Mohon tunggu...
Amalia Adhandayani
Amalia Adhandayani Mohon Tunggu... Freelancer - Akademisi.

Mempelajari psikologi dan kepribadian manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perceraian Gading-Gisel, Tagar #SaveGempi, dan Dampak Cerai bagi Kepribadian Anak

8 Desember 2018   10:24 Diperbarui: 20 Mei 2022   23:08 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun trait bersifat fluktuatif dan tingkatannya dapat terus berubah-ubah karena berbagai peristiwa selama rentang kehidupan, namun sebagai orangtua kita perlu untuk menjaga agar trait kepribadian anak mampu berkembang dengan baik, agar anak mampu menghadapi stressor yang terus muncul pasca perceraian. 

Nyatanya, trait kepribadian pada anak dapat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua yang tepat, sehingga self-esteem anak akan meningkat dan anak mampu beradaptasi pasca perceraian. Antara usia 10 sampai 16 tahun, anak menunjukkan perkembangan kepribadian yang positif, ditandai dengan meningkatnya self-esteem, namun hal ini tidak berpengaruh pada anak-anak yang mengalami masalah keluarga. 

Anak-anak dalam keluarga yang bermasalah cenderung untuk memiliki hambatan pada perkembangan kepribadian mereka. Sebagai dampaknya, masalah psikologis akan muncul di kemudian hari.

Meningkatkan Self-Esteem pada Anak 

Penerapan pola asuh autoritatif dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan self-esteem anak. Menghargai keputusan dan pendapat anak di dalam keluarga mampu membuat anak merasa utuh menjadi seorang individu, sehingga harga diri anak pun akan meningkat. 

Misalnya, saat membeli baju untuk anak ada baiknya ia diberikan kesempatan untuk memilih baju yang ia sukai. Hal-hal sederhana yang diterapkan dalam keluarga dapat melatih anak dalam mengambil keputusan besar saat ia dewasa. Selain itu, latih anak untuk melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga sederhana seperti mencuci piring atau menyapu. 

Mungkin terkesan bossy, tapi nyatanya dengan hal ini anak akan belajar untuk mengasah kemampuan baru. Tentu ini akan mendorong motivasi anak untuk terus mengembangkan kompetensi baru nantinya. Selanjutnya, jangan biasakan selalu membantu anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Latih ia untuk berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri, dan baru bantu ketika ia merasa kesulitan atau tidak mampu menyelesaikannya. 

Dengan begitu, anak akan mengembangkan kemampuan problem solving yang lebih mandiri dibanding anak lain. Terakhir, jangan lupa selalu bersikap adil pada semua anak Anda, dengan cara tidak membandingkannya dengan saudara-saudaranya. Beritahu padanya bahwa tidak ada manusia yang sempurna, maafkan segala kesalahan dan kekurangan pada setiap anak. 

Hasilnya, anak juga akan belajar untuk menerima segala kekurangan dan kelebihan pada dirinya dan pada orang lain. Hal ini tentu akan membantu anak untuk memahami bahwa perceraian bukan hal yang selalu negatif. Dengan pola asuh yang baik, anak akan mampu beradaptasi dan berkembang dengan baik, dan menjadi individu dengan pribadi yang positif.

  1. Alisic, E., Van der Schoot, T. A., van Ginkel, J. R., & Kleber, R. J. (2008). Looking beyond posttraumatic stress disorder in children: Posttraumatic stress reactions, posttraumatic growth, and quality of life in a general population sample. Journal of Clinical Psychiatry, 69(9), 1455-1461
  2. Amato, P. R., & Afifi, T. D. (2006). Feeling caught between parents: Adult children's relations with parents and subjective wellbeing. Journal of Marriage and Family, 68(1), 222-235.
  3. Mervielde, I., & De Fruyt, F. (2002). Assessing children's traits with the Hierarchical Personality Inventory for Children. In Big five assessment (pp. 127-146). Hogrefe & Huber Publishers.
  4. Caspi, A., Roberts, B. W., & Shiner, R. L. (2005). Personality development: Stability and change. Annu. Rev. Psychol., 56, 453-484.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun