Sumber Foto: www.lifeadvancer.com
Mengacu pada data WHO di 2017, penderita penyakit tukak lambung di Indonesia mencapai 17.494 orang atau sebesar 1.04% dari jumlah penduduk. Angka Kematian dari penyakit ini juga mencapai 9,56 per 100.000 penduduk, yang menyebabkan Indonesia menempati peringkat ke-14 di dunia untuk kasus tukak lambung sebagai penyebab kematian. Umumnya, penderita tukak lambung berusia 19-60 tahun ke atas dan lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita.Â
Apa itu Tukak Lambung?
Tukak lambung diawali dengan gejala nyeri yang menyebar ke leher, pusar sampai punggung, terasa lebih nyeri saat perut kosong, dan hilang lalu kambuh beberapa hari atau minggu kemudian karena adanya luka di lambung.. Banyak orang yang seringkali tidak menyadari ia memiliki luka di lambungnya karena gejala yang tidak spesifik, sehingga penyakit ini cenderung diabaikan. Keadaan ini menyebabkan tukak lambung sering terlambat diobati dan mengakibatkan timbulnya komplikasi di kemudian hari.
Menurut penelitian yang dilakukan Enaganti (2006), ada berbagai faktor yang meningkatkan risiko terjangkit tukak lambung, seperti infeksi bakteri H. pylori, konsumsi obat anti inflamasi non-steroid (misal: aspirin), merokok, minum alkohol, serta memiliki riwayat keluarga dengan tukak lambung. Penyakit ini juga rentan terjadi pada orang dengan golongan darah O, karena bakteri H. pylori mudah membaur dengan antigen darah O.Â
Status Sosial Ekonomi Rendah Meningkatkan RisikoÂ
Selain itu, menurut Sanusi (2011) penyakit tukak lambung lebih banyak dijumpai pada pasien dengan status sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan karena orang dengan status sosial ekonomi rendah cenderung melakukan berbagai perilaku berisiko, seperti merokok. Disamping itu, penelitian yang dilakukan Rosenstock dkk. juga menyebutkan bahwa semakin rendah status sosial ekonomi seseorang, maka semakin tinggi resiko untuk terpapar bakteri H. pylori . Terbatasnya fasilitas yang dapat diakses dan dimiliki oleh orang dengan status sosial ekonomi yang rendah dapat berujung pada sanitasi yang buruk. Hal ini tentunya dapat menyebabkan bakteri H. pylori mudah untuk berkembang biak dan menginfeksi manusia.
Pengaruh Stress dan Kepribadian terhadap Peningkatan Risiko Tukak Lambung
Di sisi lain, ada faktor psikologis yang mempengaruhi kecenderungan penyakit tukak lambung, seperti stress dan kepribadian. Stres fisiologis akut dikaitkan dengan peningkatan sekresi asam lambung, penurunan aliran darah mukosa, produksi lendir lambung, dan ulserasi gastroduodenal, sehingga hal ini memicu risiko penyakit  tukak lambung lebih tinggi terjadi. Stress juga berperan dalam kerusakan pertahanan kekebalan tubuh dan aliran darah gastrointestinal bagian atas, sehingga juga berpotensi untuk rentan terinfeksi bakteri H. pylori.Â
Mengacu pada teori trait kepribadian Big Five yang dikembangkan Costa & McCrae, kepribadian seseorang terdiri dari 5 trait dasar, yaitu: Openness, Conscientiousness, Extraversion , Agreeableness dan Neuroticism. Trait Openness to Experience lekat dengan kreativitas, rasa ingin tahu yang tinggi, dan punya apresiasi yang tinggi terhadap karya seni.Â
Sedangkan Conscientiousness memiliki kecenderungan untuk selalu teratur, terorganisir dan taat pada aturan. Trait Extraversion merupakan trait yang cenderung erat dengan sosiabilitas, asertivitas, dan memiliki tingkat energi yang tinggi. Lebih lanjut, trait Agreeableness sangat mudah untuk dipengaruhi orang lain karena mereka mudah percaya orang lain, baik hati dan memiliki rasa kasih sayang yang tinggi. Terakhir, trait Neuroticism merupakan trait yang erat kaitannya dengan aspek negatif, seperti kecemasan, depresi, dan kerentanan diri yang tinggi terhadap stress.
Trait neuroticism tinggi ditemukan pada orang dengan berbagai masalah penyakit. Hasil studi yang dilakukan Goodwin dan Murray (2003) secara konsisten menunjukkan hubungan antara neurotisisme dan  kesehatan fisik yang buruk. Dominansi trait neuroticism pada individu dapat berujung pada kerentanan stress yang tinggi sehingga berakibat pada penurunan fungsi sistem imun pada tubuh, akhirnya tubuh pun lebih rentan terhadap penyakit.
Di sisi lain, pasien tukak lambung juga kemungkinan memiliki "kepribadian tukak" seperti tidak dewasa, impulsif, merasa terisolasi dari lingkungan sosial dan menarik diri dari pergaulan. Keempat ciri kepribadian tersebut terkait erat dengan facet trait neuroticism, seperti kecemasan, mudah marah, depresi, rapuh, impulsif dan memiliki kesadaran diri yang tinggi.Â
Orang yang merasa terisolasi dari lingkungan sosial tentu akan mudah stress, sehingga produksi asam lambung cenderung meningkat selama periode stress terjadi.
 Selain itu, orang yang mudah cemas dan depresi juga cenderung mengembangkan pola hidup yang tidak sehat karena berdampak pada menurunnya rawat diri seseorang. Penderita tukak lambung juga cenderung lebih pesimis, bergantung pada orang lain dan hypochondriacal (kondisi dimana pasien merasa takut dan panik berlebihan menderita penyakit kronis). Hypochondriacal yang erat dengan kecemasan yang tinggi mendukung trait neuroticism sebagai trait yang berperan kuat dalam pengembangan penyakit tukak lambung.
Solusi untuk Mengurangi Risiko Terjangkit Tukak LambungÂ
Kuncinya adalah pengelolaan stress yang baik. Banyak cara mudah dan murah yang dapat dilakukan untuk menangani stress, seperti berolahraga, berjalan-jalan di taman/bukit/pegunungan, bercerita kepada orang lain yang dipercaya, menulis masalah-masalah yang dihadapi, dan tidur malam yang cukup. Selain itu, terapkan pula afirmasi positif pada diri Anda, misalnya dengan mengingat-ingat kebaikan yang pernah Anda lakukan dalam hidup atau membuat daftar tiga hal yang harus disyukuri, dengan begitu Anda akan lebih mampu terhindar dari stress. Hal yang tidak kalah penting adalah dengan menjaga kebersihan. Bakteri Helicobacter pylori cenderung ditemukan pada tempat-tempat yang kotor, seperti pada lingkungan padat penduduk. Biasanya bakteri ini masuk melalui mulut dan saluran pencernaan melalui kontak dengan tangan makanan yang telah terkontaminasi. Bakteri ini juga dapat ditularkan melalui tinja dan kontak antara mulut dengan mulut. Oleh karena itu, cara paling efektif untuk mencegah infeksi H. pylori adalah dengan cara memperhatikan keamanan makanan dan kebersihan diri. Sebaiknya juga menghindari berbagi alat makan dengan orang lain, selain keluarga kita agar dapat terhindar dari risiko terjangkit penyakit tukak lambung.
- Enaganti, S. (2006). Peptic ulcer disease. Hospital pharmacist, 3, 16-18.Â
- Sanusi, I. A. (2011). Buku Ajar Gatroenterologi.Â
- Goodwin, R. D., & Stein, M. B. (2003). Peptic ulcer disease and neuroticism in the United States adult population. Psychotherapy and psychosomatics, 72(1), 10-15.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H