Mohon tunggu...
Amer Sabili
Amer Sabili Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Metode PJJ Berjalan Efektif Selama Pandemi Covid-19?

5 Mei 2020   23:51 Diperbarui: 6 Mei 2020   00:59 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masuknya virus COVID-19 di Indonesia membuat banyak perubahan dalam masyarakat. Mulai dari aspek ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan lain-lain. Senin, 2 Maret 2020 ditetapkan sebagai kasus pertama penyebaran virus COVID-19 di Indonesia  yang terjadi pada Warga Negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di Depok.

Di Indonesia sendiri saat ini terhitung ada 12.071 kasus, sembuh 2.197, meninggal 872 kasus per 05/05/2020. Tingginya asam amino pada virus COVID-19 menyebabkan penularannya menjadi sangat cepat. Ditambah lagi dengan aktivitas warga yang masih mengundang kerumunan, yang dapat menyebabkan penularan melalui droplet.

Ditetapkannya kebijakan PSBB  merupakan upaya pemerintah untuk mencegah meningkatnya angka penyebaran virus COVID-19. Kebijakan PSBB sudah diterapkan di beberapa daerah dengan membatasi aktivtas warganya, agar tidak menimbulkan kerumunan.

Dalam aspek pendidikan, Kemendikbud menetapkan untuk semua lembaga pendidikan untuk melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal ini dilakukan untuk mengurangi adanya kontak fisik yang dapat menyebabkan tertularnya virus.

Sudah 1,5 bulan lamanya sistem pembelajaran PJJ diberlakukan. Pada tingkat perguruan tinggi setiap kampus memiliki kebijakan masing-masing dalam pelaksanaan PJJ. Mulai dari diskusi online, e-conference, hingga tugas online. 

Banyak sekali platform yang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan belajar dengan metode PJJ ini, misalnya Zoom, Google Classroom, Quiziz, Ruang Guru, dan platform lain sejenisnya. Metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini cukup efisien sebagai upaya dalam pencegahan penyebaran virus. 

Namun, dalam pelaksanannya kerap kali ditemukan kendala yang menghambat kegiatan pembelajaran. Kemampuan teknologi dan ekonomi yang berbeda dari tiap mahasiswa menumbulkan banyak kendala. 

Karena tidak semua mahasiswa memiliki fasilitas yang menunjang dalam proses pembelajaran jarak jauh ini. Seperti minimnya akses internet, gadget yang tidak mendukung, dan mahalnya harga kuota merupakan beberapa kendala yang terjadi saat ini.

Tingginya kebutuhan internet mengharuskan mahasiswa untuk meyiapkan kuota internet demi menunjang proses pembelajaran. Karena ada beberapa platform yang memang membutuhkan akses internet yang cukup besar. 

Contohnya, aplikasi zoom yang merupakan platform dimana dosen dan mahasiwa dapat bertatap muka secara langsung dengan melakukan video call atau e-conference. 

Platform tersebut membutuhkan kuota internet yang cukup besar. Sebagian mahasiswa harus membeli kuota internet yang mahal, karena mereka tidak memiliki fasilitas Wi-Fi. 

Hal ini sangat mempersulit mahasiswa, karena harus menyiapkan uang juga untuk membeli kuota, sedang keadaan ekonomi di tengah pandemi membuat kondisi keuangan menurun. 

Banyak dari mereka yang mengharapkan adanya pemberian subsidi kuota dari pihak kampus untuk menunjang kegiatan perkuliahan. Mahasiswa menuntut demikian, karena mereka sudah membayar uang kuliah tunggal (UKT) mereka secara penuh, namun tidak mendapat fasilitas yang mendukung untuk dilakukannya PJJ.

Dalam menyikapi hal tersebut, setiap dosen memiliki kebijakan sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan menyesuaikan keadaan mahasiswanya. 

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan platform yang bisa diakses tanpa harus mengeluarkan kuota internet yang besar. Misalnya, melakukan perkuliahan dengan menggunakan Whatsapp group. Dengan begitu mahasiswa tidak akan boros dalam menggunakan kuota internet, sehingga perkuliahan dapat tetap berlangsung walaupun tidak se-efisien perkuliahan dengan platform e-conference.

Beberapa kampus kini mulai berusaha melakukan kerja sama dengan pihak provider, dalam upaya pemberian subsidi kuota. Salah satunya Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang melakukan kerja sama dengan provider Telkomsel dan IM3 untuk menyalurkan subsisdi kuota yang dapat digunakan mahasiswa dalam menunjang kegiatan perkuliahan. 

Kuota yang diberikan sebesar 30 GB untuk seluruh mahasiswa yang berlaku selama 1 bulan. Dengan adanya subsidi kuota yang diberikan oleh pihak kampus, diharapkan dapat memaksimalkan kegiatan perkuliahan jarak jauh.

Kendala lainnya adalah gadget yang tidak mendukung untuk menjalankan aplikasi yang berat. Hal ini menjadi penghambat lain dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh. 

Selain membutuhkan kuota yang besar, mahasiswa juga terkadang membutuh gadget yang dapat mendukung untuk menjalakan aplikasi yang berat, baik dalam kegiatan pembelajaran ataupun untuk mengerjakan tugas.

Banyak dari mereka yang mengharapkan adanya pemberian subsidi kuota dari pihak kampus untuk menunjang kegiatan perkuliahan. Mahasiswa menuntut demikian, karena mereka sudah membayar uang kuliah tunggal (UKT) mereka secara penuh, namun tidak mendapat fasilitas yang mendukung untuk dilakukannya PJJ.

Adapun kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kurangnya interaksi secara langsung dalam pembelajaran online membuat mahasiswa sulit untuk fokus. 

Absensi yang dapat dilakukan secara online bisa membuat mahasiswa hanya melakukan absen saja tanpa mengikuti perkuliahan. Selain itu, pembelajaran jarak jauh (PJJ) dapat memberi dampak buruk pada kesehatan mata, karena mahasiswa harus menatap layar gadget selama berjam-jam.

Meskipun banyak kendala yang terjadi dalam pelaksanaan PJJ,namun ada hal positif juga yang dapat diambil dari diberlakukannya sistem pembelajaran PJJ. 

Dengan metode pembelajaran PJJ mahasiswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengoperasikan program atau aplikasi yang mereka gunakan.  

Selain itu, mahasiswa juga menjadi lebih disiplin dalam melakukan absensi, karena mereka harus online dengan tepat waktu untuk mengikuti perkuliahan. 

Dalam PJJ materi yang diberikan berbentuk soft file, hal ini membuat mahasiswa tidak perlu mencatat materi yang diberikan dan juga mereka dapat mempelajari ulang materi yang diberikan kapan saja. Kegiatan perkuliahan juga berjalan lebih produktif, karena mahasiswa lebih aktif untuk bertanya.

Oleh : Amer Sabili

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun