Mohon tunggu...
Muhammad Selamet Rifai
Muhammad Selamet Rifai Mohon Tunggu... Freelancer - Mad Rifa'i

Seseorang yang sedang, masih, dan akan terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rasa Cinta

8 September 2019   09:58 Diperbarui: 9 Mei 2020   01:58 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika si pemuda pencuri tersebut keluar dari rumah si wanita, dia dapatkan di depan rumah harta begitu melimpah yang telah diberikan dari kerajaan di depan matanya.

Dengan kejadian tersebut, si pencuri tadi langsung menangis, "Kenapa selama ini saya selalu mengambil hak orang lain dengan cara menyusahkan mereka? Padahal, dengan sholat dua rakaat, saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan."

Wanita dalam kisah itu adalah Rabi'ah al Adawiyah. Beliau seorang sufi wanita yang sangat terkenal dengan konsep mahabbah (cinta). Jika Syekh Abdul Qadir Jaelani dikenal sebagai wali kutub atau sultannya para wali, maka Rabi'ah al Adawiyah merupakan ratunya para wali. Cinta yang ia berikan adalah cinta sejati, cinta abadi kepada Allah SWT. 

Pernah juga ia berdoa kepada Allah seperti ini: "Wahai Tuhanku, bilamana daku menyembah-Mu karena takut neraka, jadikan neraka kediamanku. Dan bilamana daku menyembah-Mu karena gairah nikmat di surga, maka tutuplah pintu surga selamanya bagiku. Tetapi apabila daku menyembah-Mu demi Dikau semata, maka jangan larang daku menatap Keindahan-Mu yang abadi."

Di sini, saya tidak bermaksud menggurui tentang ilmu agama atau apa. Tidak! Saya hanya ingin mengenalkan kisah tentang cinta dari seorang Sufi Wanita dan mengenalkan tentang konsep cinta yang saya pahami.

Cinta berarti rela melakukan apapun demi apa yang kita cinta dan tidak mengharap balasan apapun. Cinta itu dibagi dua, yaitu cinta sejati dan cinta semu. 

Yang pertama cinta sejati. Cinta sejati itu cinta kepada Allah. Dari doa Rab'iah Adawiyah, kita bisa refleksikan mengenai cinta sejati. Ambil contoh kita beribadah sholat. Jika kita sholat semata mengharap pahala dari-Nya, maka itu bukanlah cinta. Itu hanyalah taat, wujud ketaatan kita sebagai hamba yang niscaya akan diberi ganjaran oleh Tuannya. Cinta kepada Allah itu beribadah tanpa mengharap apapun, menunaikan sholat sebagai wujud kerinduan dan kecintaan kita kepada Allah. Makanya, saya selalu memandang sebelah mata orang yang berkata "I love Allah", "Allah <3", dan sejenisnya. Itu hanyalah ungkapan bullshit dari orang-orang alay.

Adapun cinta yang kedua, cinta semu, adalah segala cinta yang ada di dunia. Cinta seorang suami kepada istri dan sebaliknya, cinta orang tua kepada anak dan sebaliknya, itu merupakan contoh cinta semu. Kenapa semu? Karena sejatinya dunia itu bersifat fana, sementara, semu, bahkan tidak ada setengahnya dari perjalanan kehidupan. 

Namun, cinta yang semu bukan berarti bisa dipandang remeh. Cinta semu bisa memberikan efek di kehidupan setelah dunia. Contohnya adalah anak saleh yang cinta dan selalu mendoakan orang tuanya di mana salah satu dari tiga amal yang tidak akan terputus adalah doa anak yang saleh. Contoh lainnya adalah jodoh. Istri bisa menjadi jalan bagi suami masuk surga dan sebaliknya. Pun demikian juga istri bisa menjadi jalan bagi suami menuju neraka dan sebaliknya. Jodoh pun nantinya yang akan menemani kita di surga, di mana jodoh kita awalnya adalah orang yang kita cintai secara semu di dunia.

Walaupun cinta di dunia itu semu, yang namanya cinta tetaplah cinta, tidak mengharapkan apapun dari yang diberi. Orang pelit pun akan menjadi dermawan karena cinta. Orang yang terkesan tidak peduli terhadap sekitarnya akan peduli terhadap apa yang dicintainya. Dia pun tidak akan merasa rugi untuk memberikan apapun kepada yang dicinta, baik materi, tenaga, maupun batin.

Cinta bukanlah kata benda. Cinta adalah kata sifat. Namun, cinta merupakan bagian dari rasa yang berkaitan dengan hati dan merupakan kata benda. Jika rasa telah menjatuhkan pilihan, maka hati akan memainkan perannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun