat, karena begitu ada produk baru yang sejenis atau konsep usaha baru yang ditawarkan pesaing kita, maka kita akan ditinggalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun