Membaca adalah hobi saya sejak kecil -- bahkan saya sering meminta hadiah ulang tahun berupa buku kepada kedua orang tua saya dibandingkan hadiah baju, mainan, atau lainnya. Pernah saya memberikan daftar buku Agatha Christie yang belum pernah saya punyai, terus saya berikan ke orang tua dan anggota keluarga yang lain, dengan harapan dibelikan saat ulang tahun untuk melengkapi koleksi.
Saking sukanya membaca, saya pernah membaca di berbagai jenis transportasi publik: pesawat, bis umum, angkot, kereta commuter, sampai sepeda motor. Yep, saya pernah membaca di ojek karena benar-benar penasaran dengan ceritanya dan tidak sabar kalau harus menunggu sampai rumah.
Hampir sepuluh tahun terakhir, saya sudah beralih dari buku konvensional ke e-book. Semua berawal dari dirilisnya Amazon Kindle, sebuah alat baca elektronik. Mulanya saya masih membaca menggunakan telepon genggam -- tapi ternyata sukses membuat resep kacamata minus dan silinder saya bertambah. Setelah memiliki Kindle sekitar 8 tahun yang lalu, saya merasa nyaman untuk membaca e-book. Akhirnya saya tidak pernah lagi membaca buku cetak (kertas).
Sebenarnya apa sih yang membuat saya nyaman dengan e-book sehingga akhirnya sudah total tidak lagi membeli atau membaca buku cetak?
Ada beberapa alasan yang sebenarnya kombinasi antara sifat dari e-book dengan e-reader
- Instant Gratification alias Kepuasan Instan
Hal ini berhubungan dengan akses pembelian buku -- karena sifatnya elektronik, saya tidak perlu ke luar rumah untuk pergi ke toko buku, dan tidak perlu menunggu buku dikirim. Dalam hitungan DETIK semenjak saya klik "beli buku", maka buku tersebut akan langsung bisa diunduh. Benar-benar praktis.
Selain itu, baik di Amazon maupun Google Books, saya masih bisa mengembalikan buku dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari apabila saya tidak suka dengan ceritanya, dan uang saya akan dikembalikan. Tentu saja, hanya dengan jari, tidak perlu pergi ke tempat jasa pengiriman.
- Hanya perlu sedikit ruangan penyimpanan
Sewaktu saya masih rajin membeli dan membaca buku cetak, saya selalu kesulitan untuk menyimpan buku-buku tersebut. Saya sampai beli beberapa container plastik yang ditumpuk-tumpuk.Â
Sudah beberapa kali saya jual koleksi buku cetak karena kehabisan tempat penyimpanan. Sedangkan dengan e-book saya hanya butuh harddisk dan cloud sebagai back-up. Saya tidak perlu khawatir buku saya akan menguning atau dimakan rayap (yes, ini pernah kejadian sama saya)
- Efisien untuk dibawa dalam perjalanan
Dulu kalau saya mau traveling, saya selalu kebingungan memilih buku mana yang akan dibawa. Soalnya kan buku itu berat, ya, jadi tidak mungkin juga saya bawa buku sampai puluhan judul. Masalahnya kalau ternyata buku yang saya bawa itu tidak menarik, saya cuma bisa manyun karena tidak ada alternatif bacaan.
Sekarang setelah saya punya Kindle, saya hanya perlu bawa satu gadget ini, dan isinya bisa sampai puluhan judul. Saya tidak perlu khawatir kehabisan bahan bacaan. Dan tentu saja ringan, bisa masuk ke dalam tas di kabin, tidak perlu di bagasi.
- Membantu bahasa Inggris
Jujur semua buku yang saya baca berbahasa Inggris, karena saya penggemar genre romance. Saya lebih suka membaca romance impor dibandingkan lokal. Dulu tatkala membaca buku cetak impor, saya harus agak berbekal kamus. Memang lama-lama terbiasa sih.
Enaknya e-book dan e-reader adalah adanya fasilitas kamus otomatis. Jadi saya tidak perlu lagi membuka kamus karena semua sudah ada di Kindle saya. Kalau ada kosakata yang saya tidak paham, tinggal block katanya, langsung keliatan artinya.
- Pilihan judul yang banyak
Berkaitan dengan poin ke-empat, banyak pengarang romance impor yang sekarang main di jalur self-publishing alias menerbitkan sendiri bukunya, dan hanya dalam bentuk elektronik. Jadi bagi saya yang pecinta genre romance, variasi judul yang ada buat saya itu JAUH lebih banyak dibandingkan buku cetak. Saya bisa mendapatkan judul-judul dari pengarang yang eksklusif hanya menerbitkan e-book. Koleksi saya jauh lebih banyak dan beragam.
- Harga (lebih) murah
Poin terakhir ini memang tidak selalu benar ya -- apalagi mengingat saya membeli buku impor, pakai kurs dollar, yang dikonversikan ke rupiah. Tetapi cukup banyak pilihan buku yang dihargai di bawah 5 dollar, dan seperti Amazon, terkadang ada tawaran buku-buku gratis atau diskon lebih dari 50%.
Contoh, saya pernah membeli bukunya Anne Bishop yang berjudul "Marked in Flesh" dari harga aslinya $8.99 (belum pajak) jadi hanya $2.12 (termasuk pajak). Diskon 80% deh!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H