Biar bagaimanapun, kecanduan sebenarnya bermula dari munculnya perasaan senang di dalam otak. Tatkala otak mengenali sesuatu yang menyenangkan dan merespons dengan mengeluarkan hormon dopamin, hormon penghasil kesenangan, maka lahirlah rasa senang, puas, dan bahagia.
Mehrin menyadari bahwa dirinya, juga Denniz, sering menerima serangan dari kerabat. Seperti petuah Murray, ia merasa butuh daya tahan (need of defendance) yang kokoh agar mampu mempertahankan diri dari kritikan atau makian orang lain.
Bukan apa-apa. Mehrin merasa tengah membangun relasi cinta di atas fondasi relasi kelas yang rapuh. Ia dari kalangan jetset, sedangkan Denniz dari golongan bangsawan. Keluarganya menakar orang lain dari tumpukan harta, keluarga Denniz menilai orang lain berdasarkan warna darah.
Sebagaimana Mehrin dan Denniz, menonton Radit dan Jani sejatinya adalah melakoni adegan menerima dan menghargai orang lain tanpa harus memandang asal, masa lalu, status sosial, dan latar histori yang ribet dan ruwet.
Menolak Ancaman Depresi dengan Cara yang Simpatik
Situasi yang dihadapi oleh Radit dan Jani sesungguhnya adalah bahaya yang kemungkinan akan dihadapi oleh Denniz dan Mehrin. Sepasang kekasih dari latar berbeda itu berpotensi menjalani cinta terlarang atau hubungan tanpa restu.
Di sekitar kita banyak orang yang mengalami kejadian serupa. Mungkin tetangga kita, mungkin teman akrab kita, mungkin malah kita sendiri. Rata-rata cinta mereka terhalang akibat dalih tidak setara menurut hitung-hitungan bebet, bibit, dan bobot.
Jani, dalam Radit dan Jani, memilih memberontak kepada keluarganya akibat pernikahannya dengan Radit tidak direstui.Â
Ia butuh agresi (need of aggression), dalam tilikan Murray, guna menghadapi tekanan keluarga, membalas perlakuan tidak adil yang dialaminya, serta melawan demi menghukum keluarga yang tidak memberkati cintanya.
Di sisi lain, Radit mengalami tekanan batin akibat perlakuan orangtua dan keluarga Jani. Persis pendapat Gerald C. Davison (2004) tentang depresi, yakni kondisi emosional yang ditandai dengan rasa sedih teramat dalam, rasa tidak berarti yang sangat menyiksa, dan rasa bersalah yang tiada terkira.
Dampaknya sangat fatal. Penderita depresi biasanya menarik diri dari pergaulan, sukar tidur nyenyak, serta kehilangan selera untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Ibarat gunung berapi yang lama menyimpan lahar, sekali meledak langsung meluap.
Mehrin dan Denniz sangat rentan diserang depresi gara-gara cinta. Latar belakang keluarga mereka berjarak sejauh langit dan bumi. Padahal, mereka tentu tidak ingin memasuki tahap depresi ala Chaplin (2002), yakni mengalami kemurungan, kesedihan, dan kepatahan semangat.