Sebagaimana pengalaman tahun-tahun lalu, begitu bulan Ramadhan tiba banyak pihak yang merasa senang dan berbahagia. Tidak hanya dikalangan kaum muslimin dan muslimat saja, tetapi pihak lain termasuk pelaku usaha dan atau pedagang pun ikut merasa senang dan berbahagia. Dikalangan kaum muslimin dan muslimat dengan tibanya bulan Ramadhan, mereka  dapat menjalankan ibadah puasa dan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah lain-nya.
Pelaku usaha, merasa senang dan berbahagia karena dapat memanfaatkan momentum hari-hari selama bulan Ramadhan tersebut. Bagi pelaku usaha yang  menawarkan barang dan jasa, dapat dipastikan akan meraup keuntungan yang bernilai lebih dibandingkan dengan hari-hari biasa. Betapa tidak, karena momentum bulan Ramadhan, masyarakat/konsumen akan berlomba-lomba berbelanja, dan aksi borong  (sepertinya sulit untuk dihalangi)  untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sepanjang bulan Ramadhon dan kebutuhan dalam menghadapi hari raya Idul Fitri. Pasar mulai di buru, pasar mulai ramai, unit bisnis yang sudah ada sebelumnya sudah siap-siap melayani konsumen dan unit bisnis dadakan pun mulai bermunculan.
Begitu juga dengan pihak yang melakoni kegiatan usaah lainnya, seperti perancang (design) iklan, atas permintaan pelaku usaha, mereka jauh-jauh hari sudah melakukan penyesuaian konten iklannya dengan momen bulan Ramadhan tersebut. Bisa kita saksikan sendiri iklan yang dilakukan mereka berdasarkan media iklan yang digunakan, seperti iklan media cetak, iklan digital, iklan film, iklan media elektronik, dan lainnya tersebut, semua menggunakan momen Ramadhan .
Misalnya iklan di Televisi, semua mengkaitkan konten iklan dengan  kata-kata Ramadhan. Misalnya,  iklan salah satu obat, "agar puasa Anda aman, sebelum sahur dan sesudah berbuka minum obat A". Misalnya  iklan salah satu minuman, "untuk menambah stamina, minum "B" satu unit sebelum sahur dan satu unit sesudah berbuka" dan masih banyak lagi konten iklan seminggu sebelum tibanyak bulan Ramadhon menyesuaikan konten iklan-nya dengan nuansa Ramadhan sampai hari raya Idul Fitrih.
Kemudian ada lagi, unit usaha yang mengiklankan produknya dengan penawaran penjualan besar-besar dengan harga spesial atau sering kita kenal dengan sebutan "sale", itu pun  konten iklan-nya mereka ramu dengan sebutan "Ramadhan Sale", atau "Ramadhan Midnight Sale". Singkat kata, hampir semua produk yang mereka iklan-kan tersebut diramu dalam nuansa Ramadhan.
Begitu juga dengan pelaku usaha yang nota bene selaku  pedagang, baik pedagang eceran (ritel), maupun pedagang besar (grosir), dan termasuklah penyalur (distributor), mereka jauh-jauh hari sudah mempersipakan diri untuk menyambut tibanya bulan Ramadhan tersebut. Pedagang besar sudah menambah stok barang dagangannya untuk dijual kepada pelaku usaha ritel, begitu juga dengan pedagang kecil (ritel), mereka sudah siap-siap melengkapi dan manambah stok-nya. Sehingga, tidak heran, kalau suasana toko atau gerai mereka kelihatan semarak, itu semua dilakukan mereka dalam rangka menyambut tibanya bulan Ramadhan.
Dalam menyikapi kecendrungan adanya tren kenaikan permintaan selama bulan Ramadhan sampai menjelang hari raya Idul Fitrih nanti, pelaku usaha pun sudah mengantisipasinya dengan memperpanjang jam operasional. Seperti Mal. Mal biasa-nya buka pukul 10.00 WIB dan tutup pukul 20.00 WIB, sepanjang Ramadhan mereka mempercepat jam buka dan memperpanjang jam tutup, mislanya jam buka pukul 9.00 WIB dan jam tutup pukul 22 bahkan untuk malam tertentu mereka tutup pukul 24.00 WIB.
Pihak yang Merana Sejenak.
Disatu sisi, para pelaku usaha pada umumnya senang dan berbahagia menyambut tibanya bulan Ramadhan. Namun, disisi lain, ada pelaku usaha yang dalam waktu tertentu, sepanjang siang atau saya istilahkan "sejenak" mengalami "kelesuan", Â konsumen tidak melakukan pembelian atau tidak membeli apa yang mereka tawarkan (baca: makanan-minuman), karena sepanjang waktu siang itu konsumen masih berpuasa.
Dalam menyikapi kondisi ini, tidak heran kalau mereka sedikit menggerutu, bahkan tanpa sadar mereka justru menyalahkan Ramadhan, misalnya mereka berujar; "barang dagangan saya masih banyak, sepi pembeli, Â atau sedikit pembeli, karena bulan puasa, karena konsumen sedang berpuasa". Sebetulnya, mereka berujar, sepontan saja, jika mereka memahami sebenar-nya kondisi itu hanya berlangsung "sejenak", begitu sore menjelang malam, konsumen sudah mulai berdatangan untuk membeli makanan-minuman yang mereka butuhkan untuk berbuka puasa.
Konsumen yang sedang menjalankan ibadah puasa juga  datang langusung ke toko atau gerai makanan-minuman kita untuk berbuka secara langsung di rumah makan, toko atau gerai kita tersebut. Biasanya pada saat mendekti waktu berpuka puasa, mereka mulai berdatangan, untuk memesan makanan-minuma terlebih dahulu , sembari menunggu waktu berbuka.
Kebiasaan ini, kalau di Palembang, justru konsumen yang akan melakukan buka puasa yang datang langsung ke rumah makan, toko atau gerai makanan-minuman kita tersebut, mereka jauh-jauh hari/waktu harus mem-booking terlebih dahulu, kalau tidak, tidak mendapatkan  tempat. Kondisi ini berlangsung sepanjang bulan Ramadhan, dan berlaku di rumah  makan, toko atau gerai dimana saja, apakah rumah makan, toko atau gerai makanan-minuman tersebut berada dalam Mal atau di luar Mal. Singkat kata, semua rumah makan, toko  atau gerai makanan-minuman diburu mereka untuk berbuka puasaah, istilah yang diusung mereka adalah "berbuka di luar" atau "berbuka bersama-bukber"
Terima Kasih Ramadhon Engkau Telah Tiba.
Dengan demikian, sudah selayaknya kita berterima kasih, kita merasa senang dan berbahagia, alias tidak ada lagi yang merasa "gusar" bila tibanya bulan Ramadhan. Dengan kata lain, orang di luar Islam pun ikut "ketiban" rezeki Ramadhan.
Setidaknya hampir semua unit usaha yang dilakoni oleh pelaku usaha yang bernuansa kegiatan yang bernilai usaha/bisnis diuntungkan dengan tibanya bulan Ramadhan. Â Selain pelaku usaha di atas, ada lagi pelaku usaha yang barang dagangannya atau hasil produksinya mendukung momen bulan Ramadhan tersebut.
Misalnya, pelaku usaha yang  bergerak dalam bidang pakaian, baik yang memproduksi maupun yang menjual, akan ketiban rezeki , karena dapat menjual pakaian secara umum, pakaian muslim, baju koko, sarung, jilbab, mukena, sajadah dan lain-lain. Hal ini selain pakaian-pakaian tersebut memang merupakan pakaian orang muslim dan muslimat, pakaian ini juga akan digunakan para artis atau pelaku/pengisi acara di televisi atau di tempat lain, karena semua acara yang disajikan sepanjang Ramadhan ini  akan dikemas dalam nuansa Islami. Misalnya (maaf) artis yang sebelumnya tidak memakai jilbab, karena artis tersebut akan mengisi acara televisi yang berhubungan dengan momen Ramadhan, maka dengan serta merta artis tersebut  diminta pihak penyelenggar untuk memakai jilbab (baca:berhijab).
Sebelum saya akhiri, saya mengingatkan kepada pedagang atau pihak yang memperoduksi makanan-minuman yang akan dijual tersebut, hindari menambahkan/memberikan/menggunakan  bahan yang membayahakan kesehatan konsumen ke dalam produk makanan-minuman yang akan dijual tersebut. Lakukan usaha/bisnis dengan mengedepankan "etika bisnis" dan posisikan konsumen sebagai bagian dari kesuksesan usaha/bisnis kita, sehingga yang ada adalah kita saling membutuhkan satu sama lain.
Terakhir , sekali lagi terima kasih Ramadhan, diri mu tiba/datang telah membawa banyak kebaikan dan manfaat, baik bagi kaum muslimin dan muslimat sendiri, bagi pelaku usaha dan pihak lain yang terkait. Bagi yang menjalankan ibadah  puasa di bulan yang kita cintai ini, saya ucapkan selamat berpuasa dan mohon maaf kalau ada kata-kata atau tulisan saya yang kurang berkenan. Semoga apa yang kita lakoni, baik dalam bentuk ibadah maupun dalam bentuk usaha/bisnis tersebut membuahkan kebaikan bagi diri kita sendiri, bagi orang lain dan bagi negeri ini. Semoga!!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H