Mohon tunggu...
Ami Utami
Ami Utami Mohon Tunggu... -

Sekedar mengungkapkan apa yang ada di pikiran

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hobi Membaca Buku Elektronik atau E-Book

8 Agustus 2018   11:57 Diperbarui: 8 Agustus 2018   12:04 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca adalah hobi saya sejak kecil -- bahkan saya sering meminta hadiah ulang tahun berupa buku kepada kedua orang tua saya dibandingkan hadiah baju, mainan, atau lainnya. Pernah saya memberikan daftar buku Agatha Christie yang belum pernah saya punyai, terus saya berikan ke orang tua dan anggota keluarga yang lain, dengan harapan dibelikan saat ulang tahun untuk melengkapi koleksi.

Saking sukanya membaca, saya pernah membaca di berbagai jenis transportasi publik: pesawat, bis umum, angkot, kereta commuter, sampai sepeda motor. Yep, saya pernah membaca di ojek karena benar-benar penasaran dengan ceritanya dan tidak sabar kalau harus menunggu sampai rumah.

Hampir sepuluh tahun terakhir, saya sudah beralih dari buku konvensional ke e-book. Semua berawal dari dirilisnya Amazon Kindle, sebuah alat baca elektronik. Mulanya saya masih membaca menggunakan telepon genggam -- tapi ternyata sukses membuat resep kacamata minus dan silinder saya bertambah. Setelah memiliki Kindle sekitar 8 tahun yang lalu, saya merasa nyaman untuk membaca e-book. Akhirnya saya tidak pernah lagi membaca buku cetak (kertas).

Sebenarnya apa sih yang membuat saya nyaman dengan e-book sehingga akhirnya sudah total tidak lagi membeli atau membaca buku cetak?

Ada beberapa alasan yang sebenarnya kombinasi antara sifat dari e-book dengan e-reader

  • Instant Gratification alias Kepuasan Instan

Hal ini berhubungan dengan akses pembelian buku -- karena sifatnya elektronik, saya tidak perlu ke luar rumah untuk pergi ke toko buku, dan tidak perlu menunggu buku dikirim. Dalam hitungan DETIK semenjak saya klik "beli buku", maka buku tersebut akan langsung bisa diunduh. Benar-benar praktis.

Selain itu, baik di Amazon maupun Google Books, saya masih bisa mengembalikan buku dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari apabila saya tidak suka dengan ceritanya, dan uang saya akan dikembalikan. Tentu saja, hanya dengan jari, tidak perlu pergi ke tempat jasa pengiriman.

  • Hanya perlu sedikit ruangan penyimpanan

Sewaktu saya masih rajin membeli dan membaca buku cetak, saya selalu kesulitan untuk menyimpan buku-buku tersebut. Saya sampai beli beberapa container plastik yang ditumpuk-tumpuk. 

Sudah beberapa kali saya jual koleksi buku cetak karena kehabisan tempat penyimpanan. Sedangkan dengan e-book saya hanya butuh harddisk dan cloud sebagai back-up. Saya tidak perlu khawatir buku saya akan menguning atau dimakan rayap (yes, ini pernah kejadian sama saya)

  • Efisien untuk dibawa dalam perjalanan

Dulu kalau saya mau traveling, saya selalu kebingungan memilih buku mana yang akan dibawa. Soalnya kan buku itu berat, ya, jadi tidak mungkin juga saya bawa buku sampai puluhan judul. Masalahnya kalau ternyata buku yang saya bawa itu tidak menarik, saya cuma bisa manyun karena tidak ada alternatif bacaan.

Sekarang setelah saya punya Kindle, saya hanya perlu bawa satu gadget ini, dan isinya bisa sampai puluhan judul. Saya tidak perlu khawatir kehabisan bahan bacaan. Dan tentu saja ringan, bisa masuk ke dalam tas di kabin, tidak perlu di bagasi.

  • Membantu bahasa Inggris

Jujur semua buku yang saya baca berbahasa Inggris, karena saya penggemar genre romance. Saya lebih suka membaca romance impor dibandingkan lokal. Dulu tatkala membaca buku cetak impor, saya harus agak berbekal kamus. Memang lama-lama terbiasa sih.

Enaknya e-book dan e-reader adalah adanya fasilitas kamus otomatis. Jadi saya tidak perlu lagi membuka kamus karena semua sudah ada di Kindle saya. Kalau ada kosakata yang saya tidak paham, tinggal block katanya, langsung keliatan artinya.

  • Pilihan judul yang banyak

Berkaitan dengan poin ke-empat, banyak pengarang romance impor yang sekarang main di jalur self-publishing alias menerbitkan sendiri bukunya, dan hanya dalam bentuk elektronik. Jadi bagi saya yang pecinta genre romance, variasi judul yang ada buat saya itu JAUH lebih banyak dibandingkan buku cetak. Saya bisa mendapatkan judul-judul dari pengarang yang eksklusif hanya menerbitkan e-book. Koleksi saya jauh lebih banyak dan beragam.

  • Harga (lebih) murah

Poin terakhir ini memang tidak selalu benar ya -- apalagi mengingat saya membeli buku impor, pakai kurs dollar, yang dikonversikan ke rupiah. Tetapi cukup banyak pilihan buku yang dihargai di bawah 5 dollar, dan seperti Amazon, terkadang ada tawaran buku-buku gratis atau diskon lebih dari 50%.

Contoh, saya pernah membeli bukunya Anne Bishop yang berjudul "Marked in Flesh" dari harga aslinya $8.99 (belum pajak) jadi hanya $2.12 (termasuk pajak). Diskon 80% deh!!

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Begitulah kurang-lebih alasan saya kenapa saya beralih total ke e-book. Tentu saja alasan saya belum tentu bisa diterima sama mereka yang lebih memilih buku cetak, tapi seperti kata pepatah Bahasa Inggris: to each his own (alias selera orang bisa saja berbeda-beda).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun