Kedua, menekan gaya hidup glamor/hedonis. Langkah kedua ini sudah sering dipublis, namun saya masih merasa perlu untuk diangkat.Â
Orang yang mengedepankan gaya hidup glamor atau gaya hidup hedonisme cendrung konsumtif untuk mencari kepuasan/kenikmatan dalam hidup dengan dorongan mengkonsumsi produk mewah, mobil mewah, rumah mewah dan cendrung dimilikinya dalam jumlah lebih dari satu (1) dan biasanya dijadikan media untuk pamer ke publik.Â
Sebenarnya, tidak ada salahnya kita memiliki barang mewah tersebut, asal diperoleh dengan cara wajar, namun akan menjadi bumerang bila diperoleh dengan jalan korupsi.
Ketiga, dorong terciptanya kesejahteraan sejati. Kesejahteraan anak negeri ini, sepertinya masih harus mereka perjuangkan sendiri, dengan bekerja keras dan atau "bekerja sekeras-kerasnya", baru dapat memenuhi kebutuhan yang layak atau baru dapat  memenuhi standar kehidupan yang layak.
Jika anak negeri ini dapat memenuhi kebutuhan skunder/tersier-nya (misalnya memebeli mobil sejuta umat saja), bukan berarti ia  dapat kita golongkan sudah sejahtera.
Namun tidak berlebihan kalau saya katakan, itu baru sebatas  "sejahtera semu", karena mobil yang dimiliki anak negeri ini kebanyakan diperoleh/dibeli dengan cara kredit. Dengan terpaksa, mereka harus berjibaku untuk mengansur kredit-nya.
Indikasi ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, Â sebagai contoh sedehana saja, seorang pekerja, setelah tidak lama ia bekerja apakah ia sebagai pegawai swasta atau PNS atau profesional lainnya, ia sudah mulai memikirkan bagaimana ia bisa mempunyai/memiliki mobil, rumah dan seterunya.Â
Karena dari sisi pendapatan belum mencukupi, maka ia akan membeli mobil  atau rumah tersebut dengan cara kredit.
Memang tidak menutup kemungkinan mereka membeli mobil atau rumah tersebut dengan cara  cash atau cara tunai. Namun, perlu ingat bahwa apabila mereka membeli dengan cara tunai dengan jalan normal, itu  sah-sah saja.Â
Namun (mohon maaf), karena rata-rata gaji/upah anak negeri ini masih tergolong kecil, masih ada yang menerma gaji/upah di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP).
Bahkan ada yang diberi imbalan berupa gaji/upah ala kadarnya, sehingga yang tidak kuat iman, akan terdorong korupsi.  Memang  ada  anak negeri ini, bisa tidak demikian, karena ia bekerja keras dan "bekerja sekeras-kerasnya", namun sayang jumlahnya tidak banyak.