Mohon tunggu...
Afira
Afira Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Masih belajar caranya belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Rindu] Untuk Rei

8 September 2016   14:33 Diperbarui: 8 September 2016   14:53 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam lima tahun itu juga, setelah tidak bertegur sapa kita tiba-tiba kembali menghangat, hangat di dalam perdebatan, ya, sayangnya bukan berdebat soal urusan pribadi.  Semoga kau mau memaafkan kebodohanku waktu itu. Harusnya aku sadar yah Rei?  buku-buku yang aku baca tidak lebih beragam dari yang pernah kau baca, wawasanku tak seluas wawasanmu, dan segala pengalamanmu, jauh melampaui dari apa yang pernah aku alami.  Ya, harus aku akui, kalau aku memang banyak belajar darimu, tanpa kau sadari, Rei. Kau sudah lebih dulu menemukan kebijaksanaamu.

Oh yah, apa kau masih mengingat salah satu idolamu yang pernah kau ceritakan? Seorang kakek berkacamata, sosok jenaka yang berkahirsma. Dulu aku menganggapnya biasa. Namun dalam perjalanan lima tahun ini, banyak hal-hal yang mempertemukan aku dengan segala pembelajaran, tentang hidup. Betul katamu, cara berpikir dan keluhuran budi beliau sangat patut diteladani.

Dan aku tetap suka Rei yang apa adanya seperti itu, tetaplah menjadi dirimu, perjuangkan segala mimpimu, tak usah hiraukan komentar orang-orang tentang pilihan hidupmu. Kita sepakat bukan, sukses bukan diukur dari materi? Ya sukses bagi kita adalah ketika kita mampu memerankan peran yang dipercayakan kepada kita. Sebab setiap orang terlahir dengan perannya yang berbeda.

Pertemuan tadi malam, Rei, sinar matamu, dan segala yang kau ceritakan, sungguh itu  telah mempertemukan kita pada titik yang sama, dalam kesimpulan yang sama tentang kehidupan. Sejujurnya, aku merasa ada sesuatu yang kembali mekar walau sama sekali tak pernah kau siram lagi. Aku buru-buru memangkasnya sebelum ia menjadi masalah. Yah aku tak ingin merusak kehidupan kita masing-masing.

Ada juga yang tidak aku sangka-sangka, ternyata kita sedang memperjuangkan hal yang sama, Rei. Target melanjutkan studi di tempat yang sama, harapan yang sama, jalan yang sama pula. Duh, dunia memang tidak bisa ditebak!

 Susah payah aku melupakan, hingga sekarang ada yang menggantikan. Kenapa kita mesti bertemu lagi di jalan yang sama, Rei?

Seandainya target kita tercapai, dan kita kembali dipertemukan, ah Rei, aku tidak tahu harus bagaimana, aku tak ingin segegabah cinta di AADC-nya yang ke-2, tapi eh kita lihat saja nanti, gitu aja ko repot, hee iya kan Rei? 

Tasik, 08 September 2016

Afira

*Ikuti Event Fiksi Rindu bersama Bolang 7-8 September 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun