Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Tidak Harus "Tampil Mewah", Ini Kunci Sukses Menjalankan Bisnis Kuliner

24 Februari 2023   16:28 Diperbarui: 26 Februari 2023   08:01 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi restoran mewah (Sumber: shutterstock)

Memang sama-sama kita katahui bahwa selama ini, kebersihan pada unit usaha makanan-minuman identik dengan penampilan "wah" atau "mewah". Misalnya saja, siapa anak negeri ini yang tidak kenal dengan keberadaan makanan-minuman  siap saji, KFC, A & W, Pizza Hut, Roti Boy, Roti Brasserie, Bread Talk, Es Cream dan Tea Mixue, dan lainnya?

Kesemuanya diformat dengan tampilan yang "mewah", toko atau gerai yang mereka miliki, tertata apik dan bersih ditambah lagi dengan ruangan yang sejuk. Kemudian ada lagi yang membuat konsumen tertarik dan yakin atas faktor kebersihan yang mereka utamakan tersebut adalah gerai yang mereka rancang memang meyakinkan konsumen atas tampilan kebersihan yang mereka ciptakan.

Contoh, gerai roti yang ada di mal. Gerai tersebut dirancang sedemikian rupa, tempat memasak roti lengkap dengan proses memasak dan pelaratan memasaknya terlihat jelas, termasuk pekerja yang membuat atau memprosesnya kelihatan, karena hanya di "skat" dengan kaca putih bening, sehingga semua mata bisa memandang dan menyaksikannya.

Kesemua unit usaha makanan-minuman yang dirancang "modern" tersebut, dapat dipastikan mengindahkan faktor kebersihan. 

Petugas kebersihan menjalankan tugasnya secara kontinu, mereka terus menerus mengambil sisa atau sampah makanan-minuman, membersihkan meja, dan menyapu lantai setelah konsumen selesai "menyantap" makanan-minuman. 

Singkat kata, petugas kebersihan yang mereka pekerjakan tersebut, memang siap untuk bertugas membuat tempat usaha makanan-minuman tersebut bersih.

Namun, bila kita menyaksikan atau memperhatikan unit usaha makanan-minuman tradisonal, jauh panggang dari api tentang persoalan yang satu (kebersihan) ini. Mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya menyampaikan ini, tidak lain, karena saya cinta dan merasa terpanggil untuk membesarkan usaha tradisional, termasuk usaha makanan-minuman tradisional serta usaha lain anak negeri ini. 

Pengalaman saya, pada saat berpergian menggunakan mobil pribadi, atau bus atau naik travel, ketika mobil berhenti di rumah makan, dapat dipastikan faktor kebersihan pada rumah makan tersebut tidak diindahkan, sepertinya bagi mereka yang penting, konsumen mampir untuk makan-minum. 

Padahal, tidak sedikit, konsumen sebelum makan buru-buru kekamar kecil untuk buang air kecil atau toilet, namun setelah mereka selesai dari kamar kecil atau toilet justru tidak jadi makan karena kamar kecil tdak bersih. 

Saya mensiasati kondisi ini, dengan makan terlebih dahulu, baru pergi ke kamar kecil atau toilet, takut tidak jadi makan apabila ke kamar kecil atau toilet terlebih dahulu baru makan.

Begitu juga dengan unit usaha makanan-minuman yang menggelar dagangannya di tepian jalan atau di kaki lima, kita bisa saksikan sendiri alat-alat masaknya yang kelihatan "hitam penuh arang" karena tidak dibersihkan, belum lagi adanya penggunaan minyak goreng yang berulang-ulang, dan belum lagi makanan-minuman yang tersaji di atas meja dihinggapi lalat. Kemungkinan konsumen yang tadinya akan mampir untuk membeli, akhirnya batal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun