Murray, dalam Hall dan Lindzey (1993), mengemukakan tentang beberapa kebutuhan psikogenik manusia. Salah satu di antaranya adalah butuh pertalian atau perhubungan (need of affiliation).Â
Mehrin ingin menyenangkan atau membahagiakan hatinya dengan cara menonton film. Pada saat bersamaan, ia mencari afeksi atau kesenangan dari objek yang ia sukai bersama orang yang ia kasihi.
Menonton film, bagi Mehrin, merupakan kebutuhan batin yang mesti ia penuhi. Sungguh banyak pelajaran berharga yang ia petik dari film yang ia tonton. Bagaimana menjalin komunikasi, cara menyelesaikan konflik, perluasan wawasan dan cara pandang atas kehidupan, dan banyak lagi.
Mengajak Denniz menonton bersama merupakan taktik halus agar kekasihnya itu mau berafiliasi dengannya pada akhir pekan tanpa harus menghambur-hamburkan uang. Selain itu, ia ingin menunjukkan kepada Denniz bahwa belajar tidak harus di bangku sekolah atau kuliah.
Bagi penyuka film, kebiasaan menonton tentu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Sebuah film favorit sangat mungkin diputar berulang-ulang. Sekalipun ditonton berkali-kali tidak pernah ada rasa bosan. Apalagi jika ditonton bersama orang yang dikasihi. Lengkap sudah bahagia itu.
Sadar tidak sadar, setiap film biasanya menyisipkan pesan moral atau menyusupkan kesan moril. Pesan dan kesan itu dapat menjadi "bekal hidup" bagi penonton yang tidak menganggap film sekadar sebagai tontonan, tetapi sekaligus sebagai tuntunan.
Menggali Empati dari Sebuah Film
Dalam film Radit dan Jani terdapat banyak norma atau etika yang disampaikan secara tersirat atau terselubung. Bagaimana seseorang bisa mengalami kecanduan dan ketergantungan pada narkotika, misalnya, terentang dari adegan pembuka hingga penutup.
Penulis skenario yang merangkap sutradara, Upi Avianto, mengggambarkan dengan baik saat seseorang terjerembap ke dalam telaga busuk narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.Â
Mula-mula sekadar menikmati "perasaan bagai di surga", kemudian meresapi "nikmat yang belum pernah dirasakan", hingga berakhir pada ketergantungan dan kecanduan.
Mehrin sejatinya sedang mengajak dirinya, sekalian Denniz, untuk mengenali, mengetahui, dan memahami bagaimana sifat dan sikap seorang pecandu. Dengan demikian, ia telah memasang rambu-rambu di dalam hatinya supaya tidak terjerumus pada perilaku serupa.