Emak hanya melirikku. Seakan tak mendengar apa yang aku katakan. Dia masih saja khusyuk menonton televisi.
"Mak, aku mau kawin!" Kuulangi kalimatku kedua kalinya, kali ini lebih keras.
"Tadi pulang lewat mana kamu? Kesambet setan mana?" Jawaban emak semakin tidak nyambung bagiku.
"Pokoknya aku mau kawin!"
"Sana ngomong sama bapak! Biar dikawinin ama anak kambing!" Bentak emak.
Aku segera mendatangi bapak yang sedang sibuk dengan para pekerjanya. Suara berisik para perajin panci ini membuatnya menjadi agak budek. Aku harus berteriak lagak inspektur upacara untuk berbicara dengannya.
"Pak, aku mau kawin!"
"Apa?"
"Kawin!" Teriakku sambil menempelkan mulut ke telinganya.
"Apa?? Ngawi?? NGOMONG YANG JELAS!"
Kurebut kertas dan pulpen yang ada di tangannya. Segera kutulis dengan huruf besar : AKU MAU KAWIN!!!