Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ayo Kita Dorong Peran Pers dalam Meningkatkan Pendapatan Negeri Ini

10 Februari 2023   06:02 Diperbarui: 10 Februari 2023   06:26 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini  setiap tanggal 9 Pebruari diperingati Hari Pers Nasional. Pada tahun ini peringatannya dipusatkan di Medan, Sumatera Utara.

Adapun tema yang diusung dalam memperingatinya adalah "Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat".  Sedangkan logo Hari Pers Nasional 2023  berupa pita yang memiliki warna merah pada huruf H dan N. Kemudian, huruf P yang berada dibagian tengah berwarna warni dan bertaut dengan huruf H dan N. Sementara untuk maskot Hari Pers Nasional  2023 adalah harimau yang mengenakan baru oholu  dan memegang pena merah, serta berkalung kamera (tempo.co, 09 Pebruari 2023).

Pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan selamat memripengati Hari Pers Nasional, semoga pers di negeri ini tetap eksis dan tetap jaya. Semoga rekan-rekan pers dan awak media dinegeri ini  senantiasa dalam kondisi sehat walafiat, sehingga dapat menjalankan tugas mulia tersebut tanpa halangan yang berarti. Saya pun ingin berterima kasih juga kepada rekan-rekan dan awak media yang telah mendorong saya dan rekan-rekan penulis selama ini  untuk terus berkarya dan  menyumbangkan  pemikiran yang konstruktif dan inovatif.

Kembali lagi dengan tema, bahwa sesuai dengan tema yang diusung, "Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat", maka relevan sekali peran yang harus dimainkan oleh dunia pers atau industri pers. Kompas.com,  13 Pebruari 2022, mensinyalir peran pers antara lain;  menyebarkan informasi, alat kontrol sosial, penyambung lidah masyarakat, ikut mencerdakan kehidupan bangsa,  dan membentuk opini sekaligus menjaga kerukunan masyarakat.

Saya akan menguraikan peran pers sebagai penyambung lidah masyarakat.  Penyambung lidah masyarakat dimaksudkan bahwa masyarakat sebagai warga negara harus mendapatkan hak-hak-nya. Pers berperan untuk membantu memastikan  bahwa  anak negeri ini atau warga negara ini harus mendapatkan hak-hak nya. Peran ini termasuk dalam fungsi  pengawalan hak warga negara. Dalam UU disebutkan salah  satu hak warga negara adalah mendapatkan penghidupan yang layak.

Dalam brainly.co.id, dijelaskan bahwa  penghidupan yang layak bagi kemanusiaan  berarti tersedianya kesempatan yang sama dan luas bagi semua manusia untuk memperoleh pekerjaan. Hasil dari  pekerjaan tersebut adalah upah atau gaji yang setara dengan kerja keras yang dilakukan sehingga  manusia bisa mencapai kesejahteraan dalam hidup.

Dari sinyalemen ini dapat dikatakan bahwa pers dalam mewujudkan hak-hak anak negeri ini untuk mencapai penghidupan yang layak sangat strategis. Misalnya pers harus mengedepankan perannya dalam mengangkat persoalan Upah yang layak dan atau memberitakan tentang  Upah Minimum Provinsi (UMP)  yang telah ditetapkan pemerintah.  Pemerintah telah menetapkan UMP dengan kondisi yang ada pada  masing-masing Provinsi, sehingga UMP  antar Provinsi  tersebut berbeda, ada yang relatif masih kecil dan ada yang sudah tergolong besar.

UMP 2023 yang terbesar adalah, UMP Provinsi DKI Jakarta yang sudah hampir mendekati diangka Rp 5 juta per bulan, tepatnya Rp. 4.901.798,- per bulan   dan UMP yang terkecil adalah UMP Jawa  Tengah yakni baru mendekati angka Rp. 2 juta, tepatnya sebesar Rp. 1.958.169,- . Sementara UMP Provinsi Sumatera Selatan, tempat saya tinggal baru mencapai Rp. 4.413.666 (kompas.com,  01 Januari 2023)

Dari besaran UMP yang telah ditetapkan tersebut ternyata masih ada pelaku usaha yang belum dapat memberlakukan UMP tersebut, lantas bagaimana peran pers menggali persoalan yang satu ini. Apa perlu ada investigasi, mempertemukan berbagai pisak, yakni pemerintah, pelaku usaha, organisasi dunia usaha dan perwakilan organisasi karyawan/buruh, sehingga ditemukan titik tengah dan atau kesepakatan.

Jika memang kondisi unit usaha yang dimiliki pelaku usaha tersebut memang belum layak untuk membayar atau mematuhi ketentuan UMP tersebut, mugkin masih bisa ditolerir, dan karyawan/buruh dapat memaklumi, sehingga tidak ada gesekan antara mereka. Sehingga tuntutan kenaikan upah pada hari buruh yang sering mereka dengungkan setiap merayakan hari buruh tidak terdengar lagi, karena antar mereka sudah terjalin hubungan industrial Pancasila.

Kemudian, sehubungan dengan penghidupan  yang layak  bagi kemanusiaan tersebut menurut saya bisa juga diartikan "negara hadir ditengah masyarakat" dalam artian pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT), memberikan bantuan subsidi, dan memberikan bantuan dalam bentuk lainnya. Begitu juga dengan pihak swasta sebagai mitra pemerintah, juga dapat memberikan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan langsung berupa bahan makanan, minuman dan lainnya bagi masyarakat yang membutuhkannya  dan bantuan berupa  Corporate Social Responsibility  (CSR).

Disini pers dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam mendorong agar bantuan-bantuan tersebut berjalan sesuai dengan ketentuan dan pemberlakuan yang ada serta dipastikan sampai dengan baik ke tangan masyarakat, pers dituntut agar dapat berperan dalam mengawasi bantuan-bantuan tersebut agar tidak "menguap" alias "menyimpang" dan seterusnya, melalui berbagai pemberitaan dan menyajikan hasil investigasi yang mendalam.

Kemduian agar negara dapat lebih besar kontribusinya dalam memberikan bantuan-bantuan tersebut, maka negara harus didorong untuk dapat mengoptimalkan pendapatannya dari pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di negeri ini. Disini pers juga ditunut perannya agar dapat mengangkat dan atau mempromosikan potensi sumberdaya alam yang dimiliki negeri termasuk peluang investasi yang ada.

Saya mencermati, sudah banyak media yang memberi ruang atau kolom khusus untuk mengangkat potensi sumberdaya alam tersebut. Misalnya koran Sriwijaya Post di Palembang, sering mengangkat potensi Provinsi Sumatera Selatan lengkap dengan Kabupaten/Kota yang ada  untuk terbitan pada hari-hari tertentu,  baik mengenai potensi dan sarana prasarana pariwisata yang ada, investasi, maupun potensi sektor pertanian, sektor  pertambangan dan potensi yang dimiliki sektor lainnya.

Namun saya melihat, kedepan masih ada PR besar kawan-kawan pers, kawan-kawan awak media, baik media massa, maupun media sosial dan media lainnya, untuk mengangkat dan mendorong  pemerintah berupaya keras agar lebih gereget  dan lebih kencang lagi untuk mengoptimalkan sumberdaya yang kita miliki. Negeri ini kaya akan potensi sumberdaya alam, sumberdaya energi, sumberdaya lainnya. Mungkin tidak berlebihan kalau dalam hal ini saya meminjam lirik lagu Koes Plus,  "orang bilang  tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman", lirik lagu ini mencerminkan saking subur-nya negeri yang kita miliki ini. Toh, alangkah mirisnya kalau tidak kita sendiri yang menikmatinya,bukan?

Negeri inii  sampai saat ini masih mengharapkan dari pihak luar atas bagi hasil dari sumberdaya alam yang kita miliki, apakah itu di sektor pertambangan dan atau  dibidang energi, dan beberapa sektor atau bidang lain, termasuk dalam pembangunan pun kita masih mengharapkan bagi hasil, karena kita masih  membangun dengan menggunakan sistim BOT.

Idealnya, dengan semakin cerdasnya anak negeri ini, dengan semakin banyak anak negri ini yang bisa menguasai teknologi (IT), dan mengingat modal yang kita miliki, idealnya sumberdaya alam yang kita miliki tersebut sudah dapat kita kelola sendiri agar hasil yang diperoleh  bisa maksimal dan  atau optimal.

Sebagai senjata mereka , biasanya dari pernyataan pihak yang menguasai sumberdaya alam kita tersebut, sering berujar kalau kita ingin ikut nimbrung ke dalam pengelolaan sumberdaya alam startegis negeri ini yang dikelola mereka, mereka berujar kita belum sanggup ikut terlibat dalam pengelolaan secara langsung,  karena kita belum mempunyai tenaga IT yang handal, Modal terbatas, dan SDM kita yang belum mampuni.

Sekali lagi, menurut saya  3 (tiga) faktor tersebut, kini  sudah dimiliki negeri ini. Tidak jauh-jauh di Palembang saja, konon sudah ada anak Palembang yang bisa "ngelas dalam air" dan ada yang sudah bisa membuat berbagai program IT. Hanya mungkin yang masih perlu ditingkatkan skill-nya dan menggalakkan budaya kreatif dan kerja keras

Sekali lagi peran media terus diharapkan dalam mendorong mencarikan jalan keluar  persoalan yang satu ini, saya yakin kita sama-sam cinta dengan negeri yang kaya raya akan sumberdaya alam ini, apa saja kita punya, saya yakin kita semua masih "sense of belonging"  terhadap negeri ini. Mari kita dorong, mari kita dorong, mari kita dorong. Saya yakin kita bisa, saya yakin kita bisa, saya yakin kita bisa.Semoga!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun