secangkir kopi pada dinihari yang rawan,
seperti melukis lintang dan bujur
pada peta rinduku.
pada lengkung teduh khatulistiwa matamu,
kutemukan mata air kasih tak habis-habis.
kusesap kembali cinta pekat cafein itu,
seperti mereguk ihwal yang tumbuh
dari lembah-lembah rahasiamu.
dan pada lansekap fajar debar dadamu,
kutemukan diriku senyap dan sendiri.
kita masih menyukai kopi, bukan?
2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!